Cerdas
Bersama Taman Bacaan
Ambijo ; Ketua
Forum Penulis Kebumen (FPK)
|
SUARA
MERDEKA, 03 September 2014
Banyak
alasan yang membuat orang merasa perlu membaca, di antaranya untuk
mengembangkan ”keterampilan” bertutur dan berbahasa. Lewat kebiasaan membaca,
seseorang tak akan pernah merasa sendirian. Ia bisa mengisi waktu luangnya
sekaligus mendapat pengetahuan baru yang memperkaya. Kegiatan itu juga dapat
menghindarkan seseorang dari stres.
Paul
C Burns, Betty D Roe, dan Elinor P Ross dalam Teaching Reading in Today’s Elementary Schools menulis bahwa, ”Membaca memang sebuah proses yang . Tidak hanya proses
membaca itu yang kompleks tapi
setiap aspek yang ada selama proses membaca itu pun bekerja dengan sangat
kompleks.”
Ada
beberapa aspek yang bekerja saat kita membaca, kata Burns dan kawan-kawan,
yaitu sensori, persepsi, sekuensial (tata urutan kerja), pengalaman, berpikir
belajar, asosiasi, dan afeksi. Sewaktu anak kecil membaca misalnya,
sesungguhnya itu tidak hanya mengasah ketajaman berpikirnya. Pada saat
bersamaan perasaannya juga terasah.
Secara
keseluruhan dia mengembangkan kemampuan intelektual sekaligus meningkatkan
kecakapan dan kecerdasan mental. Melalui membaca pula, kita dapat
meningkatkan kemampuannya, khususnya bila dimulai sejak usia dini.
Membudayakan membaca merupakan hal yang bermanfaat bagi masa depan, dan
berlaku bagi siapa pun. Lebih baik lagi bila para orang tua menanamkan
kebiasaan membaca sejak dini kepada anak-anaknya.
Adapun
buku adalah jendela ilmu. Dari bukulah kita bisa mengukur potensi sebuah
bangsa. Bangsa yang memiliki minat baca buku tinggi pasti lebih mempunyai
keunggulan komparatif untuk bisa bersaing dengan bangsa lain. Selain
perpustakaan, masyarakat mengenal perpustakaan desa (perpudes), rumah pintar,
pondok baca, dan taman bacaan masyarakat (TBM).
Adapun
taman bacaan sejatinya bagian dari perpustakaan, dan ada yang dikelola
masyarakat. Fasilitas itu dibangun karena rasio yang tidak ideal andai
membangun perpustakaan (kecilnya jumlah penduduk di sebuah daerah). Bersama
taman bacaan, anak-anak sejak usia dini bisa dibiasakan gemar membaca,
minimal diawali melihat gambar/foto. Bila ia merasa bahwa tempat itu
membuatnya nyaman, setelah dewasa ia terbiasa atau gemar membaca.
Membaca
bukan lagi perintang waktu melainkan menjadi semacam kebutuhan. Pengelola
taman bacaan merasa berhasil menjalankan tugas bila tempat itu selalu
dipenuhi pengunjung. Di berbagai kota, masih dijumpai kondisi taman bacaan
yang sepi dari pengunjung karena kurangnya informasi dan sosialisasi, yang
disebabkan keterbatasan dana dan SDM.
Menambah Informasi
Sebenarnya,
walau relatif sebentar, kita bisa membaca, kapan pun dan di mana pun. Misal
di rumah sebelum berangkat kerja/kuliah, menunggu bus di halte, menunggu
kereta di stasiun, dan sebagainya. Yang jelas kita bisa memanfaatkan sedikit
waktu untuk menambah informasi sekaligus memperoleh pengetahuan.
Cerdas
bersama TBM merupakan satu cara agar masyarakat lebih menaruh perhatian dalam
kerangka menambah pengetahuan dan meningkatkan kecerdasan. Terlebih visi misi
taman bacaan masyarakat tidak berbeda jauh dari perpustakaan pemerintah/perpustakaan
sekolah/ perguruan tinggi.
Karena
itu, pemerintah semestinya menjaga supaya harga buku tetap terjangkau. Hal
itu supaya pengelola taman bacaan bisa membelinya. Dengan koleksi lengkap
maka fasilitas tersebut menjadi lebih menarik bagi calon pengunjung.
Pengelola yang cerdas juga tak segan untuk ”berburu” buku.
Ia
bisa meminta bantuan dari mana pun ataupun menerima sumbangan buku dari
pribadi, komunitas, kedutaan besar, instansi pemerintah/BUMN, atau swasta.
Penulis optimistis minat baca warga Jateng bisa digali bila lebih banyak lagi
didirikan taman bacaan masyarakat.
Pemerintah
(kelurahan/kecamatan/kota/kabupaten, bahkan provinsi) dapat memanfaatkan
taman bacaan untuk menyampaikan program atau capaian keberhasilan pembangunan
lewat buku yang disumbangkan. Upaya itu sejalan dengan program mencerdaskan
kehidupan bangsa sembari mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar