Kegelapan di Pagi Hari
Bambang Hidayat ; Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
|
KOMPAS, 17
Februari 2016
Kurang dari sebulan ke
depan, gerhana matahari total akan berlangsung pada 9 Maret 2016. Dari jalur yang akan dilalui pusat bayangan
(umbra) Bulan, Matahari akan sekejap hilang dari pandangan warga yang tinggal
di jalur gerhana itu.
Jalur gerhana mulai
menyentuh muka Bumi pada suatu tempat tak berpenghuni di Samudra Hindia,
1.000 kilometer di sebelah barat Padang, pukul 05.00. Jalur gerhana matahari
total (GMT) merambat cepat ke timur dengan kecepatan 1.200 km/jam. Perambatan terjadi karena
gerak relatif Bumi dan Bulan
mengelilingi Matahari, serta rotasi Bumi pada porosnya.
Jalur gerhana mulai
menyentuh wilayah Indonesia di Pulau Siberut pukul 06.00. Awal perjalanan GMT
di wilayah Bengkulu pukul 06.30. Seterusnya melaju ke timur, melewati Pulau
Belitung menuju Kalimantan Barat, Kalimantan Timur lalu berbelok ke timur
laut menjajagi Sulawesi Tengah.
Bumi Indonesia
ditinggalkan GMT pukul 08.00 ketika bayangan meninggalkan wilayah Maluku
sebelah utara. Totalitas gerhana, yakni tatkala piringan kelam Bulan menutupi
sempurna cakram berkilau Matahari (sampai 95 persen) terjadi pada pukul
09.00, tampak dari suatu titik tanpa
penduduk di tengah Lautan Teduh.
Gerhana dan mitos
GMT selalu hadir dalam
kehidupan Bumi dibarengi dengan mitos dan kepercayaan manusia. Dulu kejadian
akbar alami ini dapat menumbuhkan ketakutan. Kekurangpahaman sering membuat
rasionalitas terabaikan.
Kita pernah mengalami
disinformasi yang beredar menjelang GMT 1983. Beruntunglah, yang berani
melawan anjuran tinggal di dalam rumah, dan bisa menyaksikan keindahan
peristiwa yang luar biasa itu. Pada peristiwa GMT berikutnya, 1988, pasokan
informasi yang benar membuat antusiasme untuk menyaksikan GMT tumbuh lagi.
Pelajar dan masyarakat menyambut GMT tanpa rasa takut, sambil melengkapi
dirinya dengan kacamata pelindung dan perlengkapan lainnya.
Penggerhanaan Matahari
merupakan salah satu peristiwa mekanistik (gerak Bumi, Bulan, dan Matahari)
alam biasa. Berlangsung tatkala Bulan menyilang garis hubung Matahari-Bumi di
dekat titik simpulnya. Peristiwa itu tidak terjadi setiap saat Bulan berada
di antara Matahari dan Bumi karena kemiringan bidang edar Bulan (sebesar 50 )
terhadap bidang ekliptika (bidang edar Bumi dan planet mengelilingi
Matahari). Adalah kebetulan dalam alam bahwa diameter sudut Bulan (30 menit
busur) hampir sama besar dengan diameter sudut cakram Matahari, walau jarak linier Bumi-Matahari
400 kali jarak Bumi-Bulan. Besaran sudut yang sama itu membuat piringan
Matahari bisa terhalang sempurna oleh piringan gelap Bulan.
Seseorang, karena
geometri lintasan Bumi-Bulan mengelilingi Matahari, tidak selalu dapat
menyaksikan GMT. Saat berlangsungnya GMT piringan Matahari yang bercahaya
sedikit demi sedikit teradang Bulan. Pada puncaknya kegelapan melanda suatu
daerah yang kebetulan berada di daerah jalur GMT. Pada saat itulah pinggiran
gelap Bulan menampilkan keindahan
"mutiara Bailey" (Bailey
beads), yang dibentuk oleh terobosan cahaya Matahari melalui lembah dan ngarai permukaan Bulan.
Lebar pita bayangan,
yakni daerah yang dilewati oleh jalur GMT hanya 150-200 km (di permukaan
Bumi). Dari sebelah utara dan selatan jalur GMT tidak terlihat lagi. Oleh
karena itu, se tiap titik di permukaan Bumi hanya mempunyai peluang dilewati
jalur gerhana sekali setiap 360 tahun. Ini suatu kala panjang untuk dapat menyaksikan episode gerhana serupa. Panjang GMT
maksimum 7 menit 40 detik.
Kegelapan yang
ditimbulkan oleh kerucut bayangan Bulan
untuk tempat di dekat ekuator, dapat berlangsung selama 5 menit.
Tergantung dari jarak Matahari-Bumi-Bulan panjang kala GMT bisa mencapai
maksimum 7 menit 40 detik (untuk suatu titik di dekat ekuator). GMT 1983
mendekati kala maksimum, berlangsung 6 menit. Panjang kala gerhana itu sudah
merupakan primadona bagi pemburu gerhana untuk dikejar dan diamati dari
tempat yang sesuai, dalam artian tak akan terganggu oleh peristiwa
meteorologi, seperti awan yang menghalangi pandangan.
Para
profesional-astronom ingin memanfaatkan peluang emas itu untuk membuka dan
meneguhkan interpretasi rahasia alam yang belum terpecahkan atau belum kukuh.
Aspek fisika ruang antarplanet (di dekat Bumi) dan fisika Matahari, yakni
gejala ubahan yang menyulut penampakan korona dan berpengaruh pada lapisan
angkasa Bumi, merupakan incaran peneliti.
Daya tarik gerhana
Tidak hanya kala
gerhana saja yang menjadi daya tarik pemburu gerhana. Saat berlangsung dan
topografi jalur GMT menjadi parameter popularitas gerhana. Kecermatan memilih
ini penting untuk menjamin keberhasilan upaya ilmiah, apalagi yang bersifat
mendesak. GMT yang berlangsung pada musim kemarau mempunyai bobot tinggi
untuk disasar menjadi obyek pengamatan, demi suksesnya suatu program ilmiah yang
telah menyita waktu dan tenaga (dan tentu saja dana).
Sebagai contoh GMT
1983, yang dapat dilihat di tengah hari tatkala Matahari tinggi di langit. Di
tempat yang kering seperti Tanjung Kodok, Tuban, memenuhi syarat untuk
menjadi tujuan pemburu gerhana. Bagi para amatir keilmiahan, pemotret serius,
dan penggemar lingkungan budaya pun, ini adalah atraksi yang bisa dikaitkan
dengan keinginan mengamati GMT.
Tidak usah diutarakan
bahwa Pulau Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya memperoleh kredensial cap
itu. Jadi, tidak mengherankan kalau di samping para profesional, arus
kunjungan pemburu gerhana berjumlah besar. Harapan penulis GMT 2016 juga
harus bisa membangkitkan daya penarik peneliti maupun pengamat.
Nilai penting GMT bagi
peneliti fisik Matahari dan lingkungannya sangat tinggi. Inti masalah adalah
ubahan-ubahan yang disulut oleh berkurangnya sinar dan terang
sesaat-memungkinkan melihat angkasa Matahari terluar. Manifestasi kegiatan
Matahari terpancar keluar menginduksi plasma angkasa Matahari yang tidak
tampak (kecuali melalui cara tertentu yang sangat spesifik: mengimitasi
kejadian GMT).
Kedudukan Matahari
sebagai poros tengah dalam tata surya, telah ikut membentuk kekhasan
lingkungan ruang antarplanet, terutama lingkungan Bumi. Lapisan angkasa Bumi
teratas peka terhadap ubahan kegiatan Matahari dan efek itu merambat.
Adonan mekanisme dan
interaksi hasil kerja gelombang elektromagnetik, penjalaran gelombang dari
sentra pembentukan energi di inti Matahari, tidak hanya mewarnai ujud angkasa
luar Matahari (lapisan-lapisan korona), tetapi juga berdampak pada kemagnetan
Bumi melalui medan listrik maupun medan magnetik. Angkasa bagian luar
Matahari adalah manifestasi kejadian renik dalam badan Matahari, sebagian
dari ubahan itu tersiram ke ruang antarbintang.
GMT 2016 merupakan
wadah 3 tahun pasca maksimum Matahari aktif. Pada saat aktif bintik Matahari
dan ikutannya, flare, sangat kuat menyemburkan energi bertenaga tinggi dalam
ujud emisi sinar ultraviolet.
Matahari, walau
merupakan bintang terdekat dengan Bumi, tetap sebagai bintang yang menyimpan
enigma, belum semua rahasianya terpapar dan terbaca peneliti. Menyatunya tiga
cabang keilmuan, Ilmu Keplanetan, Ilmu Kebumian, dan Astronomi, merupakan medan kerja sama
yang menghadirkan soal saling terkait Kita tinggal di Bumi, lumrah kalau
perhatian kita tertuju pada proses evolusioner lapisan angkasa Bumi.
Penyelidikan
antardisiplin, untuk mengetahui efek yang timbul dari tautan Matahari-Bumi,
umpama, efek terestrial GMT dalam aeronomi, termasuk penyelidikan kecerahan
angkasa dan gelombang gravitasi angkasa yang mungkin tersulut oleh sentuhan sesaat ubahan kualitas dan
kuantitas cahaya.
Daya tanggap serba
hidup biasanya menjadi obyek penelitian karena keterubahan kualitas cahaya
dan bahang. Tusukan luar sesaat itu barangkali masih bisa ditemui pada
jenis flora di hutan Kalimatan atau di
wilayah Sulawesi Tengah.
Untuk menghindari
"verbalisme" alangkah
baiknya jika ada uluran tangan untuk anak didik, pendidik, dan masyarakat
yang memerlukan keilmuan. Program ilmiah remaja dengan kapal bisa diadakan
untuk memupuk cinta laut dan alam. Dalam kapal bertamasya menuju ke pusat
jalur GMT mereka diberi ceramah astronomi, geografi, meteorologi, biologi,
dan seterusnya.
Setelah gerhana
selesai, kapal pun bisa berlayar menuju ke selatan (Tambora, Bali) atau
melihat geografi hutan basah tropika di Kalimantan. Usaha itu akan bermanfaat
bagi pembangunan minat dan bakat penelitian dan kecintaan pada lingkungan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar