Senin, 23 Oktober 2017

Harta Panas

Harta Panas
Komaruddin Hidayat ;   Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
                                                KORAN SINDO, 20 Oktober 2017



                                                           
HATI-hati dengan harta kekayaan yang kita miliki, salah satunya dari warisan orang tua. Agama selalu mengajarkan untuk berdoa agar mendapatkan rezeki yang halal dan berkah. Bukan harta haram dan panas yang tidak mendatangkan ketenteraman dan keberkahan.

Banyak kasus di sekeliling kita yang menjadi pembelajaran sangat berharga. Ketika orang tuanya meninggal, tanah kuburnya belum kering, anak-anaknya justru sudah bersengketa berebut warisan. Peristiwa demikian ini akar masalahnya ada dua.

Pertama, orang tua tidak mengantisipasi untuk membagi warisan jika sewaktu-waktu meninggal. Yang demikian tentu kita maklumi, karena kematian itu rahasia Tuhan, tidak tahu kapan terjadi. Namun, ternyata ada beberapa orang tua yang sudah berwasiat sebelum meninggal.

Semua anggota keluarganya dikumpulkan, didengarkan aspirasinya dan komitmennya jika suatu saat orang tua meninggal agar tidak bertengkar soal warisan. Orang tua berwasiat, jangan sampai anak-anak berebut warisan, karena akan menyiksa di alam kuburnya.

Sebaliknya, para anggota keluarga diminta agar memanfaatkan warisan itu di jalan Tuhan agar mendatangkan dividen pahala kebaikan bagi orang tua yang telah meninggal, atau disebut amal jariyah, maupun bagi yang masih hidup.

Kedua, akar penyebab mengapa ahli waris bertengkar karena secara ekonomi belum pada mandiri dan tidak memiliki pendidikan serta akhlak mulia. Jika anak-anak memperoleh pendidikan yang baik dan hidup mandiri secara ekonomi, pada umumnya harta warisan tak akan menjadi sumber sengketa.

Mereka malu memperebutkan harta yang bukan hasil jerih payah dan keringat sendiri. Makanya keluar nasihat orang tua, harta warisan itu barang halal yang panas.

Akan lebih panas lagi jika ternyata harta yang diwariskan itu dulunya didapat dengan jalan tidak halal oleh orang tuanya. Orang tua pasti lebih bahagia meninggalkan keturunan yang berpendidikan, bisa hidup mandiri, diterima, dan dicintai lingkungan sosialnya.

Sering kali kita saksikan, hanya dalam hitungan bulan dan tahun harta warisan habis, itu pun didahului dengan pertengkaran dalam pembagiannya. Anak laki-laki minta bagian lebih besar dari perempuan, padahal secara ekonomi lebih mapan ketimbang saudara perempuannya. Sementara pihak perempuan memandang tidak adil karena anak laki-laki lebih banyak menghabiskan uang sewaktu orang tuanya masih hidup.

Ada contoh orang tua yang menarik direnungkan. Sebelum meninggal soal warisan sudah diselesaikan semuanya. Orang tua hidup dengan jatah dirinya. Bahkan dipesankan pada anak-anaknya, kalau suatu saat meninggal agar hartanya disedekahkan untuk kepentingan masyarakat, anak-anak jangan mengambilnya karena semuanya sudah mendapat bagian dan sudah mandiri, sekalipun tidak kaya raya.

Cerita serupa ini dulu juga sering dilakukan orang tua yang hendak pergi haji, sewaktu masih naik kapal. Ketika pergi haji sudah siap meninggal di perjalanan atau di Tanah Suci, yakin bahwa dia berjalan di atas jalan Tuhan, kalau meninggal langsung masuk surga. Maka agar harta warisannya tidak menjadi sumber fitnah dan pertengkaran keluarga, orang tua sudah meninggalkan wasiat tentang pembagian hartanya.

Ada juga cerita inspiratif lain tentang harta warisan. Ada orang tua wafat meninggalkan anak tiga dan sawah yang cukup luas. Atas nasihat orang tua, sebaiknya jangan dibagi-bagi sawahnya karena masing-masing pasti akan memperoleh bagian yang kecil.

Disarankan agar digarap dan diberdayakan bersama, dijadikan modal usaha bersama, lalu siapa yang lagi memerlukan uang yang besar, misalnya untuk ongkos bangun rumah, maka dia diutamakan, dibangunkan bersama-sama.

Selanjutnya, apa yang terjadi? Ketiga anaknya memiliki rumah masing-masing, prestasi sekolahnya bagus, harta sawah warisannya utuh, bahkan kekayaannya bertambah. Zakat dan amal sosialnya tak pernah dilupakan. Kalau saja orang tua bisa mengintip dari alam kubur, tentu merasa bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar