Tiga
Tantangan Ekonomi Nasional
Firmanzah ; Staf
Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan
|
KORAN
SINDO, 21 April 2014
Dalam
tiga bulan ke depan (Mei–Juli 2014), perekonomian nasional dihadapkan pada
tiga tantangan sekaligus. Pertama, tantangan terkait upaya menjamin
kelancaran pasokan kebutuhan pokok, menjaga inflasi dan kelancaran
transportasi jelang puasa dan Hari Raya Idul Fitri 1435 Hijriah yang diperkirakan
jatuh pada 28-29 Juli 2014.
Kedua,
tantangan terkait menjaga stabilitas politik, keamanan, dan ketertiban jelang
masa kampanye, pemungutan, dan perhitungan suara capres-cawapres pada 9 Juli
2014. Apabila tidak ada pasangan yang mendapatkan lebih dari 50%, pemilihan
putaran kedua dijadwalkan dilakukan 9 September 2014. Ketiga, tantangan untuk
terus memperkuat fundamental perekonomian sebagai antisipasi ketidakpastian
arah pemulihan perekonomian dunia. Kalau kita melihat karakter ketiga tantangan
di atas, tantangan pertama bersifat siklus tahunan, tantangan kedua siklus
lima tahunan, dan tantangan ketiga bersifat permanen-substansial.
Tiga tantangan
tersebut perlu kita kelola dengan baik di tengah konsentrasi dan energi
nasional yang terfokus pada persiapan menunggu perhitungan hasil pemilihan
legislatif (Pileg) oleh KPU dan persiapan menjelang Pemilihan Presiden dan
Wakil Presiden 2014-2019. Selama tiga bulan ke depan adalah masamasa krusial
bagi perekonomian nasional. Kita pastikan Indonesia mampu melewati tiga
tantangan tersebut sehingga ini menjadi fondasi kuat bagi pemerintahan lima
tahun ke depan, 2014-2019.
Seperti
tahun-tahun sebelumnya, sejumlah langkah kebijakan akan terus dioptimalkan
untuk menjamin kelancaran pasokan kebutuhan pokok, mobilitas barang, uang,
dan manusia yang terus meningkat saat bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri
tahun ini. Monitoring persediaan nasional dan pemantauan harga di sejumlah
pasar tradisional bagi kebutuhan pokok seperti beras, gula pasir, minyak goreng,
tepung terigu, cabai, bawang putih, dan daging ayam akan terus dilakukan
untuk menghindari lonjakan harga yang tidak normal. Kementerian Pekerjaan
Umum juga akan mulai mendata ruas-ruas jalan, baik di Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, maupun daerah lain untuk menjamin kelancaran arus mudik
nasional.
Sementara
Kementerian Perhubungan juga akan melakukan koordinasi dan komunikasi dengan
pengelola jasa transportasi, baik udara, darat, maupun laut untuk menjaga
kenaikan tarif transportasi dalam batas yang wajar. Khusus di Pulau Jawa,
kita bersyukur jalur ganda kereta api (double-track)
Jakarta-Surabaya jalur pantura sepanjang 333 kilometer sudah dapat
dioperasikan tahun ini. Ini akan mengurangi 30% muatan barang yang biasanya
diangkut melalui truk melewati pantura akan teralihkan melalui jalur kereta
api. Pengoperasian jalur ganda pantura akan meningkatkan frekuensi lalu
lintas kereta api dari 84 menjadi 200 per hari.
Pengoperasian
sejumlah bandar udara yang telah selesai seperti Kualanamu, Ngurah Rai, Sepinggan,
dan Halim Perdanakusuma untuk komersial akan meningkatkan kelancaran arus
mudik melalui jalur udara. Komitmen untuk meningkatkan mobilitas manusia dan
barang pada masa mendatang terus ditingkatkan melalui pembangunan trek ganda
jalur selatan Jawa yang direncanakan beroperasi pada 2017. Sementara
pembangunan dan perluasan enam proyek bandara telah diresmikan seperti Bandar
Udara Muara Bungo Jambi, Bandar Udara Pekon Serai Lampung Barat, Bandar Udara
Pagar Alam Sumatera Selatan,
pengembangan
terminal baru Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabillilah Tanjung
Pinang, dan terminal baru Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II
Pekanbaru. Sementara rencana pembangunan tol Trans Sumatera, Jembatan Selat
Sunda, dan pembangunan kereta api Trans Sulawesi juga sedang dipersiapkan.
Melalui serangkaian pembangunan infrastruktur ini, kita optimistis dalam lima
tahun ke depan konektivitas nasional akan semakin efisien dan efektif.
Terkait menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban selama pelaksanaan pilpres
yang akan digelar 9 Juli 2014, kita juga berharap semua pihak dapat terus
meningkatkan stabilitas politik nasional.
Ini
penting mengingat stabilitas politik dan keamanan merupakan prasyarat utama
bagi pembangunan ekonomi nasional. Kedewasaan serta kematangan politisi,
partai politik, masyarakat, dan media serta kesiapan penyelenggara pemilu
seperti KPU, Bawaslu, didukung Polri dan TNI, akan menentukan tidak hanya
stabilitas perpolitikan domestik, tetapi juga keberlanjutan pembangunan
ekonomi nasional. Berkaca pada proses dan kondusifnya iklim politik selama
satu tahun terakhir, saya optimistis pilpres putaran pertama akan dapat kita
lalui secara baik. Saat Indonesia sedang fokus pada persiapan menghadapi dua
tantangan domestik sekaligus, kondisi perekonomian dunia masih penuh dengan
ketidakpastian.
Rilis
terakhir dari Pemerintah China menyebutkan, pertumbuhan China pada kuartal
I/2014 hanya sebesar 7,4%. Tren pelemahan pertumbuhan ekonomi juga akan
dialami negara emerging lain seperti Rusia, India, Brasil, dan Meksiko.
Sementara sejumlah negara di Eropa dan Amerika Serikat menunjukkan tren
sebaliknya dan diproyeksikan dapat tumbuh lebih baik tahun ini. Dari sisi
pasar keuangan dunia, kebijakan The Fed
terkait beberapa isu seperti pengurangan stimulus moneter dan penaikan
suku bunga perlu terus kita monitor agar risiko capital-outflowdapat kita
mitigasi secara baik.
Sebagai
negara yang semakin terintegrasi dengan perekonomian dunia, Indonesia
ditantang untuk terus mampu menguatkan fundamental perekonomiannya. Daya
tahan (resiliency) ekonomi nasional
hanya dapat kita tingkatkan ketika kita dapat terus meningkatkan cadangan
devisa, mengelola proporsi utang luar negeri, menjaga inflasi, menjaga
defisit anggaran dalam proporsi yang aman, menjaga keseimbangan neraca
perdagangan dan pembayaran, memperbesar investasi dan penciptaan lapangan
kerja, menjaga daya beli masyarakat, terus membangun infrastruktur, serta
memperluas industrialisasi dan hilirisasi.
Selama
ini Indonesia dianggap mampu melewati sejumlah krisis ekonomi dunia dari
lonjakan harga minyak mentah dunia 2005 dan 2008, krisis subprime mortgage, krisis utang Eropa, dan krisis keuangan dunia
akibat isu tapering-off quantitative
easing III di Amerika Serikat sepanjang semester II 2013. Untuk terus
menjaga perekonomian nasional tetap tumbuh positif, merata, dan berdaya tahan
menghadapi tiga tantangan di atas, kewaspadaan serta kecepatan dalam
melakukan policyresponsessemakin kita perlukan.
Di tengah
tahun politik, pengambil kebijakan nasional di bidang perekonomian akan tetap
fokus dan terus tingkatkan koordinasi lintas kementerian dan lembaga lainnya
seperti BI, OJK, dan LPS. Dukungan dari pemerintah daerah sangatlah
dibutuhkan agar efektivitas implementasi serta harmonisasi kebijakan dapat
terus ditingkatkan. Transisi kepemimpinan perlu kita jaga dengan baik. Dan
yang lebih penting lagi adalah tetap meningkatkan kinerja perekonomian
nasional melalui penuntasan agenda-agenda pembangunan di Indonesia. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar