Merajut
Kembali Kemerdekaan Kita
Ayipudin ; Peneliti di Institute for
Education, Clture &
Information
(IECI Jakarta) & Asa
Fatiha Faundation
|
OKEZONENEWS,
29 Agustus 2014
Hari
kemerdekaan ibarat lahirnya sang fajar ketika awan gelap membungkus negeri
ini dengan pesimisme. Bagimanapun nikmat kemerdekaaan membangkitkan sang
fajar untuk terus berdiri dengan tegak, menengadahkan wajah, dan menghormat
bendera merah putih yang lusuh akibat terjangan baday konflik SARA dan
intrik politik.
Di
saat bersamaan negeri ini dihadapkan pada kenyataan bahwa generasi penerus
bangsa kian dicemaskan oleh identitas yang makin tidak jelas. Serbuan budaya
luar dan gaya hidup yang semakin hedonis bahkan kasar telah menjadi pekerjaan
rumah tersendiri untuk segera diperhatikan oleh elit negeri ini.
Salah
satu caranya ialah menyemai kembali karakter bangsa yang berkebudayaan adalah
dengan pendidikan. Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara sebagai proses
pembudayaan harus mampu mengembangkan ”trisakti” insani dengan memberdayakan
segala potensi inderawi. Melalui pembelajaran olah pikir, olah rasa, dan olah
raga, pendidikan sepanjang hayat dalam kerangka memanusiakan manusia. Dalam
proses belajar menjadi manusia sebagai makhluk berkebudayaan, setiap individu
memiliki tiga potensi besar sebagai kreator kebudayaan yang disebutnya
sebagai trisakti insani: cipta (pikiran), yang membuahkan pengetahuan,
pendidikan, dan filsafat; rasa yang membuahkan keindahan, keluhuran batin,
seni, adat istiadat, penyesuaian sosial, nasionalisme, keadilan, dan
keagamaan; serta karsa (kemauan) yang menimbulkan perbuatan dan buatan
manusia, seperti industri, pertanian, dan bangunan (arsitektur).
Selain
mengembangkan potensi pribadi sebagai perwujudan khusus dari alam, proses
pendidikan harus mampu menghubungkan kapasitas individual ke dalam kehidupan
kolektif sebagai warga komunitas, bangsa, dan dunia. Karena itu, pendidikan
harus terkait dengan visi transformasi bangsa bukan memaksakan konsep
kurikulum tanpa dengan memperhatikan visi besar bangsa ini.
Sudah
69 tahun negeri ini merdeka namun fitrah kemerdekaan masih belum bisa
dirasakan secara menyeluruh. Bahkan konflik politik dan perebutan kekuasaan
semakin barbar dan menghalalkan segala cara. Maka tak heran hasil pemilu
kemarin masih menyisakan serpihan-serpihan noda yang masih membekas serta
menimbulkan kecemasan.
Untuk
mengubah kecemasan menjadi harapan, pemimpin terpilih harus sungguh-sungguh
menjamin kebebasan sipil dan pluralitas dengan merealisasikan negara
kekeluargaan yang dapat melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah.
Pemimpin terpilih juga harus sungguh-sungguh berusaha menciutkan kesenjangan
sosial dan mengembangkan keadilan sosial dengan merealisasikan negara
kesejahteraan.
Dalam
mengarungi jalan terjal politik harapan itu, sikap optimistis harus terus
dipelihara. Orang boleh kecewa terhadap pelaksanaan demokrasi, tetapi mesti
bersabar untuk mempertahankan rezim demokratis. Berbeda dengan ledakan harapan,
pemerintahan demokratis baru sering dihadapkan dengan aneka masalah dan
kekecewaan. Karena itu, betapapun legitimasi kinerja memainkan peranan
penting bagi kelangsungan pemerintahan demokratis, yang lebih menentukan
bukanlah kesanggupan mereka dalam menuntaskan masalah-masalah itu, melainkan
cara pemimpin politik itu menanggapi ketidakmampuannya.
Suatu
pemerintahan demokratis bisa bertahan jika mampu menggalang kerja sama lintas
batas, bukan menyulut pertikaian, sambil mengupayakan secara bersama cara mengatasi
permasalahan secara institusional. Para pemimpin harus menyadari pentingnya
merawat harapan dan optimisme dengan cara memahami kesalingtergantungan
realitas serta kesediaan menerobos batas-batas politik lama.
Kekuasaan
digunakan untuk memotivasi dan memberi inspirasi yang dapat mendorong
partisipasi dan tanggung jawab warga untuk bergotong royong merealisasikan
kebajikan bersama. Dalam menguatkan gotong royong ini, pluralitas harus
dikembangkan secara jujur, tidak dipolitisasi sebagai siasat demi
menguntungkan golongan sendiri. Sang fajar harus tetap menyingsing memberi
harapan dan angin segar agar bendera merah putih selalu berkibar diharinya yang ke 69. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar