Soekarno,
Pemuda dan Pembangunan
R Khatib Mudo ;
Pemerhati
Sosial dan Budaya
|
HALUAN,
25 September 2014
“Negeri kita kaya, kaya, kaya-raya, Saudara-saudara. Berjiwa
besarlah, ber-imagination. Gali ! Bekerja! Gali! Bekerja! Kita adalah satu
tanah air yang paling cantik di dunia,” kata
Soekarno lantang.
Kata-kata sang orator, seorang
proklamator, presiden pertama Republik Indonesia, yang inspiratif dan kuat
itu diucapkannya di depan sekelompok pemuda, yang sedang menghelat
konferensi besar Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) pada Maret 1959
silam.
Indonesia kaya raya. Memang
benar. Indonesia yang membentang dari Sabang sampai Merauke, yang menjadi
perlintasan garis khatulistiwa, adalah kumpulan pulau-pulau yang susunannya
tampak cantik, unik dan istimewa dari pulau-pulau dan daratan lain di planet
bumi ini. Alamnya yang tropis dan kekayaan bumi yang dikandungnya telah
membuat wilayah nusantara jadi rebutan bangsa-bangsa di dunia. Selama 350
tahun pulau nusantara ini pernah diduduki Belanda.
Negara lain seperti Portugis,
Inggris dan Perancis juga pernah menikmati beberapa waktu kekayaan alamnya
sebelum Belanda mengambil kontrol penuh dengan menjadikannya sebagai wilayah
administrasi, khususnya di bidang politik, militer dan ekonomi. Soekarno
paham betul bahwa penjajahan ekonomi masih menjadi ancaman nyata bagi
kedaulatan rakyat atas kekayaan alamnya.
“Aku tinggalkan Kekayaan alam Indonesia, biar semua negara besar
dunia iri dengan Indonesia, dan aku tinggalkan hingga bangsa Indonesia
sendiri yang mengolahnya,” tegas
Soekarno. Baginya, kemerdekaan politik adalah tahap untuk memerdekan
rakyat. “Di dalam Indonesia merdeka
itulah kita memerdekakan rakyat kita!”
Soekarno mengingatkan peran
strategis pemuda untuk menggali sumber daya alam Indonesia yang berlimpah.
Pemuda adalah generasi yang memiliki pemikiran dan semangat yang masih segar
dan kuat. Berbagai perubahan, evolusi, revolusi, inovasi, kreativitas, dan
pengembangan lahir pada masa ini. Karena itulah, rentang waktu yang dilalui
usia muda adalah masa-masa emas.
Di masa ini, antara usia 13
hingga 40 tahun, adalah waktu yang sangat penting dan produktif bagi
pertumbuhan alam pikiran dan emosi bagi seorang pemuda. Dengan semangat dan
kejernihan berpikirnya, dengan ketenangan emosinya, maka ia menjadi kuat
untuk mengatasi berbagai hambatan dan rintangan. Itulah yang terjadi di masa
lalu saat perjuangan melawan penjajahan, kaum muda merelakan nyawanya
meregang demi sebuah cita-cita Indonesia yang merdeka.
Kata sastrawan Pramoedya Ananta
Toe, sejarah Indonesia merupakan sejarah pemuda Indonesia. Ungkapan Soekarno
yang terkenal adalah ‘beri aku sepuluh pemuda, maka kuguncang dunia’.
Artinya pemuda adalah kekuatan yang luar biasa untuk membuat suatu perubahan.
Karang Taruna
Sejak merdeka, peran pemuda
selalu jadi bagian penting dari proses pembangunan bangsa ini. Di mana pun,
kapanpun, dalam keadaan apapun pengaruh dan keterlibatannya selalu jadi
bagian dari nafas perubahan dan pergerakan itu. Berbagai organisasi dan
lembaga berdiri, tumbuh dan berkembang secara umum didirikan oleh para pemuda
yang berangkat dari dasar pemikiran dan sikap yang sama, yakni keprihatinan
dan kepedulian.
Salah satu organisasi yang akan
merayakan hari jadinya yang ke-64 adalah Karang Taruna. Berdiri pada 26
September 1960 di Kampung Melayu Jakarta, diawali dari sikap keprihatian akan
banyaknya anak-anak yang menyandang masalah sosial seperti anak yatim, anak
putus sekolah, anak yang mencari nafkah untuk membantu orang tua,
pengangguran, kemiskinan, meminta-meminta, dan lainnya. Persoalan-persoalan
sosial demikian membutuhkan penanganan yang tentunya terencana dan terukur.
Di sinilah peran strategis Karang Taruna yang eksistensinya dapat menjawab
berbagai persoalan sosial di tengah-tengah masyarakat.
Karang Taruna yang menjadi
wadah bagi para remaja dan pemuda untuk belajar berorganisasi, kehadirannya
tentu sebagai bagian dari jawaban atas persoalan-persoalan sosial itu
sendiri. Dalam sejarah awalnya, Karang Taruna hanya sebatas memfasilitasi
anak-anak remaja yang menjadi pelaku dari persoalan sosial tersebut dengan
mengadakan berbagai kegiatan positif seperti rekreasi, olah raga, kesenian,
kepanduan (pramuka), pendidikan keagamaan (pengajian) dan lain-lainnya.
Pembangunan Desa
Sebagai organisasi kepemudaan,
Karang Taruna merupakan ujung tombak
pemerintah dalam melaksanakan
programnya di bidang pemberdayaan dan kesejahteraan sosial di berbagai desa
dan nagari. Tentu saja peran dan fungsinya itu akan sangat dinanti,
diharapkan, dan dihargai oleh seluruh lapisan masyarakat.
Menurut catatan
Kementerian Sosial, dari 80 ribu desa, terdapat 62 ribu lebih Karang Taruna
di seluruh Indonesia. Sementara anggotanya sendiri terdiri dari mereka yang
berumur 13 hingga 45 tahun.
Jumlahnya yang demikian besar
sudah pasti akan menjadi kekuatan tersendiri untuk merealisasikan
program-program pemerintah yang terkait dengan pembangunan. Di banyak desa,
kelurahan, dan nagari pemuda Karang Taruna memang tampak sangat aktif di
bidang keolahragaan dan kegiatan tahunan 17 Agustusan. Pada saat-saat
tertentu, kita juga dapat menyaksikan semangat mereka untuk bergotong
royong membangun posko ronda di beberapa titik strategis kampung mereka.
Karena itu, beberapa tahun
terakhir organisasi yang tumbuh dari kesadaran sosial bersama di kalangan
pemuda ini harus diakui punya kontribusi yang sangat besar dalam berbagai
keberhasilan pembangunan dan kemajuan yang terdapat di berbagai daerah. Hal
itu bisa dilihat dari program-program PNPM, LPM (milik Kemsos), dan
sejenisnya. Para pemuda yang menjadi anggota Karang Taruna selalu menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan itu.
Apresiasi dan penghargaan perlu
pula diberikan terhadap langkah-langkah para pemuda dari Karang Taruna yang
selalu berada di garis depan untuk melindungi kawasannya dari eksploitasi
atas sumber daya alam yang dimiliki daerahnya.
Tidak hanya itu, kita pantas
memberikan apresiasi atas langkah-langkahnya yang tidak sekadar menjadi
kepanjangan tangan pemerintah dalam pembangunan, tapi juga siap dan berani
mengambil sikap tegas terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah daerah yang
setengah hati, tidak serius, dan manipulatif.
Di atas semua itu, kita tentu
tidak sekadar mengharapkan peran lebih nyata dan konkret pemuda Karang
Taruna dalam pembangunan kampung, desa, dan nagari. Akan tetapi para pemuda
yang berada di bawah wadah perlu meningkatkan pendidikan dan pelatihan yang
terjadwal dan terencana sebagai bagian dari pemberdayaan dan kesejahteraan
seluruh anggota. Dalam beberapa kampung dan nagari ditemukan, Karang Taruna
hanya sebatas keberadaannya saja dalam struktur pengurus tanpa agenda apapun.
Sudah pasti tidak bisa berharap akan kontribusinya atas berbagai persoalan
sosial yang ada. Wallahu a’lam
bishshawab. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar