Buku
Agus M Irkham ; Pegiat
Literasi
|
KORAN
TEMPO, 02 September 2014
David
C. McClelland (1917-1998) adalah seorang psikolog sosial asal Amerika Serikat
yang tertarik pada masalah-masalah pembangunan. McClelland mempertanyakan,
mengapa ada bangsa-bangsa tertentu yang rakyatnya bekerja keras untuk maju,
dan ada yang tidak. Dia membandingkan antara bangsa Inggris dan Spanyol, yang
pada abad ke-16 merupakan dua negara raksasa yang kaya raya. Sejak saat itu,
Inggris terus berkembang menjadi semakin besar. Namun Spanyol menurun menjadi
negara lemah. Mengapa bisa terjadi demikian? Apa penyebab timbulnya
ketimpangan kemajuan tersebut?
Berdasarkan
tuturan Arief Budiman dalam buku Teori
Pembangunan Dunia Ketiga (1995), setelah mencari beberapa aspek melalui
penelitian dan pembuktian yang nyata, akhirnya McClelland menemukan
jawabannya. Ternyata faktor penentu perbedaan itu terletak pada (buku) cerita
dan dongeng anak-anak yang terdapat di kedua negeri tersebut. Kelihatannya,
dongeng dan cerita anak-anak di Inggris pada awal abad ke-16 itu mengandung
semacam virus yang menyebabkan pembacanya terjangkiti penyakit "butuh
berprestasi" (need for achievement).
Sedangkan cerita anak dan dongeng yang ada di Spanyol didominasi oleh cerita
romantis, lagu-lagu melodramatis, dan tarian yang justru membuat penikmatnya
lunak hati, meninabobokan.
McClelland
juga mengumpulkan 1.300 cerita anak-anak dari banyak negara dari era 1925 dan
1950. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa cerita anak-anak yang mengandung
nilai achievement (hasrat
berprestasi) yang tinggi pada suatu negeri selalu diikuti oleh adanya
pertumbuhan yang tinggi pula pada negeri itu dalam kurun waktu 25 tahun
kemudian. Penelitian McClelland menghasilkan satu kesimpulan: buku (bacaan)
mempunyai kekuatan untuk mengubah seseorang.
Setelah
keputusan Mahkamah Konstitusi, yang mengukuhkan pengusung revolusi mental
Jokowi-JK menjadi Presiden-Wakil Presiden RI ke-7-merujuk pada hasil
penelitian McClelland-salah satu strategi kebudayaan untuk melakukan revolusi
mental adalah melalui buku.
Berdasarkan
penelitian McClelland, perubahan mental di Spanyol dan Inggris membutuhkan
waktu 25 tahun. Jepang memerlukan waktu "sangat singkat" untuk
mengubah mental para generasi muda tentang sepak bola. Melalui penerbitan komik manga Captain Tsubasa yang untuk
pertama kalinya terbit pada 1994, pemerintah Jepang betul-betul melakukan
revolusi mental. Hanya butuh waktu sewindu-terhitung dari pertama terbit-yakni
pada 2002, berbagi dengan Korea Selatan, Jepang menjadi tuan rumah Piala
Dunia sekaligus berhasil lolos ke babak kedua.
Pada
titik kesadaran itu, kebijakan tentang perbukuan tidak bisa diandaikan lagi.
Besar harapan saya, Jokowi memberi kesempatan kepada para stakeholder budaya baca, terutama yang
diprakarsai oleh para penulis, penerbit, jurnalis, media massa, perguruan
tinggi, dan para pegiat literasi, untuk bertemu dan secara khusus membahas
ihwal buku, visi dunia penerbitan kita sebagai strategi kebudayaan dan
"jalan cepat" menuju perubahan mental tersebut. Dan ini pula yang
menjadi harapan para pengelola Taman
Bacaan Masyarakat yang terlibat dalam Rembuk
Budaya Baca di Yogyakarta pada 11-14 Agustus lalu. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar