Mencermati
Sikap Politik PDIP tentang Harga BBM
Amril Jambak ; Peneliti Lembaga Studi
Informasi Strategis Indonesia
|
DETIKNEWS,
02 September 2014
Desakan
agar pemerintah SBY menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) belakangan ini
hangat diperbincangkan. Bukan apa-apa, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang sebelumnya
menolak kenaikan harga BBM, sekarang ini mendukung bahkan mendesak Presiden
SBY menaikkan harga BBM.
Apa
ini sebagai tanda kegalauan PDIP yang akan menjenjaki kaki di pemerintahan.
Lainnya halnya kala pemerintahan SBY. Dua periode partai berlambang banten
moncong putih berada di luar pemerintah, meski di daerah (kabupaten, kota,
dan provinsi) di Tanah Air mereka ada yang berada di pemerintahan.
Segala
rencana pemerintah SBY selalu ditolak, apalagi yang merugikan masyarakat
kecil, karena basis PDIP membela wong cilik. Bahkan, PDIP pernah mengeluarkan
buku putih saat menolak kenaikan BBM pada pemerintahan SBY.
Tiba
masa transisi pemerintahan SBY ke pemerintahan Jokowi, PDIP mendesak SBY
segera menaikkan harga BBM. Bahkan, Presiden terpilih Jokowi, meminta kepada
SBY agar menaikkan harga BBM dengan berbagai alasan.
Menurut
penulis, SBY tidaklah sebodoh itu. Terang-terangan dalam pertemuan dengan
Jokowi, SBY menolak permintaan untuk menaikkan harga BBM tersebut. Banyak
faktor yang menjadi penyebab ditolaknya permintaan Jokowi tersebut. Salah
satunya tidak mau meninggalkan kenangan buruk bagi masyarakat di akhir masa
jabatannya.
Kenaikan
harga BBM, bahan bakar minyak mungkin terjadi. Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono mengakui tidak menutup kemungkinan akan menaikkan harga bahan bakar
minyak (BBM) apabila terjadi perubahan dramatis kenaikan harga minyak dunia.
Namun
demikian, dengan kondisi perkembangan harga minyak dunia saat ini, dia
menegaskan tidak akan menaikkan harga BBM pada tahun ini.
Pasalnya,
ujarnya, pemerintah telah melakukan sejumlah langkah dengan menaikkan harga sumber
energi. Antara lain menaikkan harga tarif dasar listrik dan harga bahan bakar
gas pada tahun ini, serta menaikkan harga BBM pada tahun lalu.
Langkah
tersebut, ujar SBY, tetap dilakukan pemerintah demi menjaga anggaran dari
defisit yang berlebihan kendati hal itu berdampak pada rakyat kebanyakan.
Dengan
demikian, lanjutnya, beban rakyat akan semakin besar apabila pemerintah
kembali menaikkan harga BBM pada tahun ini.
“Tetapi
saya juga terus memantau perkembangan. Apabila dalam waktu 7 minggu ke depan
ini ada perubahan situasi yang dramatis, harga minyak mentah dunia meroket
misalnya, dan kalau tidak saya naikkan BBM, APBN kita jebol, pasti dengan
terpaksa saya naikkan,” ujar SBY dalam wawancara khusus yang diunggah melalui
akun youtube Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat (29/8/2014) petang.
Namun
demikian, SBY menegaskan kondisi saat ini justru terbalik. Saat ini, ujarnya,
harga minyak mentah dunia justru cenderung turun. “Sehingga logika atau
alasan untuk menaikkan kembali harga BBM, apalagi pemerintah sudah menaikkan
harga listrik dan gas, itu tidak kuat,” katanya.
SBY
mengakui adanya tekanan atau desakan kepada pemerintah yang dipimpinnya untuk
menaikkan harga BBM. Desakan tersebut, ujarnya, bisa digolongkan luar biasa.
SBY
menyebutkan desakan untuk menaikkan harga BBM datang dari kalangan partai
politik tertentu, media konvensional tertentu, dan sejumlah pihak. “Saya
ingin memahami mengapa saya didesak untuk segera menaikkan harga,” katanya.
Menurut
SBY, pemerintah sudah melakukan sejumlah langkah jika alasan permintaan
menaikkan harga BBM adalah untuk menurunkan defisit anggaran. “Tahun lalu
kami sudah menaikkan harga BBM. Tahun ini harga listrik dan bahan bakar gas.
Ada juga pemotongan anggaran. Kan itu juga dalam rangka mengurangi defisit,”
ujarnya.
Dia
mengingatkan bahwa ketika 2004 lalu tidak mendesak pemerintah eksisting yang
ketika itu dipimpin Presiden Megawati Soekarnoputri untuk menaikkan harga
BBM. Padahal, ujarnya, kesenjangan antara harga yang disubsidi dengan harga
keekonomiannya ketika itu tergolong besar.
Dia
juga mengingatkan penolakan yang kerap dilakukan sejumlah fraksi di DPR saat
pemerintah mengusulkan kenaikan harga BBM dengan alasan inflasi dan
kemiskinan. “Jika alasannya itu, justru mengapa sekarang kami dipaksa
menaikkan harga BBM? Tidakkah meningkatkan kemiskinan? Tidakkah membebani
masyarakat?”
Tentunya
pernyataan SBY ini membuat geli kita semua. Bahkan secara tidak langsung
menurut penilaian penulis, kata-kata yang disampaikan SBY tersebut cukup
menampar orang-orang yang meminta menaikkan harga BBM saat ini.
Sepatutnyalah
kita semua berpikir, kenapa sikap politik PDIP sekarang berubah. Ada apa dan
pastinya menjadi tanda tanya besar bagi seluruh rakyat. Padahal di buku putih
PDIP tersebut, sudah dituliskan alternatif-alternatif yang diambil dalam
mengatasi persoalan tersebut. Dengan kondisi yang ada, diharapkan kepada
pemerintahan yang baru, tidak melakukan langkah-langkah menaikkan harga BBM.
Inilah
salah satu tantangan ke depan yang harus diselesaikan pemerintahan Jokowi-JK.
Penulis memiliki keyakinan, pemerintah Jokowi-JK akan menuntaskan
permasalahan ini. Kita tunggu saja perkembangannya dan berharap langkah yang
diambil tidak meningkatkan kemiskinan dan membebani masyarakat. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar