Ekonomi
PHP
Fuad Bawazier ; Mantan Menteri Keuangan
|
DETIKNEWS,
23 Oktober
2017
Dari kacamata ekonomi, yang
disebut era Orde Baru (Orba) adalah saat dimulainya kebijakan ekonomi
Indonesia dituntun atau diarahkan oleh Bank Dunia (1967) yang dibantu IMF dan
Bank Pembangunan Asia, dan dijalankan oleh ekonom-ekonom pemerintah yang
sering dijuluki Mafia Berkeley. Meskipun policy ekonomi "neolib"
yang dijalankan semasa Orba tidak seleluasa atau "seliar" sekarang,
karena masih ada UUD 45 yang belum diamandemen dan faktor Pak Harto sebagai
Angkatan 45 yang selalu mengawal jiwa dan semangat cita-cita Proklamasi 45,
namun pelan-pelan upaya-upaya membelakangi Pasal 33 UUD 45 sebenarnya sudah
berlangsung.
Selama dalam binaan neolib 50
tahun ini, puja-puji dari grup Bank Dunia kepada perekonomian Indonesia dan
para pengelolanya sungguh luar biasa, terus-menerus, dan memabukkan. Selama
50 tahun itu praktis dari waktu ke waktu dikatakan bahwa ekonomi Indonesia
sukses, dan akan menjadi yang terbaik, terkuat, dikagumi; akan menjadi sekian
besar ekonomi dunia, dan segudang "akan-akan" lainnya. Kalau saja
puja-puji atau ramalan-ramalan Bank Dunia cs itu jujur, tentu saja Indonesia
sekarang sudah jadi negara besar yang diperhitungkan seperti halnya
kebangkitan ekonomi Korea Selatan atau China yang mulainya jauh sesudah
Indonesia.
Tapi, semua itu hanya PHP yang
tidak pernah menjadi kenyataan. Yang pasti Indonesia semakin tertinggal jauh
dibandingkan dengan negara lain yang sebelumnya setara. Sementara itu para
pejabat ekonomi neolib yang setia dan patuh pada arahan Bank Dunia/IMF selalu
mendapat puja-puji dan gelar-gelar terbaik lainnya yang dari pengalaman masa
lalu, saya yakin tidak gratisan alias berbayar. Gelar-gelar itu antara lain
"the best minister", "the best governor", "the most
influential…(ini dan itu)."
Kemudian para pendukung policy
ekonomi neolib itu maupun jaringan para pejabatnya memanfaatkan habis-habisan
puja-puji asing itu sebagai sukses besar ekonom neolib Indonesia dan
"bukti sukses besar ekonomi Indonesia" dalam bimbingan neolib,
sukses "yang diakui dunia" dan seterunya. Semua gelar dan
pengakuan-pengakuan "dunia" itu toh tidak harus dibuktikan, tidak
harus dipertanggungjawabkan, dan tanpa kriteria yang jelas, alias bebas-bebas
saja.
Demikianlah, kegagalan demi
kegagalan atau keterpurukan demi keterpurukan ekonomi Indonesia ditutup-tutupi
dengan puja-puji dan janji-janji gombal tentang kejayaan ekonomi "yang
akan datang", yang sebenarnya tidak akan pernah terwujud karena hanya
PHP.
Ketika pemerintah terjepit
dengan keadaan perekonomian yang semakin parah, senjata lain yang biasanya sudah
disiapkan adalah pernyataan bahwa apa yang sedang dilakukan sekarang adalah
untuk tujuan jangka panjang; jadi jangan dilihat sekarang (yang sedang
berantakan).
Rakyat Indonesia yang dikenal
pelupa dan mudah percaya serta kebanyakan juga tidak begitu mengerti
detail-detail ekonomi, cenderung terkecoh atau bingung dengan
argumentasi-argumentasi yang saling bertentangan yang mirip adu kuat
propaganda. Dan, karena kehidupan sehari-harinya masih kesulitan maka banyak
rakyat yang kehilangan daya kritisnya membaca sikon ekonomi yang sedang
terjadi, yaitu sebenarnya perekonomian Indonesia itu membaik atau memburuk?
Di tengah kebingungan rakyat
itu, kembali lagi para ekonom neolib pemerintah berargumentasi (bagi saya
lebih tepatnya membual) tentang sukses ekonomi Indonesia, baik dengan
mengutip pernyataan-pernyataan puja-puji ala Bank Dunia terhadap
"sukses" ekonomi Indonesia maupun melalui ocehan jaringannya
sendiri.
Yang perlu dicatat bahwa
sepanjang kebijakan ekonomi pemerintah masih dalam kendali atau arahan Bank
Dunia cs, dan pejabatnya masih dari kelompok binaannya, meskipun terpuruk,
masih akan dibelanya sebagai "masih aman dan akan sukses". Tetapi
bila sebaliknya, siap-siap saja akan digempur, apalagi bila pejabat
ekonominya bukan dari kelompok binaannya. Dengan bantuan Bank Dunia cs,
ekonom-ekonom Mafia Berkeley ini akan terus bercokol siapapun presidennya
atau alirannya, dan Indonesia hanya dibuai dengan iming-iming ala PHP yang
tidak pernah terwujud. So, how long can
you go? ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar