Senin, 15 September 2014

Ekonomi Museum

Ekonomi Museum

Elfindri  ;   Profesor Ekonomi SDM
dan Koordinator Program S-3 Ilmu Ekonomi Universitas Andalas
KORAN SINDO, 13 September 2014

                                                                                                                       
                                                      

Sering kita dengar bahwa sektor pariwisata (tourism) diharapkan sebagai bagian yang tidak kalah penting untuk menggerakkan ekonomi. Ketika sektor pariwisata dipilih menjadi sebagai salah satu sektor andalan, hal itu sering diikuti dengan semangat yang menggebu-gebu para pemangku kepentingan, bahkan dipaksakan masuk ke dalam rencana jangka panjang dan jangka menengah. Setelah itu garapan untuk menjadikan pariwisata menjadi maju hilang menguap entah ke mana, pariwisata tinggal di bibir saja.

Demikian juga semenjak sektor industri kreatif menjadi salah satu andalan perekonomian, ramai-ramai banyak yang membicarakan industri kreatif. Para pejabat sering mengutarakan di berbagai kesempatan, tetapi tidak diikuti dengan usaha untuk mengarahkan agar industri kreatif benar-benar tumbuh. Arah peningkatan industri kreatif juga masuk akal sekali mengingat kontribusi sektor ini memang relatif tinggi.

Secara nasional, sekitar 7,74% dari pendapatan nasional disumbangkan oleh sektor ini. Sekarang tahun 2014 diperkirakan nilai industri kreatif sudah mencapai Rp700 triliun, padahal tahun 2006 dulu sekitar Rp104,4 triliun. Sebuah pertambahan nilai yang luar biasa, yang berimplikasi lapangan kerja dan kesejahteraan. Dari perkembangan nilai tambah itu, dua sektor andalan, fashiondan kerajinan, menyumbang masing-masingnya sebesar 43,1% dan 25,1%.

Sektor-sektor industri kreatif lain belum meningkatkan nilai tambah, padahal itu sektor-sektor yang berkaitan dengan sektor ikutan pariwisata, di antaranya tingkat kunjungan yang bertujuan pada kepurbakalaan, sejarah, atau barangseni. Kenapa hal ini penting?

Sejarah dan Museum

Ketika kali kedua penulis berkunjung ke Istanbul, Turki, nuansanya berbeda ketika berkunjung pada akhir musim dingin lalu. Pada kunjungan kali ini penulis datang pada musim panas di daerah utara, yang melibatkan Eropa, China, Jepang, Korea, serta Amerika Utara. Negara-negara ini kebanyakan negara kaya dan pada musim panas penduduknya cenderung memenuhi rencananya melaksanakan perjalanan wisata.

Tidak berlebihan kiranya bila perjalanan kali ini terkesan dan menemukan titik terang kenapa Istanbul menjadi salah satu tujuan wisata yang sangat diperhitungkan. Jawabannya adalah Turki memiliki berbagai lokasi wisata yang boleh dikata tergarap secara jelas, terencana, dan terlaksana secara terintegrasi.

Tiga andalan utama yang membuat wisatawan memilih tujuan kunjungan ke Istanbul adalah, pertama, para wisatawan melihat bagaimana perkembangan pembangunan Masjid Biru (Blue Mosque) yang dibangun Sultan Ahmad pada abad ke-16. Kedua, melihat peninggalan gereja yang diubah fungsinya menjadi Masjid Aga Sofia. Ketiga mengarungi Selat Bosphorus sebagai salah satu peradaban dua benua, Asia bagian timur dan Eropa bagian barat.

Ketika kita melihat dua tujuan wisata di atas, jelaslah yang menjadi kata kunci diminati oleh para turis adalah menyaksikan sejarah kesultanan Ahmad dengan segala cerita yang dirangkum dan disampaikan kepada pengunjung. Sementara pada masing-masing bangunan selalu ada museum sebagai barang bukti.

Museum yang menghimpun dan memperlihatkan bendabenda purbakala serta benda sejarah semenjak kesultanan abad ke-16 itu dilengkapi dengan lanskap bangunan, tempat pejalan kaki, petunjuk, dan diakhiri dengan ekshibisi penjualan cendera mata yang mengacu pada sejarah dan kepurbakalaan.

Salah satu sahabat penulis, Bapak Mudjito selaku direktur Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus, yang ikut dalam perjalanan menuturkan bahwa peninggalan baju Sultan Ahmad pun memberikan berkah beratus- ratus tahun setelah itu. Tentu kemasan dan isi cerita yang dirancang itu menjadi sesuatu yang terkesan bagi pengunjung. Dalam mendukung sektor wisata ini, tumbuhlah hotel yang hampir di sepanjang jalan dapat kita lihat.

Hotel-hotel penuh kalau musim panas datang. Harga satu kamar untuk bintang empat saja dapat sekitar Rp2,5 juta semalam dan sekitar 2 setengah kali lebih mahal dibandingkan ketika musim dingin berkunjung ke kota ini. Makanan seperti kebab juga mengalami kenaikan selama musim panas sekitar 20%. Jika musim dingin kebab di pasar tradisional berharga 4-5 lira atau sekitar 20.000-25.000, pada musim panas meningkat menjadi 6 lira atau sekitar 25.000.

Satu kebab sudah cukup untuk sebungkus nasi. Hal lain yang menarik adalah kota ini (Istambul) benar-benar siap dengan sistem transportasi yang teratur. Denganj umlah penduduk sekitar 14 juta orang, lebih banyak dibandingkan dengan penduduk Jakarta, pengangkutan antarlokasi pada umumnya dengan menggunakan kereta listrik. Empat gerbong sanggup membawa penumpang sebanyak 500 orang. Bisa berjalan hilir mudik.

Betapa efisiennya, jika empat gerbong yang jalan sama dengan 50 buah angkot yang bermuatan 10 orang, berapa BBM yang digunakan dan berapa banyak badan jalan yang habis? Taksi dan mobil pribadi juga banyak digunakan. Namun masyarakat cenderung menggunakan transportasi umum. Pengendalian penggunaan kendaraan pribadi dan/atau taksi dapat dilakukan terutama disebabkan harga minyak bensin sebesar 4,41 lira (pada tanggal 7 September 2014 sekitar Rp22.000), sekitar tiga setengah kali dibandingkan dengan harga BBM yang dibeli di Indonesia.

Sangat jelas kiranya bahwa membanjirnya para turis ke kota ini karena sejarah Kesultanan Ahmad pada abad ke-16 dulu telah dijadikan oleh pemerintahan Presiden Attaturk dan kemudian dilanjutkan hingga kini dengan membenahi infrastruktur publik yang sangat mengesankan. Lantas dampak ikutan yang terjadi dengan tumbuhnya wisatawan mancanegara dan lokal ke Istambul jelas meningkatkan kreativitas para perajin lokal untuk menyediakan berbagai jenis industri kreatif.

Karya-karya seni seperti lukisan berbagai tempat penting dicetak berulang kali, jewelery dan segala pernik-pernik perhiasan wanita berkembang pesat dengan motif dan bentuk yang lengkap dan rapi. Salah seorang penjual perhiasan wanita mengungkapkan bahwa mereka lebih banyak membeli bahan baku permata dari India, kemudian mengolahnya dalam skala industri rumah tangga.

Apalagi kuliner, selain khas menghasilkan kebab, industri roti rumah tangga di daerah ini pun tumbuh pesat sekali. Selain itu buah-buahan peras lokal, jagung bakar, serta hasil bumi kuliner menjadi sangat mudah terjual habis. Bayangkan, dengan didasari kenyataan demikian, dapat dipahami bahwa daerah ini berkembang industri pariwisatanya tidak datang begitu saja, tetapi sangat terencana. Bagaimana dengan daerah kita? Sebenarnya menggarap pariwisata mesti dilakukan secara terintegrasi. Tidak bisa dilakukan sepotong- sepotong.

Mesti dimulai dengan perencanaan yang komprehensif. Apalagi berdebat tidak ada habisnya tentang pariwisata. Selalu menyatakan pentingnya pariwisata, tetapi tidak tekun untuk menjadikan alias tanggung dan menganggap sepele. Bayangkan saja untuk satu kawasan spesifik lokal di beberapa daerah yang potensial sebenarnya dapat dihasilkan sebuah kawasan tujuan wisata yang jauh lebih baik dan terencana.

Sebaiknya konsep dan gagasan ini dapat ditawarkan kepada siapa saja yang sanggup menuangkan gagasannya mengenai bagaimana pengembangan kawasan wisata dalam rentang 10 sampai 25 tahun mendatang. Ketika hal itu disepakati kemudian dapat diwujudkan berbagai kegiatan seperti bagaimana penataan ruang, pembuatan sarana dan prasarana, rencana pengembangan hotel, pelatihan industri kreatif, dan pengembangan masyarakat di sekitar kawasan tujuan wisata.

Kita tunggu reaksi banyak pihak, daripada kita habis membual mengenai persoalan wisata serta industri kreatif, nanti sering hanya tinggal wacana. Menguap antara satu pimpinan ke pimpinan lain. Tidak usah tanggungtanggung mengembangkan pariwisata karena Turki dengan Blue Mosque dan Aga Sofya mampu meraup perhatian dunia, yang membuat negara ini menjadi banyak mendapatkan keuntungan.

Museum tidak dibuat hanya untuk menjadi tempat yang sepi, tetapi justru dibuat dan ditata untuk keperluan para turis yang menyukai berkunjung untuk mengikuti sajian cerita yang menarik. Di tempat kita urusan kepurbakalaan mesti lebih cerdik melihat peluang ini. Banyak lapangan kerja yang akan terbuka ketika suatu daerah sudah tertata secara baik pariwisata.

Selain industri kreatif berkembang karena adanya permintaan, para pemandu turis pun akan diperlukan. Begitu pula dengan pengangkut bus pariwisata, manajemen karcis, penjaga toko, tukang masak, penjual kuliner, pegawai hotel, dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar