Risiko
“Mahal” Sekolah Kejuruan
Th
Rosid Ahmad ; Mantan Guru SMK 9,
Mantan Ketua MGMP Bahasa Inggris SMK Kota dan Eks Karesidenan
Semarang
|
SUARA
MERDEKA, 21 Juni 2014
“Kegiatan praktik menggunakan fasilitas pendidikan
produk teknologi canggih di SMK butuh biaya mahal”
Masa
pendaftaran sekolah adalah saat paling mendebarkan bagi kebanyakan orang tua.
Momen yang hanya berlangsung beberapa hari itu sangat mungkin menjadi pintu
gerbang yang menentukan perjalanan hidup anak bangsa pada masa depan.
Celakanya, banyak yang merasa bingung karena belum punya gambaran cukup jelas
dalam memilih tempat pendidikan yang benar-benar sesuai dengan nurani
Faktanya,
bagi anak-anak yang karena satu dan lain hal ingin segera bisa berkarya guna
mempraktikkan ilmu, sekolah kejuruan atau sekolah vokasi tentu menjadi
pilihan cerdas dan bijak. Bukan lagi rahasia, mayoritas siswa sekolah
menengah kejuruan (SMK) di Tanah Air kita berasal dari keluarga kelompok
ekonomi menengah ke bawah.
Harus
diakui, pendidikan kejuruan relatif berbiaya mahal. Bukan menyangkut uang
sekolah, melainkan seluruh biaya yang menjadi beban penyelenggara pendidikan.
Bagi lembaga pendidikan swasta, seperti Pendidikan Industri Kayu Atas (PIKA)
di Semarang, misalnya, hal ini jelas amat memberatkan.
Tapi
untuk siswa, mereka justru banyak diuntungkan. Selain mendapat keterampilan
yang amat berguna sebagai bekal hidup dengan bekerja di dunia
usaha/industri,mereka juga lebih mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan
ke jenjang lebih tinggi sepanjang memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Kegiatan
praktik menggunakan fasilitas pendidikan produk teknologi canggih itu butuh
biaya mahal. Investasi cukup besar terutama untuk pengadaan sarana-prasarana,
biaya perawatan, dan operasionalnya. Apalagi jika menggunakan tenaga
pembimbing profesional yang memiliki kualifikasi tinggi. Semua itu demi
menjamin lulusan SMK menjadi tenaga terampil.
Siswa
sekolah kejuruan terkait bidang penerbangan dan otomotif misalnya, sudah
selayaknya mengenal berbagai peralatan modern seperti mesin pesawat terbang,
juga mesin industri lain yang merupakan produk teknologi mutakhir.
Hakikatnya, keterampilan bidang apa pun tidak mungkin dikuasai hanya dengan
membaca teorinya. Urgensi kegiatan praktik sangat tinggi.
Siap Bekerja
Maka,
meski mahal tetap harus dijalani. Ibarat seseorang yang ingin sukses
mengelola usaha pembuatan pupuk organik atau peternakan burung hantu, bisakah
hanya mengandalkan pengetahuan dari literatur? Atau lebih ekstrem lagi, bila
bercita-cita menjadi pilot, cukupkah membaca teori dari buku tanpa pernah
duduk di kursi pilot?
Garis
kebijakan pemerintah yang layak dipahami, pendidikan kejuruan mengemban misi
untuk menyiapkan lulusan terampil dan siap bekerja sesuai kebutuhan
pembangunan di negeri ini. Terasa cukup menggembirakan bahwa banyak lulusan
SMPdi Jateng lebih memilih sekolah kejuruan.
Berbekal
kurikulum dan dukungan program pendidikan sistem ganda (PSG) yang memberi
kesempatan pelatihan langsung di dunia kerja, siswa digembleng agar memiliki
jiwa enterpreneurship dengan etika dan etos kerja tinggi. Yang sungguh
melegakan, untuk masalah uang sekolah umumnya justru lebih rendah dari mereka
yang belajar di sekolah umum.
Namun
sebelum memilih mendaftar di SMK, orang tua dan siswa perlu mencermati
beberapa hal. Pertama; pertimbangkan bakat dan minat. Bekerja sesuai minat
tentu amat menyenangkan dan besar kemungkinan menuai sukses. Jika berminat
menggeluti bidang teknik dan gemar memodifikasi motor misalnya, pilihlah
prodi otomotif.
Sebaliknya,
jika suka menggambar arsitektur maka bisa mengambil prodi teknik gambar
bangunan. Singkat kata, tentukan pilihan dengan menyesuaikan minat serta
bakat yang dimiliki. Yang tidak kalah pentingnya, cermati prospek pekerjaan
yang digeluti setelah lulus.
Sering
terjadi, beberapa prodi teramat sedikit peminat namun peluang untuk sukses di
dunia kerja ternyata cukup besar. Bukan saja untuk menjadi pegawai atau buruh
bagi pihak lain, tapi bahkan sukses berwiraswasta. Yang pasti, lulusan SMK
lebih cepat memperoleh pekerjaan. Bahkan, beberapa di antaranya belum lulus
pun panggilan untuk bekerja sudah diterima. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar