Selasa, 21 Januari 2014

Terobosan Pencegahan Banjir dan Pengelolaan Air yang Benar

Terobosan Pencegahan Banjir

dan Pengelolaan Air yang Benar

Taruna Ikrar  ;   Staf Akademik University of California Amerika Serikat,
Wakil Ketua Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional
DETIKNEWS,  20 Januari 2014
                                                                                                                        


Banjir bukan saja menjadi agenda tahunan Jakarta pada masa musim hujan seperti sekarang ini. Bahkan beberapa wilayah di Indonesia telah ikut menjadi bagian dari bencana alam tersebut. Sebagai contoh: banjir bandang di Manado, Sulawesi Utara. Secara geofisika, bencana banjir yang terjadi bukan akibat sistem alam atau intensitas curah hujan cukup tinggi. Melainkan karena lingkungan alam yang sudah rusak dan tidak terkontrol lagi.

Sehingga kondisi Indonesia, khususnya ibu kota negara, Jakarta, yang pada musim hujan, menjadi langganan banjir, dengan korban jiwa dan material yang tidak terhingga. Namun pada saat musim kemarau, kita juga mengalami krisis atau kesulitan air, baik untuk minum, dan berbagai keperluan air lainnya.

Sebetulnya, air merupakan kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh mahluk hidup termasuk manusia. Bencana yang selalu berulang setiap tahunnya, menunjukkan bahwa kondisi lingkungan Jakarta sudah mengalami kerusakan, dengan masalah utamanya tempat penampungan air berkurang, demikian pula dataran yang lebih tinggi tidak dapat menyerap air, sehingga air hujan pun tak tertampung lagi.

Kalau dianalisa dengan seksama, kunci persoalan di Tanah Air, adalah manajemen air yang tidak tepat dan salah sasaran. Sebagaiman diketahui bahwa air adalah sumber daya alam yang sangat penting. Berdasarkan strukur air di Bumi, saat ini hanya sekitar kurang dari 1 persen dari jumlah air tawar seluruh dunia yang dimanfaatkan oleh umat manusia dalam penggunaan yang semakin meningkat untuk sanitasi, minum, manufaktur, pertanian, dll.

Banyak usaha dalam pengelolaan sumber daya air yang diarahkan untuk optimalisasi penggunaan air dan meminimalkan dampak lingkungan dari penggunaan air tersebut. Keberhasilan pengelolaan sumber daya air memerlukan pengetahuan yang akurat tentang sumber daya yang tersedia, langkah-langkah dan proses untuk mengevaluasi secara signifikansi dan nilai kebutuhan air serta memperhatikan struktur lingkungan dan tanah.

Demikian pula, persoalan di Tanah Air cenderung tidak memperhatikan pengolahan air limbah. Bahkan terkadang penggunaan air terkontaminasi dengan patogen dan zat berbahaya. Padahal air yang mengandung zat patogen seperti bakteri, virus dan cacing parasit, yang secara langsung mempengaruhi kesehatan masyarakat. Sehingga masyarakat menderita penyakit umum termasuk diare, kolera, tipus dll. Sehingga salah satu kekhawatiran terbesar untuk sumber daya berbasis air kita di masa depan adalah keberlanjutan alokasi sumber daya air saat ini dan bahkan di masa depan.

Menemukan keseimbangan antara apa yang dibutuhkan oleh manusia dan apa yang dibutuhkan dalam lingkungan merupakan langkah penting dalam keberlanjutan sumber daya air. Upaya untuk menciptakan sistem air tawar yang berkelanjutan telah dilihat pada tingkat nasional di negara-negara seperti Amerika, Australia, Jepang, dan banyak negara-negara maju lainnya.


Salah satu negara bagian, yang bisa di ikuti sistem pengelolaan dan manejemen airnya, adalah California, Amerika Serikat. Kenyataannya sebagian wilayah California adalah padang tandus, sehingga air merupakan hal yang paling penting, baik sewaktu musim panas ataupun pada saat musim dingin dan hujan. 

Kita menyaksikan sampai dewasa ini kebutuhan air masyarakat senantiasa terpenuhi walaupun masyarakat berada di daerah padang dan di atas puncak-bukit dan gunung. Hal ini karena adanya sistem manajemen air yang sangat bagus. Pengaturan air di California menyediakan dan melayani lebih dari 30 juta orang, dengan pengairan seluas 5.680.000 hektar (2.300.000 ha) lahan pertanian. Pengelolaan air ini meliputi redistribusi air untuk sektor pertanian dan perkotaan, atau meningkatkan konservasi dan melestarikan ekosistem alam dari sumber air. Pasokan utama air di California berasal dari dua sumber utama: 1) air permukaan, yang berasal dari sungai, air hujan, serta air danau, dan 2) air tanah, yaitu air yang dipompa keluar dari tanah. Demikian pula California juga memproduksi air melalui desalinasi, penyulingan air yang berasal dari air laut.

Air tersebut di atas, dikelola dengan baik dengan 6 sistem utama, yaitu: 
1. Melibatkan masyarakat luas dalam mengelolah air secara benar, dan pemerintah memberi penghargaan kepada orang yang benar-benar menggunakan air secara tepat. 

2. Pemilik tanah dilibatkan dalam proses menyimpanan dan mengalirkan air ketempat yang telah ditentukan.

3. Pemerintah menyiapkan tanah yang luas untuk reservasi air. 

4. Adanya pengaturan hak ajudikasi yang digunakan untuk menentukan siapa yang memiliki hak untuk memompa dan berapa banyak air yang bisa diambil dengan cara mengaudit penggunaan. 

5. Air yang berasal dari air sungai diatur penggunaannya oleh pemerintah.
6. Negara memilki hak untuk mengatur penggunaan dan pengangkutan air dari sungai untuk keperluan pertanian, industri, dan urban. 

Dengan 6 sistem di atas, disertai penyediaan fasilitas kebutuhan air yang mencukupi, serta penerapan hukum secara tepat dan adil, dan melibatkan partisipasi masyarakat secara luas, dalam pengaturan dan penggunaan air secara tepat. Sehingga masyarakat tidak pernah merasa kekurangan air, demikian pula pada saat musim hujan dan musim dingin, tidak pernah terjadi bencana banjir.

Belajar dari sistem pengelolaan air di atas, seharusnya bisa dicontoh oleh Indonesia, khususnya Jakarta, dengan memberlakukan pengelolaan air secara baik dan sempurna. Yaitu mengelola air hujan, khususnya saluran-saluran air, menyediakan lahan penyerapan air, dan membuat penampungan air hujan sewaktu musim hujan, sehingga dapat mencegah banjir. 

Demikian pula air tersebut dapat digunakan dengan baik sebagai sumber air bersih di setiap waktu, termasuk di musim kemarau. Sehingga dengan model tersebut, air akan menjadi rezeki dan manfaat bagi warga negara, bukan sebaliknya justru menjadi bencana. Pemikiran ini disampaikan, dalam upaya melihat kondisi Indonesia, khususnya Ibu kota Negara, Jakarta menjadi kota yang sehat, aman, dan tentram.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar