Melepas Rasa Dendam
Agustine Dwiputri ; Penulis Kolom PSIKOLOGI Kompas Sabtu
|
KOMPAS, 19 Maret
2016
Dendam adalah perasaan
kepahitan, kemarahan, atau kebencian yang dihasilkan dari kesalahan yang
nyata atau yang dibayangkan.
Menurut Alison
Poulsen, PhD (2015), perbedaan utama antara dendam, marah, dan penghinaan
adalah bahwa dendam diarahkan kepada orang yang dipersepsi berstatus lebih
tinggi, kemarahan diarahkan kepada orang-orang yang dipersepsi berstatus
sama, sedangkan penghinaan diarahkan kepada orang-orang dengan status yang
dipandang lebih rendah dari dirinya.
Kita dapat mengenali
tanda-tanda dendam melalui beberapa perilaku, yaitu apabila seseorang:
1. Menggunakan
keramahan palsu untuk menutupi perasaan yang sebenarnya.
2. Berbicara
sarkastis/sinis tentang seseorang yang dibenci.
3. Berbicara dengan
cara merendahkan tentang seseorang yang dibenci.
4. Mengekspresikan
gejolak dan kemarahan tak terduga tanpa alasan yang jelas.
Penyebab dan dampak
Dendam sering dipicu
oleh ekspresi penghinaan atau penolakan dari orang lain yang memiliki
kekuasaan nyata atau yang dibayangkan. Ada perasaan dipakai, dimanfaatkan,
atau tidak diakui prestasinya, sementara orang lain berhasil tanpa ada
prestasi yang memadai. Ketika Anda merasa tidak memiliki kekuatan untuk
mengatasi perilaku yang tidak adil atau merendahkan, perasaan negatif dapat
terinternalisasi. Kepahitan lebih lanjut menyebabkan orang lain mengabaikan
atau menolak Anda. Jadi, dengan terbawa terus pada perasaan negatif, dendam
akan menggandakan perasaan diremehkan dan terpinggirkan. Dengan demikian,
menurut Poulsen, mengembangkan otoritas pribadi adalah kunci untuk
menghilangkan perasaan dendam.
Dendam yang paling
menyakitkan ketika dirasakan terhadap orang yang dekat dengan Anda, seperti
orangtua, teman baik, atau pasangan. Jika Anda tidak segera mengatasi
berbagai perasaan tidak berdaya, Anda akan mengembangkan suatu sikap
bermusuhan. Sinisme dan permusuhan tampaknya akan menurunkan harapan
seseorang untuk membina hubungan. Hal itu juga menyebabkan tertutupnya hati
mereka, mencegahnya dari cinta dan keintiman. Dalam berbagai area
kehidupannya, seseorang yang menaruh rasa dendam tidak dapat menjalaninya
dengan tenang dan bahagia, karenanya menjadi kurang sehat, baik secara psikis
maupun fisik.
Strategi
Amy Morin, seorang
psikoterapis, instruktur, dan penulis, mengatakan bahwa jika kita tidak
hati-hati, dendam dapat terjadi dalam hubungan apa pun. Seiring dengan
berjalannya waktu, dendam dapat tumbuh dan menimbulkan kepahitan yang tidak memungkinkan
kita untuk memelihara hubungan yang sehat. Kita diharapkan melatih berbagai
strategi yang akan mencegah dan melepaskan rasa dendam sebelum terbentuk.
Berikut adalah delapan cara yang disarankan oleh Morin.
1. Akui perasaan Anda,
bahkan untuk perasaan negatif.
Berbagai perasaan itu
tidak buruk, bahkan jika itu negatif. Apa yang Anda pilih untuk lakukan
dengan perasaan itulah yang membuat berbeda. Adalah normal untuk merasa
marah, kecewa, malu, dan sakit hati. Ketika Anda mengalami emosi yang menyakitkan,
namai/sebutkan dan akui hal itu. Mencoba untuk mengabaikan tidak akan membuat
hal itu pergi. Sebaliknya, emosi itu dapat terbentuk dari waktu ke waktu dan
mengarah pada dendam.
2. Bicaralah ketika
perasaan Anda terluka.
Ketika seseorang menyakiti
perasaan Anda atau memiliki harapan yang tidak realistis pada Anda,
bersedialah untuk membicarakannya. Menahan rasa sakit meski sedikit sepanjang
waktu dapat menyebabkan kemarahan dan membangun rasa dendam. Tunggu sampai
merasa tenang dan gunakan "Pesan Saya" untuk mengekspresikan
perasaan Anda ("Pesan Saya" berlawanan dengan "Pesan
Kamu", di mana yang terakhir ditulis cenderung menyalahkan orang lain).
3. Buat daftar alasan
mengapa memelihara dendam tidak akan membantu.
Memelihara dendam
tentang sesuatu di masa lalu cenderung menyakiti Anda lebih dari orang lain.
Hal itu dapat berdampak pada area kehidupan lain Anda secara negatif. Buat
daftar alasan mengapa menaruh dendam tidak ada gunanya. Melihat daftarnya di
atas kertas dapat membantu Anda melihat berbagai cara menyimpan dendam
ternyata dapat memengaruhi kehidupan Anda.
4. Buat daftar alasan
mengapa memaafkan bisa bermanfaat.
Bersedia untuk
mempertimbangkan pemaafan. Memaafkan tidak berarti Anda ingin membenarkan
perilaku seseorang atau akan melupakan apa yang terjadi. Namun, hal itu dapat
menjadi semacam melepaskan semua perasaan yang selama ini Anda tahan. Buatlah
daftar alasan mengapa pemaafan bisa membantu hidup Anda. Lihatlah pada
hal-hal positif yang bisa terjadi jika Anda melepaskan emosi-emosi negatif
yang telah terbentuk.
5. Hindari berkeluh
kesah kepada orang lain.
Jika Anda marah kepada
seseorang, hindari berbicara dengan orang lain tentang hal itu. Berbagi
kemarahan Anda dengan orang lain secara terus-menerus mungkin merupakan bahan
bakar bagi kemarahan dan frustrasi Anda. Jangan melibatkan atau mengharapkan
orang lain membela Anda. Sebaliknya, berbicaralah langsung dengan orang yang
membuat marah untuk mengatasi masalah secara langsung.
6. Mencoba melihat
dari sudut pandang orang lain.
Cobalah untuk
memantapkan empati pada orang lain. Bayangkan apa yang orang mungkin pikirkan
dan rasakan ketika perasaan Anda terluka. Melihat situasi dari sudut pandang
orang lain dapat membantu Anda mengembangkan kasih sayang. Jangan menganggap
orang lain memiliki niat jahat, tetapi sebaliknya mengakui bahwa orang bisa
memiliki niat baik.
7. Menerima bahwa tak
ada orang yang sempurna.
Mencegah dendam dengan
menerima bahwa tidak ada yang sempurna. Orang yang peduli dan mencintai Anda
kadang kala akan menyakiti perasaan. Orang lain tidak dapat memenuhi
kebutuhan Anda sepanjang waktu. Adalah tidak realistis mengharapkan orang
akan selalu berperilaku menyenangkan untuk Anda. Semua orang membuat pilihan
dalam hidup dan akan ada saat-saat ketika Anda tidak suka dengan pilihan yang
diambilnya.
8. Katakan
"tidak" ketika Anda tidak ingin melakukan sesuatu.
Jika Anda berperilaku
seperti martir dengan selalu mengatakan "ya" untuk segala hal, Anda
mungkin akan merasa memperoleh keuntungan secara cepat. Padahal, mengatakan
"tidak" untuk hal-hal yang Anda tidak ingin lakukan adalah salah
satu cara terbaik untuk mencegah rasa dendam. Anda tidak terus berpura-pura
atau merasa harus terus berkorban kepada seseorang, padahal Anda sedang tidak
mampu.
Selamat berlatih. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar