Jumat, 12 Februari 2016

Menghadapi Papua dengan Arif

Menghadapi Papua dengan Arif

Sayidiman Suryohadiprojo  ;   Mantan Gubernur Lemhannas
                                                     KOMPAS, 12 Februari 2016

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Tampak sekali bahwa dewasa ini bangsa Indonesia menghadapi berbagai masalah dengan Papua. Selain soal Freeport, ada juga masalah keamanan yang tidak sederhana.

Dalam buku The Incubus of Intervention, Greg Poulgrain (2015), ada ulasan luas tentang Papua yang dapat menambah pemahaman kita tentangnya. Penulis bermaksud menguraikan beberapa hal tertulis di sana untuk diperhatikan Pemerintah RI.

Awalnya Papua, yang jadi bagian jajahan Belanda atas Indonesia, tak terlalu mendapat perhatian Pemerintah Belanda. Hanya di beberapa tempat Belanda menempatkan orangnya sebagai tanda bahwa ia berkuasa di Papua. Hal ini mengalami perubahan ketika minyak bumi jadi komoditas yang kian penting dalam percaturan internasional dan Belanda menduga bahwa bangsa lain berminat menjajaki keberadaan minyak di bumi Papua.

Maka, pada 1936 Pemerintah Belanda mengirim satu ekspedisi untuk meneliti kondisi Papua: Anton H Colijnsebagai pemimpin ekspedisi, pakar geologi  Jean Jacques Dozy, dan penerbang AL Franz Wissel. Ekspedisi berhasil mencapai puncak pegunungan yang oleh Belanda dinamakan Pegunungan Carstensz. Di pegunungan yang tertinggi di Papua itu ekspedisi menemukan bahwa ada puncak yang mengandung tembaga dan emas dalam jumlah besar sekali. Kandungan emasnya diperkirakan dua kali lipat dari Witwatersrand, Afrika Selatan,yang waktu itu tambang emas terbesar di dunia.

Strategi Belanda

Belanda menyadari bahwa temuan ini akan menimbulkan reaksi hebat dunia dan kehadiran Belanda di Papua yang sedikit serta keterbatasan Belanda dalam mengeksplorasi akan menyebabkan usaha bangsa lain memasuki Papua.

Ketika itu perusahaan minyak Netherlands New Guinea Petroleum Company (NNGPM)sedang beroperasi di Papua. Karena JJ Dozy bekerja di perusahaan itu, NNGPM  oleh Belanda  digerakkan menggarap temuan itu. Namun, NNGPM bukanlah perusahaan Belanda karena ia hanya memiliki 40 persen saham, 60 persen ada pada dua perusahaan  Amerika Serikat yang dikuasai keluarga Rockefeller,sang raja minyak AS. Ketika kemudian perusahaan AS, Freeport Sulphur, berubah menjadi Freeport McMoRan, perusahaan itu juga dikuasai Rockefeller. Jadi, ada kepentingan kuat dari keluarga Rockefeller di bumi Papua.

Allen Dulles, Direktur CIA, sejak lama adalah kawan dekat keluarga Rockefeller. Ia bukan sahabat Indonesia, terbukti dari usahanya ketika CIA mendukung Pemberontakan PRRI/Permesta. Ia juga bukan sahabat Presiden AS John F Kennedy. Sejak Kennedy jadi Senator, ia mengkritik kebijakan AS di Indonesia. Dulles sebagai pembela kepentingan Rockefeller sejak awal menentang pengakuan kemerdekaan Indonesia yang merupakan penghasil minyak dan gas bumi yang penting bagi Rockefeller.

Sebaliknya, Presiden Kennedy punya pandangan untuk menarik Indonesia sebagai sekutu Blok Barat. Di mata Kennedy, Indonesia bahkan lebih penting dari Vietnam. Sebab itu, Kennedy memupuk persahabatan dengan Presiden Soekarno yang ia yakini merupakan kunci utama membawa Indonesia ke Blok Barat.

Demi memperkuat persahabatan itu, Kennedy membantu Indonesia dalam pengintegrasian Papua dalam wilayah nasional Indonesia, hal yang dikecam Dulles. Kemudian Presiden Kennedy merencanakan mengunjungi Indonesia pada awal 1964, makin mendekati Soekarno dan Indonesia. Ia juga perlu membuat Indonesia mengakhiri konfrontasi terhadap Malaysia. Ia yakin bahwa di Jakarta nanti ia akan dapat mengajak Presiden Soekarno melakukan itu karena hakikatnya inisiator konfrontasi bukan Soekarno, tetapi Menlu Subandrio yang berambisi menjadi pengganti Soekarno sebagai Presiden RI.

Memperhatikan popularitasnya di Indonesia dan hubungannya kian erat dengan Soekarno, Kennedy yakin bahwa kunjungannya ke Indonesia akan sukses besar bagi Blok Barat. Namun, itu semua tak menjadi kenyataan karena Presiden Kennedy pada November 1963 terbunuh.

Meski tak ada bukti, banyak kalangan di AS, termasuk Nyonya Jacqueline Kennedy, menduga bahwa tangan-tangan CIA ada di balik pembunuhan itu. Begitu kuat pembelaan Dulles dan CIA  terhadap kepentingan modal besar, khususnya Rockefeller.

Sekarang Dulles sudah tiada, tetapi dapat diduga sikap CIA terhadap pembelaan kepentingan modal besar AS atas Papua tak berubah. Ini perlu jadi pertimbangan Pemerintah RI dalam menghadapi masalah Papua.

Bagian integral

Tujuan bangsa Indonesia ihwal Papua adalah menjamin agar rakyat dan daerah Papua tetap jadi bagian integral Republik dan bangsa Indonesia. Dalam menjamin terwujudnya tujuan ini dihadapi beberapa tantangan: kehendak sebagian rakyat Papua menjadikan Papua negara merdeka dan adanya kepentingan asing menguasai kekayaan alam Papua, khususnya modal besar AS yang dibantu CIA.

Tantangan itu bermaksud mengakhiri kekuasaan RI atas Papua dengan berbagai usaha, termasuk menghubungi kekuatan internasional dengan menyampaikan tindakan RI di Papua yang mengabaikan HAM dan menimbulkan kesengsaraan pada rakyat Papua. Dengan begitu RI kehilangan legitimasi di Papua. Untuk menghadapi itu, Pemerintah RI harus menjadikan rakyat dan manusia Papua sebagai kunci dan inti keberhasilan.

Pemerintah dan bangsa Indonesia harus menghadapi tantangan dengan sikap arif bijaksana bagaikan sikap orangtua pada anaknya. Itu berarti sikap penuh kasih sayang dan selalu berusaha membuat anak tumbuh baik jasmani dan rohani, memperoleh pendidikan bermutu dan luas, menjadikan anak manusia berkarakter mulia dan menguasai kecakapan hidup membentuk kesejahteraan bagi dirinya. Semua dalam suasana kekeluargaan yang damai dan sejahtera lahir dan batin.

Pemerintah RI dan kita semua harus melihat dan memperlakukan rakyat Papua sebagai bagian integral bangsa Indonesia dan selalu membawa rakyat Papua dalam persatuan Indonesia. Atas dasar itu, selalu diusahakan yang terbaik bagi Papua, sebagaimana juga selalu diusahakan bagi setiap bagian tanah air Indonesia.

Pemerintah RI harus membangun berbagai lembaga pendidikan di Papua dan mengajak berbagai organisasi yang bergiat dalam pendidikan ikut membangun lembaga pendidikan di Papua. Secepat mungkin tersedia guru asal Papua bagi pendidikan dasar dan menengah dalam jumlah dan mutu memadai. Hal sama dilakukan untuk menjaga kesehatan rakyat dengan membangun rumah sakit sampai ke pedalaman Papua.

TNI dengan organisasi teritorialnya yang tersebar di seluruh daerah Papua menjalankan fungsi teritorialnya dengan merebut hati dan kepercayaan rakyat, bukan menakut-nakuti yang akan menjauhkan rakyat dari kekuasaan RI. Kalau rakyat Papua merasa satu dengan unsur-unsur bangsa Indonesia lainnya, maka lebih mudah menghadapi kepentingan asing yang mau mengambil keuntungan dari Papua. Paling baik bila pemerintah yang mengeksplorasi bumi Papua.

Dalam hal Indonesia belum punya kemampuan teknologi memadai melakukan itu  dan perlu ada partisipasi asing, diusahakan deal terbaik untuk pusat maupun Papua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar