Seratus
Hari Tanpa Bulan Madu
Thomas Koten ; Direktur Social Development Center
|
MEDIA
INDONESIA, 21 Oktober 2014
SETELAH
pelantikan presiden, kemarin, pemerintahan Joko WidodoJusuf Kalla (Jokowi-JK)
memasuki program kerja 100 hari pertama. Program 100 hari pertama seorang
presiden baru sejak lama sudah menjadi program wajib dan mendapat perhatian
publik. Karena itu, program 100 hari pertama pemerintahan Jokowi-JK ini sangat
menarik untuk dicermati dan layak disambut. Hanya, perlu digarisbawahi,
program 100 hari ini memiliki waktu yang sangat singkat sehingga tidak bisa
diharapkan banyak dari hasil kerja pemerintahan baru.
Program
100 hari pertama pemerintahan baru ini, hakikat dasarnya, lebih pada
pematangan konsep atau program kerja lima tahunan presiden setelah memenangi
pilpres. Dalam 100 hari pertama itulah dapat diketahui prioritas-prioritas
apa saja yang harus dilakukan pada tahun pertama kepresidenan yang kemudian diikuti
dengan program tahun kedua, ketiga, dan keempat, hingga tahun kelima.
Artinya, diharapkan dalam 100 hari pertama ini muncul sejumlah langkah
konkret-strategis atau lahir sebuah visi yang jelas dengan grand design untuk
mengurai benang kusut persoalan bangsa, atau sebuah action plan yang
operasional dengan solusi-solusi yang memberikan keyakinan, harapan, bahkan
kepastian.
Jadi,
program 100 hari pertama bukan konsep perubahan ibarat membalikkan tangan
atau magic game. Yang dipertaruhkan
ialah program konkret dan menyentuh langsung berbagai perubahan yang telah
diagendakan presiden. Karena itu, menagih janji setelah 100 hari bekerjanya
pemerintahan baru jelas sesuatu yang mustahil. Persoalannya ialah hanya
karena publik terkadang kurang sabar melihat keberhasilan dari kerja pemimpin
baru sejak 100 hari pertama masa pemerintahannya.
Meskipun
demikian, program 100 hari pertama memiliki makna yang sangat penting bagi
jalannya sebuah pemerintahan dan menjadi jelas bagi rakyat untuk bisa menakar
keber hasilan awal sebuah pemerintahan lima tahun ke depan. Dalam hal mana,
kemampuan memimpin, kecerdasan dalam menyelesaikan persoalan bangsa dan
negara, serta kedewasaan dan kematangan jiwa seorang pemimpin dapat tecermin
dari kesanggupannya dalam menjalankan pro gram 100 hari pertama.
Inspirasi dari Roosevelt
Program
100 hari bermula dari tradisi Amerika Serikat (AS) yang mulai diperkenalkan
Presiden Franklin Delano Roosevelt saat memim pin AS yang ketika itu
mengalami depresi berat dalam kasus perbankan. Maka, ia mengungkapkan
sejumlah langkah pasti untuk menangani perbankan dalam 100 hari pertama. Adalah
sebuah program pembaruan ekonomi, TIYOK an
economic recovery, yang terkenal dengan sebutan The New Deal.
Dalam
pemerintahan Roosevelt itu, terbangun fondasi kebangkitan ekonomi AS dengan
berbagai regulasi pemerintah yang sangat ketat dan subsidi yang digulirkan
dari kas federal. Keberhasilan Roosevelt tersebut ditingkatkannya pada
periode kedua masa pemerintahannya pada awal Perang Dunia II. Dari
keberhasilannya itu pula dia dipilih lagi untuk memimpin AS untuk ketiga
kalinya.
Program
Roosevelt memang seperti mimpi dan terus menjelma menjadi cerita yang
melegenda yang sulit terhapus hingga saat ini dan belum tertandingi oleh
presiden AS mana pun. Program 100 hari pertama itu menjadi sempurna dalam
mimpi AS tatkala Ibu Negara Eleanor Roosevelt menyampaikan kalimat-kalimat
impiannya yang terkenal, The future
belongs to those who believers in the beauty of their dream. Masa depan ialah milik mereka yang percaya
pada keindahan mimpi-mimpinya. Kalimat itu bukan sekadar lahir dari
seonggokan utopia yang terpampang di dinding kosong tanpa makna, melainkan
berhasil memback-up program suaminya yang terkenal tersebut.
Menjadi
sebuah catatan penting dalam menjalankan program 100 hari pertama ini dan
sudah mentradisi di AS hingga kini bahwa dalam 100 hari pertama
pascapelantikan, pasangan presiden dan wakil presiden diberi kesempatan
‘berbulan madu’. Artinya, dalam jangka waktu 100 hari itu, segala langkah dan
kebijakan politik mereka bebas dari kontrol dan kritik publik AS. Dalam
jangka waktu itu, pasangan pemimpin terpilih memanfaatkannya untuk merenung
lebih ke dalam tentang segala persoalan bangsa sehingga dapat melahirkan
kebijakan dan langkah-langkah politik yang tepat. Dengan demikian, mereka
dengan leluasa melakukan rekonsiliasi dan konsolidasi politik dengan berbagai
kekuatan politik yang lain baik kawan maupun lawan politik.
Di
samping itu, segala urusan keluarga pun dapat diselesaikan dalam waktu 100
hari pertama. Jabatan presiden dan wakil presiden ialah jabatan politik yang
menuntut perhatian penuh. Tugas kenegaraan ialah tugas yang sangat berat dan
menuntut kerja keras sehingga mereka tidak lagi terlalu memikirkan segala
urusan keluarga pasca-100 hari pertama sebagai pemimpin negara. Tatkala
seseorang terpilih menjadi presiden dan wakil presiden, ia telah menjadi
milik negara, bukan lagi milik keluarga.
Pertanyaan,
apakah tradisi 100 hari pertama pemerintahan di AS bisa dipraktikkan di
Indonesia secara penuh? Perjalanan politik kekuasaan ala Indonesia juga yang
akan menjawabnya. Rakyat yang telah memilihnya atas dasar kepercayaan tentu
terus merajut harapan untuk mencicipi keberhasilannya sejak 100 hari pertama.
Harapan
Secara
garis besar, roda kekuasaan yang berjalan dalam 100 hari pertama pemerintahan
Republik Indonesia memang tidak terlalu berbeda dengan yang berjalan di AS.
Ini merupakan kesempatan bagi sang pemimpin terpilih supaya bisa mengatur langkah
konkret-strategis untuk lima tahun ke depan agar publik sudah bisa mengetahui
secara pasti prioritas apa saja yang dikerjakan pasca-100 hari pertama.
Karena
itu, yang diharapkan dalam 100 hari pertama pemerintahan Jokowi ini ialah langsung
terciptanya sebuah tim organisatoris, yang berintikan personalia kabinet yang
sudah terbentuk dengan fleksibilitas tinggi dengan memiliki kematangan
berpikir dan kemampuan pengendalian tinggi untuk langsung bekerja from the day one, alias tidak ada
bulan madu bagi mereka. Dalam hal ini, Jokowi harus segera menerapkan kepemimpinan
partisipatoris dan delegasi secara tepat ke semua lini kehidupan birokrasi
negara, yang sesekali diikuti dengan cara-cara blusukan ala Jokowi yang
sangat populer itu.
Setelah
dilantik, Jokowi harus langsung menakhodai kapal pemerintahannya dengan seluruh
jajaran kabinetnya dengan memberikan rasa aman, nyaman, dan kepastian dalam
tugas bagi para menterinya untuk bekerja, dengan melakukan self-fulfi ling
untuk dengan sendirinya memenuhi harapan rakyat. Perlu secara langsung
diciptakan pula suasana yang kondusif dengan dasar-dasar perilaku organisasi
yang objektif.
Dalam
hal ini, Presiden Jokowi pun dapat memberikan isyarat dan rencana kerja kepada
jajaran kabinetnya dengan terukur dan kepastian waktu secara teknis dan operasional.
Dengan demikian, para menteri pun dapat dengan tenang mengatur langkah-langkah
konkret-strategis untuk lima tahun masa kerjanya di kementerian masing-masing.
Selamat bekerja sepenuhnya untuk rakyat. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar