Ketika
Sengkuni Menjadi Brutus
Bambang Soesatyo ; Anggota Komisi III DPR RI,
Presidium
Nasional KAHMI 2012–2017
|
KORAN
SINDO, 24 April 2014
Para
sengkuni di lingkar dalam pusat kekuasaan sedang bergerilya. Langsung
berevolusi jadi brutus, para sengkuni di sekitar Istana dan Presiden mulai
meninggalkan sosok Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Mereka aktif blusukan ke
kelompok-kelompok politik yang diprediksi bakal ikut gerbong pemerintah baru.
Kebiasaan
buruk muncul lagi menjelang peralihan kekuasaan di negara ini. Kebiasaan atau
perilaku menjelek-jelekkan presiden dan keluarganya. Presiden SBY dan
keluarga pun tak luput dari situasi seperti itu. Akhir-akhir ini, SBY dan
keluarga plus para pembantu terdekatnya mulai dihujani ragam isu tak sedap
dan mengganggu kenyamanan mereka. Ada serangan yang dilakukan terbuka, ada
juga yang kasak-kusuk menebar cerita tak sedap tentang SBY dan keluarganya.
Sekitar
10 tahun lalu, ketika popularitas SBY memuncak menuju pemilihan presiden
tahun 2004, Presiden (saat itu) Megawati Soekarnoputri juga diperlakukan
seperti itu. Ragam isu atau cerita tak sedap berseliweran di ruang publik.
Para penebar gosip itu mencoba peruntungan dengan menghancurkan karakter
presiden dan keluarganya, termasuk para menteri. Akhir-akhir ini, SBY dan
keluarga pasti merasakan serangan itu datang bertubi-tubi, terutama untuk
serangan yang bersifat terbuka sebagaimana bisa disimak dari pemberitaan
media massa.
Namun,
yang tak kalah jahatnya adalah serangan berupa kasak-kusuk sejumlah orang
yang menebar gosip tentang karakter SBY dan keluarganya. Tentu saja gosip itu
menggambarkan hal-hal yang serba buruk. Mengapa dikatakan sangat jahat? Sebab
para penebar gosip itu adalah orang-orang yang selama ini justru sangat dekat
dengan SBY dan keluarganya. Bahkan, mereka yang selama ini mungkin mendapat
kepercayaan ekstra dari SBY sebagai menteri atau kepala lembaga tertentu.
Mereka sebenarnya sangat mudah dikenali.
Lihat
saja dari sekian banyak menteri dan orang dekat presiden, siapa yang paling
kencang menjilat dan menyanjung-nyanjung, bahkan seolah rela berkorban dan
pasang badan untuk SBY. Mereka itulah yang selama ini digambarkan sebagai
para sengkuni di sekitar presiden. Hari-hari ini, SBY dan keluarga mungkin
hanya bisa menghitung-hitung siapa sahabat sejati, dan siapa saja yang benar-benar
berperilaku sengkuni. Mereka yang selama ini kerjanya menjilat, mencari muka
mencari peruntungan dengan dan hanya memanfaatkan kedekatan. Hari-hari ini,
mereka bermuka dua alias bertopeng.
Tetap manis
dan memberi kesan loyal saat berhadapan dengan SBY dan keluarga. Namun,
perangai mereka berubah total, ketika para sengkuni itu mulai mencari dan
membangun akses ke pusat-pusat kekuasaan baru. Pada saat itulah mereka
benar-benar berperangai layaknya Brutus, si pembunuh diktator Republik Romawi
Julius Caesar. Kalau Brutus tega berkonspirasi membunuh Caesar yang telah
mengangkatnya menjadi Gubernur Gaul, para sengkuni pun tanpa ampun bisa
menghancurkan karakter SBY dan keluarganya.
Untuk
berevolusi menjadi brutus, para sengkuni itu berpatokan pada hasil pemilihan
anggota legislatif (Pileg) 2014. Hasil perhitungan sementara Pileg 2014 sudah
cukup jelas. Perubahan atau pergeseran peta kekuatan politik mulai terbaca.
Pemerintahan pun dipastikan berubah menjelang akhir tahun ini. Dalam hitungan
bulan, Kabinet Indonesia Bersatu II akan demisioner. Produktivitas atau
kinerja pemerintah pun diperkirakan tidak signifikan. Para menteri mungkin
saja kurang bergairah lagi merealisasikan program.
Itu
sebabnya, sudah terlihat gejala lambannya penyerapan anggaran pada sejumlah
instansi atau pemda. Kecenderungan inilah yang semakin mendorong para
sengkuni di seputar Istana mulai menjauhi SBY. Para sengkuni juga melihat bahwa
pendaftaran figur capres-cawapres untuk pilpres akan ditutup selepas
pertengahan Mei 2014, sementara pelantikan presiden terpilih dijadwalkan
Oktober 2014. Artinya, bagi para sengkuni, masih tersedia cukup waktu untuk
membangun akses ke poros-poros kekuatan politik yang akan dipercaya rakyat
memegang tampuk pemerintahan baru di negara ini.
Kalau
kabinet baru mulai bekerja sekitar Oktober, setidaknya ada periode waktu
enam-tujuh bulan bagi para sengkuni untuk membuka akses dan membangun
jaringan ke pusat pemerintahan baru. Dengan caranya yang licik, para sengkuni
akan melebur dalam proses politik itu. Mulai dari ikut-ikutan mendorong
koalisi antarparpol, sosialisasi sosok capres, terlibat dalam kompromi dan
tarik menarik kepentingan, hingga rancangan formasi anggota kabinet.
Bocorkan Rahasia
Tak dapat
dipungkiri bahwa anjloknya perolehan suara Partai Demokrat (PD) pada Pileg
2014 akan mengubah peta perpolitikan nasional. Perubahan itu adalah sebuah
konsekuensi logis. Tak hanya itu, hasil Pileg 2014 ternyata juga mengubah perilaku
para sengkuni menjadi brutus. Menjelang berakhirnya kekuasaan Presiden SBY
pada Oktober 2014 mendatang, perilaku ”all
the president’s man” atau orang-orang dekat presiden yang dikenal sebagai
sengkuni telah menjelma menjadi brutus. Perilaku licik mereka tak berubah,
tapi mereka tidak lagi berniat cari muka di hadapan SBY dan keluarganya. Para
sengkuni itu akurat dalam berhitung.
Mereka
tahu bahwa kekuasaan SBY akan berakhir. Madu di Cikeas akan segera habis.
Alih-alih berterima kasih pada SBY, pada waktunya nanti para sengkuni itu
hanya mengibaratkan Cikeas tanah yang tandus. Karena licik, di kemudian hari
para sengkuni itu bahkan berani menyangkal kedekatannya dengan Cikeas.
Hari-hari ini, fokus atau orientasi para sengkuni itu hanya satu;
menghalalkan segala cara agar bisa memperoleh jabatan di pemerintahan baru,
atau minimal tetap berada di ring satu Istana. Untuk target itu, para
sengkuni tak segan sedikit pun untuk menyerahkan kepala tuannya kepada
penguasa baru.
Dari
kebiasaan menyanjung, para sengkuni itu tak segan untuk menista SBY demi
potensi bisnis dan kekuasaan yang bisa didapat dari pemerintah baru.
Sebenarnya, gejala evolusi sosok sengkuni menjadi brutus sudah dirasakan
hari-hari ini, di tengah ingar-bingar tahun politik 2014. Pada Oktober 2013,
tercatat tiga kali percakapan rahasia Presiden SBY melalui pesan singkat
seluler bocor ke media. Begitu pula ketika belum lama ini ada seorang kepala
lembaga yang dulu begitu setia dan memuji-muji SBY, sehingga dia diberi
jabatan.
Kini
berbalik menyerang dan mengkritik kebijakan mantan majikannya itu. Bahkan
sekarang, dia tak malu-malu memuji-muji ketua umum partai yang capresnya
selalu menempati peringkat teratas dalam berbagai survei tersebut. Yang lebih
celaka, cerita buruk yang masuk klasifikasi rahasia justru dibuka dan
dijadikan ”barang dagangan” oleh para sengkuni untuk mendapatkan simpati dari
calon penguasa baru. Jadi, hati-hatilah para capres/cawapres dan timsesnya.
Karena bukan tidak mungkin, mereka akan berkhianat kembali. Pasalnya, seusai
pelaksanaan Pileg 2014, beredar informasi tentang aktivitas blusukan sejumlah
orang kepercayaan SBY.
Bukan
karena diutus menjajaki koalisi, mereka blusukan untuk mewujudkan
kepentingannya sendiri. Para sengkuni itu menemui sejumlah tokoh dari parpol
yang diprediksi akan mengajukan calon presiden. Mereka blusukan dengan
membawa ragam cerita buruk tentang SBY dan keluarganya. Untuk mendapatkan
simpati dari calon penguasa baru. Atau, minimal bisa diterima di lingkungan
calon pemimpin baru. Mudah-mudahan, sepak terjang para pengkhianat SBY itu
disimak oleh para tokoh yang akan maju dalam pemilihan presiden tahun ini.
Para
pengkhianat seperti itu sebaiknya tidak diberi kesempatan atau ruang. Karena
itu, sangat penting bagi para tokoh untuk selektif manakala didekati figur-figur
yang sebelumnya begitu dekat dengan SBY. Para sengkuni itulah yang diduga
selama ini merusak reputasi pemerintahan SBY. Memanfaatkan kedekatan dengan
kekuasaan, mereka antara lain membangun kartel pangan, melakukan mark up atas sejumlah proyek pemerintah
hingga mengambil keuntungan dari jabatannya melalui kebijakan yang
dikeluarkan, meski itu merugikan rakyat.
Kalau
mereka bisa berkhianat pada SBY sebagai majikan yang selama ini memberikan
kekuasaan dan kenikmatan sebagai orang dekat Istana, para sengkuni itu pun
bisa menjadi brutus-brutus baru yang akan menikam dan mengkhianati majikan
baru mereka untuk mendapat tempat kembali ke majikan atau penguasa
berikutnya. Waspada, waspadalah! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar