Senin, 05 November 2012

Pilpres di Tengah Badai


Pilpres di Tengah Badai
A Basuki Babussalam ;  Peserta US Elections Exchange Program,
dari Washington D.C., Amerika Serikat 
JAWA POS, 05 November 2012


HARI-HARI ini sungguh panjang dan melelahkan bagi masyarakat Amerika Serikat. Ada lebih dari tiga ratus juta penduduk, di lima puluh negara bagian, terlibat dalam demam pemilihan presiden. Semua lini kehidupan seakan masuk dalam lingkaran pertarungan, yang sering disebut dengan pesta demokrasi terbesar sedunia abad ini. 

Televisi dan radio tak henti-hentinya menyiarkan iklan kampanye. Media cetak penuh dengan kabar warna-warni kandidat presiden dan pendukungnya. Handphone dan perangkat komunikasi masyarakat dijejali dengan pesan-pesan politik dukungan. Pemilihan presiden seakan menjadi hajat hidup seluruh warga bangsa dengan produk domestik bruto terbesar di dunia tersebut. 

Tuhan Maha Berkehendak. Di tengah pesta demokrasi besar yang menghabiskan dana puluhan triliun rupiah tersebut, badai Sandy mengamuk. Melihat begitu besarnya dampak badai Sandy yang menerjang pantai timur AS, yang menyapu parah di sepuluh negara bagian, menggeser agenda dan pola pertarungan presiden. Pemilu yang jatuh pada Selasa (6 November) besok pasti ditumpangi berbagai kepentingan yang terkait dengan badai Sandy. 

Penggabungan pola kerja kampanye dengan pemulihan terhadap korban badai tersebut bisa dibaca dengan sangat jelas. Obama dengan segala kekuasaan eksekutif yang dimilikinya, masuk secara efektif memimpin penanganan korban. Begitu pula Romney. Dia menggabungkan kerja-kerja politiknya dengan kerja sosial untuk mencari simpati publik atas apa yang bisa dilakukan. Singkatnya, pertarungan politik perebutan kursi presiden dan datangnya badai Sandy telah memberikan satu gambaran bagaimana pertarungan harus terus dilakukan. 

Kerja Politik Panjang 

Putaran kampanye adalah puncak pertarungan panjang. Dengan struktur dan segala kekuatan yang dimiliki, partai politik di AS melakukan kerja-kerja politik efektif untuk kepentingan masyarakat. Partai politik yang memiliki pemimpin negara bagian, akan bekerja secara optimal untuk masyarakat dengan memperjuangkan ideologi dan kepentingan politik seperti yang dicanangkan partainya. Begitupun dengan anggota parlemen dan anggota kongres, hingga presiden terpilih. Semua bekerja melayani rakyat dengan basis warna ideologi partai, untuk kepentingan masyarakat. Masyarakat pun bisa merekam kerja-kerja politik itu. Dengan demikian, hal itu merupakan modal awal untuk melakukan kampanye politik. 

Untuk pemilihan presiden seperti yang digelar besok, partai politik pada umumnya memerlukan persiapan waktu dua tahun. Artinya, sejak dua tahun lalu Partai Demokrat dan Republik menyongsong puncak pemilihan presiden tersebut. 

Memang proses pemilihan dilakukan bertahap. Diawali pemilihan kandidat dari internal partai masing-masing. Itu artinya, selain tim besar yang dibangun partai, setiap kandidat internal partai juga memiliki tim sukses. Baru setelah mengerucut pada satu kandidat, tim pemenangan yang ada digabungkan menjadi satu tim pemenangan besar untuk mendukung kandidat presiden yang diusung partai. 

Jadi, terbentuklah struktur pemenangan yang sangat kuat untuk mendukung semua kandidat presiden, seperti yang ada pada hari ini. Kandidat presiden yang pada hari ini memiliki puluhan ribu relawan. Juga struktur pemenangan yang bekerja intensif di semua lini. Itu adalah sebuah hasil kerja panjang, sistematis, dan terukur yang telah dijalankan dalam waktu sangat lama oleh semua kekuatan politik. 

Begitu pula dengan anggaran kampanye. Tim Obama menyampaikan data resmi, di luar dana kampanye tidak resmi tentunya. Menurut hitungan the New York Times, dana kampanye Obama USD 934 juta atau hampir Rp 9 triliun. Tim pemenangan Gubernur Romney USD 881,8 juta atau sekitar Rp 8,5 triliun. 

Karena itu, kalau pada hari ini penduduk di seluruh penjuru dunia menyaksikan drama pertarungan politik yang sangat besar, itu tidak lain adalah hasil kerja kekuatan politik yang dibangun dalam tempo lama. Apalagi, kalau kemudian dihitung dengan pembangunan basis politik masing-masing partai di Amerika yang sudah ditata ratusan tahun. 

Kita Perlu Belajar 

Kita tampaknya perlu belajar. Di tengah dinamika pendapat soal politik di Amerika Serikat, kita bisa menyaksikan satu pertunjukan politik yang sistematis, transparan, terukur, dan berkesinambungan. Tak ada setitik pun darah tertumpah walaupun, tentu saja, tidak ada gading yang tak retak. Selalu ada sisi kelam dalam politik Amerika di tengah pernik cahaya kemilau yang menakjubkan. 

Obama dengan kekuatannya sebagai incumbent, yang menguasai sektor-sektor publik kekuasaan, bisa saja terganggu dengan hadirnya badai Sandy yang sangat dahsyat beberapa hari ini. Sebaliknya, dia juga bisa mendapatkan nilai dukungan tambahan jika mampu memberikan solusi terbaik atas badai yang baru berlalu. 

Begitu pula sebaliknya. Romney memiliki ruang untuk mengkritik kebijakan atas penanganan bencana. Tapi, kalau salah dalam tutur langkah, itu akan menjerembapkan dirinya ke lubang kesalahan yang akan dikenang getir dalam sepanjang sejarah. 

Denting jarum sejarah terus berputar. Siapa yang akan menjadi presiden ke-45 Amerika Serikat segera kita ketahui. Belum ada yang bisa memastikan siapa yang keluar dalam pertarungan. Namun, hasil jajak pendapat Gallup mengunggulkan Obama di dua negara bagian kunci, Virginia dan Ohio. Obama seperti sudah di ambang kemenangan. Tapi, kemungkinan sebaliknya bisa terjadi. Kuncinya, tentu, di tangan rakyat Amerika. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar