Momentum Pertumbuhan KTT ASEAN-AS
Rene L Pattiradjawane ; Wartawan Senior Kompas
|
KOMPAS, 10
Februari 2016
Pekan depan, para
kepala negara ASEAN akan bertemu Presiden Amerika Serikat Barack Obama dalam
Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN-AS di Sunnyland, California, AS. Pertemuan
seperti ini baru pertama kali dilakukan dan menjadi penting setidaknya karena
dua hal. Yakni perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dan berakhirnya
pemerintahan Obama setelah pemilu, 8 November.
Bagi ASEAN, hubungan
ekonomi dengan AS menjadi penting walaupun tidak sepenting hubungan
ASEAN-Tiongkok atau ASEAN-Jepang. Kebijakan poros di bawah Obama menghadirkan
persoalan baru di kawasan selama dua tahun terakhir. Alasannya sederhana.
Kebijakan ini sarat dengan perspektif membendung kebangkitan Tiongkok yang
agresif, tidak hanya secara militer di Laut Tiongkok Selatan (LTS), juga
ambisius dalam mengembangkan kerja sama ekonomi dan perdagangan.
Secara ekonomi, ASEAN
sangat penting bagi pebisnis AS. Nilai perdagangan ASEAN-AS tercatat sebesar
254 miliar dollar AS (2014), menempatkan Washington sebagai mitra dagang
keempat terbesar ASEAN. Investasi asing langsung (FDI) sebesar 226 miliar
dollar AS menempatkan AS sebagai kelompok perusahaan terbesar yang
berinvestasi di kawasan.
Bandingkan hubungan
ASEAN dengan Tiongkok atau Jepang yang berseteru secara politik, ekonomi,
keuangan, dan perdagangan. Total perdagangan ASEAN-Tiongkok mencapai 480
miliar dollar AS (2014), tetapi FDI Tiongkok ke ASEAN hanya 35,2 miliar
dollar AS pada tahun yang sama. Adapun total perdagangan ASEAN-Jepang pada
2014 mencapai 229 miliar dollar AS, ketiga terbesar setelah Tiongkok dan Uni
Eropa. FDI Jepang ke ASEAN tahun 2014 mencapai 22 miliar dollar AS, termasuk
investasi untuk produksi otomotif dan perbankan.
Pada sisi lain, KTT
ASEAN-AS pekan depan juga akan membahas persoalan yang terkait kerja sama
militer dan keamanan maritim, khususnya situasi dan perkembangan di LTS.
Salah satu masalah serius adalah bagaimana sinkronisasi kepentingan AS yang
mengusulkan Inisiatif Keamanan Maritim Asia Tenggara dengan dukungan dana 250
juta dollar AS, dengan gagasan Indonesia pada KTT Asia Timur (EAS) tentang
Statement on Regional Maritime Cooperation, mencakup kerja sama lebih luas di
bidang ekonomi dan keamanan.
Dalam konteks ini, KTT
ASEAN-AS memiliki beberapa faktor penting yang perlu dicermati. Pertama,
terkait masalah keamanan di LTS. Inisiatif Keamanan Maritim Asia Tenggara
harus mampu mengarah pada terbentuknya suatu resolusi konflik, untuk
terciptanya kondisi nonmiliter di LTS. Hal ini bertujuan mengukur niatan RRT
untuk tidak melakukan militerisasi wilayah tersebut, sekaligus mengurangi
ketegangan karena berbagai operasi militer di kawasan.
Pada pertengahan tahun
ini, pengadilan arbitrase internasional di Belanda akan mengambil kesimpulan
atas permintaan Filipina terkait sembilan garis putus-putus di kawasan LTS
yang menjadi sumber sengketa tumpang tindih kedaulatan di LTS. Apa pun
keputusan pengadilan tersebut, akan menghadirkan nuansa politik dan keamanan
baru di kawasan LTS.
Kedua, menyangkut
kerja sama ekonomi. Pembagian kerja sama ekonomi dan perdagangan bebas dalam
beberapa institusi di kawasan Asia Tenggara, jangan sampai menimbulkan blok
ekonomi persaingan kekuatan negara besar ke dalam mekanisme coalition of the
willing bagi ASEAN yang baru memulai Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
Artinya, skema dan
mekanisme perdagangan bebas dan implementasinya, baik Kemitraan Ekonomi
Komprehensif Regional (RCEP), Kemitraan Trans-Pasifik (TPP), APEC, maupun
kesepakatan lainnya, jangan menjadi pijakan untuk melakukan pecah belah yang
tidak menguntungkan kerja sama ekonomi dan perdagangan. Bagi ASEAN, semua
kerja sama kemitraan penting untuk mempertahankan momentum pertumbuhan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar