MH370
dan Dasar Samudra Hindia
Indroyono Soesilo ; Mantan Deputi
TPSA-BPPT;
Kini Direktur Sumber Daya Perikanan dan Akuakultur di FAO,
Roma
|
KOMPAS,
02 April 2014
PERDANA Menteri
Malaysia pada 24 Maret 2014 memastikan bahwa pesawat Boeing 777-200ER
Malaysia Airlines nomor penerbangan MH370 jatuh di Samudra Hindia bagian
selatan, sekitar 2.000 kilometer sebelah barat Perth, Australia. Semua
penumpang diperkirakan tewas, termasuk tujuh warga negara Indonesia. Penentuan
lokasi jatuhnya pesawat didasarkan pada analisis data satelit Inmarsat dan
perkiraan posisi lintang-bujur lokasi pesawat. Informasi ini lalu diteruskan
kepada pesawat-pesawat intai yang beroperasi di wilayah tersebut untuk
kemudian didekati oleh kapal-kapal SAR guna verifikasi.
Upaya
berikutnya adalah memastikan bahwa bangkai pesawat ada di dasar samudra dan
harus diusahakan untuk dapat diangkat ke permukaan laut. Minimal dapat
mengangkat kotak hitam (black box) MH370 guna keperluan investigasi
kecelakaan.
Memang
ini tak mudah mengingat lokasi jatuhnya pesawat ada di samudra lepas dan
kedalaman rata-rata lautan di sana sekitar 2.000 meter sekalipun dasar
samudra di wilayah ini terbilang datar. Untuk mencapai sasaran tersebut,
teknologi eksplorasi dasar laut yang ada di sejumlah negara harus dikerahkan.
Indonesia berpengalaman
Sebenarnya
salah satu negara yang berpengalaman menemukan pesawat dan kapal tenggelam di
dasar laut adalah Indonesia. Selain itu, para ahli Indonesia juga pernah
bekerja sama dengan Amerika Serikat dan Jepang untuk mengeksplorasi dasar
laut sampai kedalaman 2.900 meter.
Menengok
ke belakang, saat kapal feri KM Gurita tenggelam di perairan Aceh, 19 Januari
1996. Instrumen multibeam echo sounder
milik Baruna Jaya II, kapal riset Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT), berhasil mendeteksi lokasi tenggelamnya KM Gurita di kedalaman
sekitar 900 meter. Kemudian saat Boeing 737 Adam Air rute penerbangan
Surabaya-Manado jatuh di Selat Makassar, 1 Januari 2007. Kapal riset BPPT
lainnya, Baruna Jaya IV, dengan kemampuan instrumen multibeam echo sounder dan instrumen detektor logam dikerahkan ke
lokasi kecelakaan.
Delapan
bulan kemudian, 27 Agustus 2007, Baruna Jaya IV berhasil menemukan lokasi
bangkai pesawat di dasar laut Selat Makassar di kedalaman 2.000 meter.
Terakhir, kapal KMP Bahunga Jaya yang tenggelam di Selat Sunda pada 26
September 2012, sekali lagi, berhasil ditemukan oleh kapal riset BPPT Baruna
Jaya IV.
Untuk
eksplorasi dasar laut, para ahli Indonesia merupakan sedikit dari ahli
kelautan dunia yang pernah menyelam sampai kedalaman 2.900 meter. Pada 2002,
para ahli kelautan Indonesia yang dipimpin Dr Jusuf Surachman dari BPPT
bersama mitra ahli dari Jepang berhasil menyelam di palung Jawa sampai
kedalaman 2.900 meter menggunakan kapal selam SHINKAI-6500. Penyelaman itu
dalam rangka eksplorasi geotektonik dan biota dasar laut di palung Jawa.
Sampai saat ini SHINKAI-6500, yang mampu menyelam sampai kedalaman 6.500
meter milik Japan Marine Science &
Technology Center (JAMSTEC), merupakan kapal selam laut dalam paling
canggih di dunia.
Pada
2010, para ahli kelautan Indonesia dan AS menggelar eksplorasi biota laut
dalam di dasar Laut Sulawesi dengan sandi INDEX-SATAL 2010. Tim Indonesia
dipimpin Dr Sugiarta Wirasantosa dari Badan Riset Kelautan dan Perikanan
bersama mitra ilmuwan AS menggunakan kapal riset National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) bernama Okeanos Explorer. NOAA, yang
dilengkapi robot bernama Little
Hercules, itu berhasil merekam kehidupan di dasar Laut Sulawesi hingga
kedalaman 1.000 meter.
Akumulasi
pengalaman tadi tampaknya sesuai untuk dicoba guna mencari pesawat MH370 di
dasar Samudra Hindia bagian selatan. Para ahli kelautan Indonesia dapat
segera bergerak ke lokasi kecelakaan dengan mengerahkan kapal riset BPPT
Baruna Jaya IV sekaligus mengajak mitra JAMSTEC untuk mengerahkan kapal selam
SHINKAI 6500 milik mereka. Tentu juga mengajak kapal riset NOAA Okeanos
Explorer untuk bergerak ke Samudra Hindia dengan menggotong si Little Hercules guna menemukan dan
mengangkat MH370.
Inilah
kesempatan bagi ilmuwan laut kita untuk membuktikan, sekali lagi, akan
kemampuan ipteknya bagi kemaslahatan umat manusia. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar