Pilkada
Langsung adalah Imperatif
Veri Muhlis Arifuzzaman ; Direktur Konsep Indonesia
|
JARINGNEWS,
20 September 2014
Sekarang
ini adalah zaman dimana orang tidak suka diwakili, jual beli tidak suka ada
perantara dan komunikasi tak senang jika pake juru bicara. Semua suka
langsung. Face to face, berhadapan wajah, langsung tak ada pembatas.
Begitu
juga pilkada. Hampir satu dasawarsa rakyat terlatih memilih pemimpinnya
secara langsung. Tak ada hambatan berarti, kecuali sebagaimana banyak
disampaikan beberapa pihak bahwa model seperti itu boros, tidak efisien dan
tak efektif.
Padahal
sejatinya pemilihan langsung adalah pesta demokrasi. Sebagaimana pesta pada
umumnya, yang tidak berlangsung setiap saat, semua orang akan terlibat. Di
pesta pernikahan misalnya, tuan rumah, besan, tetangga, undangan, juru parkir
dan mereka yang ada di sekitar, akan berpesta: turut senang dengan adanya
pesta pernikahan itu, ikut makan enak, ikut dengar atau lihat hiburannya
juga.
Nah
pilkada itu pesta rakyat. Ada partisipasi dan keterlibatan stakeholders dalam
berbagai perannya. KPU sebagai penyelenggara, Bawaslu/Panwaslu mengawasi,
ada pemantau, ada pengusung, ada kandidat, ada tim sukses, ada media, percetakan,
logistik, biro iklan, konsultan politik, lembaga survey dan seterusnya. Semua
ikut hiruk, semua terpikuk.
Yang
namanya pesta tentu butuh biaya, tak apa negara mengeluarkan dana buat pesta
demokrasi, toh itu dana rakyat juga. Dana dari pajak mereka. Dikeluarkan
untuk menjamin hak suara mereka tersalurkan, daripada dana itu habis
dinikmati hanya oleh 30 sampai 100 orang anggota dewan yang terhormat. Anggap
saja, meminimalisir bertambahnya penghuni bui.
Jadi
menghilangkan pilkada langsung sesungguhnya adalah menghilangkan hak rakyat
untuk menikmati proses demokrasi. Hak untuk menilai, menimbang, memilih dan
meminta pertanggungjawaban pemimpinnya secara langsung. Jika rakyat suka, di
pilkada mendatang akan dipilihnya kembali, jika tak suka akan ditinggal.
Lantas
bagaimana agar pilkada langsung bisa hemat, efektif dan menghasilkan pemimpin
bersih, bagus dan bermutu? Tentu ini yang harus menjadi concern semua pihak.
Agar hemat, pikirkan cara terbaik untuk itu. Agar efektif, susun perencanaan
yang matang semisal pilkada serentak, masa kampanye panjang atau partai
pengusung tak dibatasi syarat perolehan kursi. Atau banyak cara lain, negara ini besar,
banyak warga bangsa yang sanggup bersama-sama mencari solusi yang aplikatif.
Sesungguhnya
beberapa pilkada yang digelar terakhir telah menunjukan kepada kita bahwa
perhelatannya bisa efisien. Banyak kandidat bermutu yang terpilih dan pasti
tidak dengan keluar uang banyak. Pilkada langsung adalah kesempatan emas bagi
siapa saja warga bangsa untuk muncul menjadi pemimpin. Jika bukan karena
pilkada langsung, tak akan muncul tokoh semacam Jokowi, Risma, Ridwan Kamil
atau Airin sekalipun.
Pilkada
langsung juga meminimalisir efek buruk kartelisme dan oligarki politik. Tak
dipungkiri, partai politik sekarang ini masih berpersoalan di dalam. Banyak
yang masih harus membenahi diri. Kaderisasi dan sistem pengambilan keputusan
di partai seringkali bergantung kepada "kehendak" ketua partai atau
kelompoknya. Yang paling aktual melihat kasus itu, kita cek saja soal pembentukan
dan pengangkatan alat kelengkapan dewan se Indonesia. Perhatikan, banyak
kejutan bukan? Itu karena peran partai, dalam konteks ini ketua partai,
begitu dominan. Jadi jika pilkada dilakukan lewat DPRD, dapat diduga yang
akan menjadi kepala daerah adalah para pemimpin partai politik, keluarga atau
kelompoknya.
Walau
sekarang banyak ketua partai atau orang partai menjadi kepala atau wakil
kepala daerah, tetapi prosesnya cukup teruji. Ada survey yang mengkaji
elektabilitas calon kepala daerah itu. Banyak ketua partai yang mundur atau
memilih jadi wakil kepala daerah karena tidak populer atau elektabilitasnya
rendah. Itu artinya, kalau pilkada dilakukan lewat DPRD, sangat mungkin
banyak akan muncul kepala daerah yang tidak dikenal oleh rakyat.
Jadi, pilkada langsung adalah niscaya. Bagus untuk kita, bagus untuk
Indonesia. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar