Uang
Tunai dan Transaksi Elektronik
Anwar Nasution ; Guru Besar Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UI
|
KOMPAS,
18 Oktober
2017
Peningkatan penggunaan kartu
kredit dan uang elektronik dalam sistem pembayaran jelas akan mengurangi
penggunaan uang tunai dalam transaksi barang dan jasa. Namun, penggunaan uang
elektronik tersebut tidak akan meniadakan keperluan masyarakat akan uang
tunai, baik uang kertas maupun uang logam.
Di Indonesia, penggunaan uang
elektronik dimulai dengan transaksi uang tol. Namun, keberadaan dan
operasionalisasi jalan tol itu sendiri masih terpusat di Pulau Jawa,
khususnya di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dan
beberapa tempat di Sumatera dan Sulawesi Selatan.
Penggunaan uang elektronik
dalam penggunaan jalan tol akan memodernisasi sistem pembayaran nasional dan
sudah mulai dilakukan oleh toko-toko besar, baik supermarket besar maupun
toko eceran berskala lebih kecil. Pertumbuhan penggunaan transaksi nontunai
itu juga berlangsung cukup tinggi dengan pesatnya pertumbuhan toko-toko
seperti itu di seluruh pelosok wilayah Indonesia.
Secara perlahan, transaksi itu
akan semakin meluas dengan perubahan mendasar dalam struktur pembayaran
Indonesia.
Pertama, semakin berkurangnya
transaksi nonpasar dalam perekonomian Indonesia dan meningkatnya transaksi
pasar yang menggunakan uang tunai. Transaksi nonpasar itu antara lain adalah
dalam bentuk barter dan gotong royong tanpa upah di mana tenaga kerja dibayar
dengan tenaga.
Kedua, modernisasi transaksi
ekonomi masyarakat. Ketiga, perpanjangan pembangunan jalan tol yang sudah
dimulai di luar Pulau Jawa, mulai dari Sumatera Utara, Kalimantan, hingga
Papua. Pembayaran melalui kartu kredit mengurangi waktu transaksi yang
diperlukan dalam transaksi uang tunai dan waktu perjalanan, dan ini pada
gilirannya akan menghemat waktu dan biaya. Transaksi elektronik itu sekaligus
memudahkan administrasi keuangan karena langsung dicatat dalam pembukuan
kedua belah pihak yang melakukan transaksi.
Berjalan lambat
Namun, karena berbagai alasan,
penetrasi penggunaan uang elektronik dalam perekonomian diperkirakan masih
akan berlangsung sangat lambat. Peranan transaksi nonpasar masih tetap
penting dalam perekonomian kita. Penetrasi teknologi, terutama pada usaha
skala kecil dan menengah (UKM), masih berjalan lamban. Penduduk desa masih
bisa minta sayur dan cabai pada tetangga sebelahnya dan membayar secara
tunai.
Jaringan kantor cabang bank
belum dapat menjangkau semua UKM. Belum semua daerah di Indonesia tersambung
dengan aliran listrik dan jaringan telekomunikasi yang andal dan tepercaya
yang diperlukan oleh transaksi nontunai itu.
Perusahaan besar enggan
menggunakan administrasi usaha yang baik antara lain untuk keperluan
penggelapan pembayaran pajak. Sektor negara pun belum sepenuhnya menggunakan
bank dan sebagian dari pegawai negeri dan anggota ABRI maupun pegawai BUMN
serta BUMD masih menerima gaji dan upah dalam bentuk uang tunai.
Sebagian dari pembelian sektor
negara pun masih menggunakan uang tunai. Demikian juga dengan pembayaran
berbagai bentuk pajak dan pungutan pemerintah. Pemberian bantuan sosial,
termasuk zakat fitrah dan kolekte masjid, gereja, dan tempat ibadah lainnya,
masih dilakukan dalam bentuk uang tunai.
Sebagai alat kontrol untuk
membatasi pengeluarannya, turis asing dan dalam negeri juga lebih suka
menggunakan transaksi tunai daripada elektronik dan kartu kredit. Sebagian
orang menahan uang asing sebagai alat penyimpan kekayaan yang sewaktu-waktu
dapat digunakan dalam keadaan darurat. Para jemaah haji dan umrah masih
menyimpan sisa mata uang riyal sebagai tabungan berjaga-jaga. Demikian pula
dengan para perantau dan pekerja yang pernah merantau ke sejumlah negara.
Meskipun ada penurunan nilai mata uang asing, kurs dan tingkat bunganya
dirasakan lebih stabil daripada rupiah.
Sebagaimana telah disebut di
atas, peningkatan penggunaan uang elektronik dan kartu kredit memang
menurunkan penggunaan uang tunai, tetapi tidak menghilangkannya. Perluasan
jaringan kantor ATM mengurangi kebutuhan masyarakat untuk menahan uang tunai.
Menurut laporan Bank Sentral
Inggris, penggunaan kartu kredit dalam transaksi di negara maju itu mencapai
7 persen dari nilai seluruh transaksi pada tahun 2016. Penggunaan uang tunai
masih penting dalam melakukan transaksi. Menurut survei, sebanyak 79 persen
dari penduduk Inggris dan 76 persen dari penduduk Uni Eropa masih memegang
uang tunai.
Oleh karena itu, bank sentral
di seluruh dunia masih menambah jumlah uang kertas dan logam, terutama
tukaran kecil yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk keperluan
transaksi. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar