Konteks
Historis Isra Mikraj
Faisal
Ismail ; Guru Besar
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
|
KORAN
SINDO, 27 Mei 2014
Isra
Mikraj adalah suatu peristiwa perjalanan malam Nabi Muhammad SAW dari
Masjidilharam di Mekkah ke Masjidilaqsha di Palestina, kemudian Nabi Muhammad
naik ke langit ketujuh dan terus menuju ke Sidratul Muntaha untuk melakukan
audiensi dengan Allah.
Dalam
kesempatan audiensi itulah, Nabi Muhammad menerima langsung perintah salat
dari Allah. Peristiwa Isra Mikraj adalah suatu peristiwa yang sangat luar
biasa (miracle) dan tidak bisa
dijangkau atau dicerna oleh logika manusia yang sederhana dan relatif. Peristiwa
Isra Mikraj sudah termasuk wilayah kemahakuasaan Allah yang tidak bisa
dilogikakan oleh rasio manusia yang terbatas dan nisbi.
Jarak
tempuh antara Masjidilharam di Mekkah ke Masjidilaqsha di Palestina dengan
menggunakan kendaraan biasa pada masa itu harus dilakukan bermingguminggu.
Namun, Nabi Muhammad melakukannya dalam satu malam dan ditambah lagi dengan
menjalani Mikraj (naik) ke Sidratul Muntaha. Nabi melakukan Isra Mikraj dalam
satu malam dan Nabi kembali lagi ke Mekkah pada malam itu juga.
Muncul
pertanyaan apakah Nabi Muhammad melakukan Isra Mikraj dengan jiwa (ruh) dan
raganya atau hanya dengan ruhnya saja Kalau kita membaca secara cermat
Alquran Surah Al-Isra ayat 1, dalam ayat itu jelas terungkap bahwa Allah
mengisrakmikrajkan Nabi dengan ruh dan raganya. Allah menggunakan ungkapan ”subhanalladzi asra bi ”subhanalladzi asra
bi abdihi” (Maha Suci Allah yang
mengisrakan hambanya).
Yang
disebut ”hamba” adalah seseorang yang secara utuh terdiri dari ruh dan raga.
Allah tidak menggunakan terminologi ”subhanalladzi
asra bi ruhihi” (Maha Suci Allah
yang mengisrakan ruhnya). Jadi, Nabi Muhammad melakukan Isra Mikraj
dengan ruh dan raganya.
Bagaimanakah
Nabi menyesuaikan kondisi badaniahnya dengan temperatur di ruang angkasa
ketika beliau melakukan Isra Mikraj. Kalau kita memercayai bahwa Isra Mikraj
itu adalah ”desain” kemahakuasaan
Allah, hal itu tidak ada yang mustahil. Allahlah yang mengatur kondisi
fisikal dan mental Nabi dan menyesuaikannya dengan temperatur ruang angkasa
ketika beliau menjalani Isra Mikraj itu.
Secara
otentik, peristiwa Isra Mikraj direkam dan diabadikan dalam Alquran ”Maha Suci Allah yang telah memperjalankan
hamba-Nya pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsha yang telah Kami
berkati sekelilingnya untuk Kami perlihatkan tanda-tanda kekuasaan Kami
kepadanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
(QS Al-Isra 1). Peristiwa Isra dan Mikraj terjadi pada malam 27 Rajab tahun
kesebelas kerasulan Muhammad.
Peristiwa
Isra Mikraj Nabi dilatarbelakangi oleh apa yang disebut ”amul husni” (tahun dukacita), yakni wafatnya Abu Thalib (paman
Nabi) dan Khadijah (istri Nabi). Walaupun Abu Thalib tidak secara eksplisit
masuk Islam, dia sebagai seorang paman sangat membela dan melindungi Nabi
Muhammad dari gangguan dan ancaman kaum kafir Quraisy. Ikatan kesukuan dan
kekabilahan menjadi daya perekat bagi Abu Thalib untuk membela dan melindungi
Nabi Muhammad, keponakannya.
Kematian
Abu Thalib disusul oleh wafatnya istri Nabi, Khadijah, dalam waktu yang
berdekatan. Khadijah adalah istri tercinta Nabi yang dengan segala daya dan
upaya membela, melindungi, dan membentengi Nabi dari cercaan, cemoohan,
gangguan, dan ancaman kaum musyrikin Quraisy. Bersama Khadijah dan Abu
Thalib, Nabi Muhammad mendapatkan perlindungan, penjagaan, dan pembelaan
sehingga Nabi lebih termotivasi untuk berdakwah menyiarkan agama Islam.
Menyusul
kematian sang paman (Abu Thalib) dan istri tercinta (Khadijah), Nabi Muhammad
merasa ditinggalkan oleh dua tokoh pembelanya yang konsekuen dan konsisten.
Nabi merasa kehilangan dua tokoh pelindung ulung yang sangat membantunya dan
sangat berjasa dalam melakukan gerakan dakwah Islam di Mekkah. Kaum kafir
Quraisy semakin berani mengganggu, mencemooh, menghina, dan mengancam Nabi.
Nabi sering merasakan penghinaan, cemoohan, ancaman, dan siksaan dari kaum
Quraisy.
Di
antara peristiwa menyakitkan yang dialami Nabi Muhammad adalah pengusiran
yang dilakukan oleh kabilah Tsaqif terhadap Nabi dari Thaif. Nabi dihina,
diolok-olok, dilempari batu, dan diusir oleh kabilah Tsaqif dari Thaif. Tak ada
pilihan lain bagi Nabi kecuali pulang ke Mekkah dan memohon kepada Allah agar
kabilah Tsaqif diberi petunjuk dan ampunan Allah.
Dalam
kondisi dan situasi seperti itulah, Nabi Muhammad diperintahkan oleh Allah
menjalankan Isra Mikraj dari Masjidilharam di Mekkah ke Masjidilaqsha di
Palestina, terus naik ke langit ke tujuh dan kemudian sampailah beliau di
Sidratul Muntaha.
Peristiwa
Isra Mikraj sangat memberikan kekuatan batin kepada Nabi Muhammad dalam
perjuangan menegakkan agama Allah bersama para sahabat dan pengikutnya. Di
pihak lain, para elite Quraisy menjadikan ”cerita” Isra Mikraj itu sebagai
senjata menggiladustakan Nabi. Para elite Quraisy menuduh Nabi sebagai
pembohong besar dan tidak waras otaknya.
Lain
halnya dengan Abu Bakar. Ketika dia ditanya tentang peristiwa Isra Mikraj
itu, Abu Bakar sangat membenarkannya. Sejak itu, Abu Bakar mendapat gelar Ashshiddiq (yang sangat membenarkan). Tujuan Allah memerintahkan Nabi
Muhammad melakukan Isra Mikraj, selain memperlihatkan tanda-tanda kemahabesaran
dan kemahakuasaan-Nya, adalah untuk lebih menambah dan menempa kekuatan iman
dan batin Nabi agar tangguh menyiarkan risalah-Nya.
Pengalaman
Isra Mikraj itu besar sekali arti dan pengaruhnya pada penguatan
mentalspiritual Nabi. Beliau benar-benar memperoleh kekuatan batin, mengalami
revitalisasi mental dan moral, dan mendapatkan semangat juang baru yang
semakin teruji dan tertempa dalam melakukan gerakan dakwahnya.
Sejak
itulah Nabi Muhammad melihat prospek baru yang lebih cerah, lebih kondusif,
dan lebih konstruktif dalam gerakan dakwahnya. Dengan visinya yang tajam dan
menerawang jauh ke depan, Nabi mulai mengarahkan potensi, semangat, dan
minatnya bagi upaya-upaya penyiaran Islam di Madinah.
Sebagai
seorang nabi dan rasul, Muhammad adalah seorang dai ulung, dapat membaca
situasi dan konteks sejarah, dan seorang penyiar agama yang sangat visioner. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar