Dunia
Usaha Butuh Kepastian
Anonim ;
????????
|
KORAN
SINDO, 06 Mei 2014
Pembangunan
ekonomi Indonesia pada masa datang akan bertumpu pada industri dan
manufaktur. Era ketergantungan pembangunan ekonomi melalui sumber daya alam
segera berakhir.
Pertumbuhan
ekonomi yang dicapai Indonesia saat ini sudah baik, terutama bila dibandingkan
dengan negara-negara tetangga. Memang, seharusnya Indonesia bisa lebih dari
itu, terutama bila melihat kondisi ekonomi negara ini yang cukup baik. Salah
satu industri yang perlu diperhatikan adalah automotif. Industri yang padat
modal, padat teknologi, dan padat karya. Dalam kurun satu dekade terakhir,
Indonesia telah menjadi kekuatan baru industri automotif dunia.
Beberapa
prinsipal bahkan sudah bersedia dan merealisasi investasi di Indonesia. Jika
dibandingkan dengan Thailand yang selama ini tentu menjadi salah satu negara
yang kompetitif di sektor ini, Indonesia memiliki banyak kelebihan. Selain
populasi lebih besar, sumber dayanya juga berlimpah dan pertumbuhan
ekonominya cukup baik dari tahun ke tahun. Di bidang ini, Indonesia memiliki
daya saing tinggi.
Harus
diakui, ada beberapa tantangan yang harus diselesaikan pemerintah, khususnya
pemerintahan mendatang. Tantangan tersebut menyangkut persoalan
infrastruktur, stabilitas politik, kepastian hukum, insentif, dan rantai
birokrasi. Masalah infrastruktur misalnya, sebenarnya sudah ada planning yang
jelas mengenai pembenahan infrastruktur, tetapi dalam tahap eksekusi bisa
dibilang agak lambat.
Pemerintah
mendatang harus memperhatikan masalah itu. Infrastruktur bukan hanya jalan,
tapi juga listrik dan pelabuhan. Pembenahan infrastruktur itu memang
membutuhkan dana sangat besar. Namun, tentu harus ada terobosan-terobosan
dari pemerintah. Misalnya, untuk mengurangi subsidi BBM (bahan bakar minyak),
bagaimanapun opsi yang dipilih tentu harus berani dicoba.
Subsidi
harus tepat arah, tepat guna, dan tepat sasaran sehingga pemerintah memiliki
anggaran yang cukup besar untuk pembenahan infrastruktur. Membengkaknya biaya
logistik karena lemahnya infrastruktur di Indonesia. Jalan tol yang
seyogianya bebas hambatan justru sering membuat pengiriman tersendat ke
pelabuhan. Infrastruktur sangat penting agar kita mampu memenangi kompetisi.
Karenanya pemerintah harus memperbaiki infrastruktur.
Kalau
infrastruktur baik, perekonomian akan tumbuh lebih besar lagi. Angin segar
sebenarnya datang saat pemerintah mencanangkan Program Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Tujuan pelaksanaan MP3EI
itu untuk mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi melalui pengembangan
delapan program utama meliputi sektor industri manufaktur, pertambangan,
pertanian, kelautan, pariwisata, telekomunikasi, energi, dan pengembangan
kawasan strategis nasional.
MP3EI
didesain sebagai akselerasi dan ekspansi pembangunan ekonomi di Tanah Air
sehingga kegiatan perekonomian tidak hanya terpusat di Pulau Jawa. Ini
sebenarnya direspons positif oleh berbagai pihak, terutama sektor industri,
juga kalangan investor. Karena di dalam program tersebut terdapat pembenahan
infrastruktur yang sangat agresif. Tapi, sayangnya, kenyataannya tidak sesuai
dengan yang dijanjikan, itu yang membuat stakeholder drop.
Banyak
investor yang merasakan bahwa pemerintah kurang sungguh-sungguh. Selain
infrastruktur, yang sering dikeluhkan adalah masalah kepastian hukum dan birokrasi,
yakni bagaimana mempermudah proses perizinan dengan birokrasi yang tidak
berbelit-belit. Thailand memiliki board of investmentyang bekerja sangat
cepat dan sistematis, satu komando. Birokrasi di Thailand lebih ke arah
eksekutor, bukan planner.
Ini yang
tidak dimiliki Indonesia. Di Indonesia, birokrasi perlu diperbaiki. Yang
dibutuhkan bukannya birokrasi planner,
tapi ke arah eksekutor. Banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, yang
sudah di-planning harus segera dieksekusi, tidak perlu ragu. Masalah insentif
perpajakan untuk investor misalnya, banyak yang belum merasakan. Meskipun planningnya bagus, apa yang dijanjikan
tidak ter-deliver sepenuhnya.
Masalah
perburuhan sudah berhasil ditangani pemerintah dan hal ini cukup membantu
dunia usaha. Tapi, jangan lupa, tahun ini adalah tahun politik, akan ada
pergantian pemerintahan. Masalah stabilitas politik juga menjadi salah satu
isu penting bagi dunia usaha. Lihat saja, isu politik di Thailand beberapa
waktu lalu memberikan dampak kurang baik bagi dunia usaha.
Stabilitas
politik harus dijaga karena akan memberikan dampak yang sangat besar terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional. Jika kondisi politik stabil, tentu akan
berdampak pada exchange rate dan
suku bunga yang turun dan sudah tentu mendorong pertumbuhan ekonomi.
Indonesia bisa sangat kompetitif dengan adanya perbaikan-perbaikan itu.
Investor masih menunggu proses pergantian pemerintahan.
Jika
yang terpilih sesuai harapan masyarakat dan pasar, exchange rate akan turun dan investor akan masuk ke dalam negeri.
Saya contohkan untuk industri automotif. Kenapa belakangan ini pasar agak
sedikit drop. Itu karena dipengaruhi nilai tukar yang berada di kisaran
Rp11.000–12.000 per dolar AS, juga suku bunga yang masih tinggi sehingga
penjualan produk automotif agak sedikit terhambat.
Tapi,
keyakinan saya, fenomena ini tak akan berlangsung lama. Asalkan stabilitas
politik terjaga, penjualan mobil nasional masih berada di level 1,2 juta unit
tahun ini. Apalagi, sekarang pertumbuhan ekonomi nasional sudah menyebar.
Jika 15 tahun lalu 70% penjualan masih didominasi di Jakarta, sekarang sudah
menyebar. Jakarta hanya 30% dan total Pulau Jawa sudah mengerucut ke arah
60%.
Di
Sumatera 15%, Kalimantan 10%, dan sisanya daerah lain di Indonesia. Memang
dulu terpusat di Jakarta, tapi sekarang tidak lagi. Fenomena ini juga
menunjukkan betapa daerah-daerah di luar Jawa sudah tumbuh pesat, salah
satunya Sulawesi. Karena itu, sebaiknya pemerintah mulai memikirkan untuk
membentuk sebuah kawasan atau sebut saja kota kedua setelah Jakarta sebagai
pusat pemerintahan atau pusat bisnis sehingga pertumbuhan akan lebih merata
lagi.
Memang,
nantinya akan ada kendala masalah logistik. Meski hal itu tidak mudah
dilakukan, idenya patut dipertimbangkan. Jika pertumbuhan sudah merata, tak
sulit bagi Indonesia untuk bisa bersaing dengan negara lain. Di sektor
automotif misalnya, kenapa Thailand masih agak dominan, ini hanya masalah
historis masa lalu. Pada 18 tahun lalu, kebijakan pemerintah saat itu membuat
pihak prinsipal akhirnya berinvestasi ke Thailand.
Ke
depan, jika Indonesia berhasil memberikan jaminan kepastian hukum,
memperbaiki infrastruktur, dan menghilangkan hal-hal yang menghambat
investasi, saya yakin Indonesia akan menjadi negara tujuan investasi. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar