Kekuatan
Pengimbang
Liek Wilardjo ;
Fisikawan
|
KOMPAS,
13 September 2014
DI
taman bermain biasanya ada ayunan. Jika seorang anak duduk di ujung bawah
ayunan itu, lalu Anda menarik ayunan itu ke belakang sampai menyimpang dari
posisi awalnya dengan sudut tertentu, dan Anda lepaskan, maka anak itu akan
berayun ke depan dan balik ke belakang berulang-ulang. Ayunan
ke depan diimbangi oleh gaya pemulih ke belakang, dan jika kemudian ayunan
itu berbalik ke belakang, ada gaya pemulih yang melawannya, dan akan
mengayunnya kembali ke arah depan.
Gerak
ayunan itu disebut berada dalam keseimbangan yang mantap (stabil). Sistem
yang seimbang-mantap memang akan terguncang kalau ditimpa kekuatan luar,
terutama kekuatan luar yang besar dan datang tiba-tiba. Namun, sistem itu
akan kembali ke keadaan geraknya semula. Guncangannya cepat reda, tidak
merusak sistem itu secara fatal.
Keadaannya
berbeda sekali dengan keseimbangan sebutir telur di ujung tanduk. Kalau ada
gangguan sedikit sekalipun, misalnya karena seekor lalat hinggap di moncong
sapi itu, maka sapi tersebut akan menggelengkan kepala, dan telur itu terlem-
par hingga jatuh dan pecah. Itulah keseimbangan goyah (labil).
Ada
lagi keseimbangan lain, yakni keseimbangan tak-acuh, tetapi ini tak penad,
tak relevan, dengan maksud tulisan ini.
Mengapa
keseimbangan telur di ujung tanduk itu goyah? Karena titik berat telur itu
berada di atas titik tumpunya. Titik beratnya ada di dalam kuning telur,
sedikit di bawah titik tengah atau pusat kuning telur itu. Sementara titik
tumpunya, ya, di pantat telur itu yang bersentuhan dengan ujung tanduk.
Pada
ayunan, titik tumpunya terletak di ujung tali yang dikaitkan pada palang
gantungan, sedangkan titik beratnya di tubuh anak yang duduk di ujung bawah
ayunan itu. Jadi, titik beratnya berada di bagian bawah dari sistem tersebut.
Antisipasi dan Cak Nur
Herman
Dooyewerd ialah filsuf abad ke-20 yang dijuluki ”Immanuel Kant-nya Belanda”.
Ia memilah-milah bidang penelitian ilmiah ke dalam segi-segi ragam yang
berbeda yang diurutkan berdasarkan tingkat kerumitan bidang penelitian itu.
Keseimbangan
mantap, goyah, dan tak-acuh termasuk dalam segi ragam fisis, yakni telaah
tentang sistem benda-benda mati yang merupakan bagian dari dunia nirnyawa,
ditinjau dari dinamika proses perubahan beserta penyebab terjadinya dinamika
itu. Beberapa tingkat di atas segi ragam ini, ada segi ragam sosbud yang
bersangkutan dengan sistem sosial-budaya masyarakat manusia yang sangat
kompleks.
Berdasarkan
keseimbangan dalam segi ragam fisis, kita dapat menarik analoginya secara
antisipatif ke segi ragam sosbud. Sistem sosial-politik akan seimbang kalau
ada kekuatan pengimbang, dan keseimbangan itu akan mantap kalau titik berat perhatian
pemerintah ada di lapisan bawah yang merupakan mayoritas warga masyarakat.
Kalau
pemerintah memumpunkan perhatiannya pada minoritas elite lapisan atas,
memanjakan mereka dengan tax holiday
dan berbagai fasilitas serta insentif, keseimbangan yang terjadi ialah
keseimbangan semu yang goyah. Jika ada sedikit saja gangguan, misalnya protes
rakyat yang tak puas karena tertindas, rezim pemerintah bisa tumbang.
Celakanya, tumbangnya bisa melalui revolusi sosial yang berdarah. Lihat saja
apa yang sekarang sedang terjadi di Suriah.
Pecahnya
pemberontakan melawan pemerintah yang berkuasa karena ”raja lalim raja
disanggah” itu dulu terjadi di Kuba ketika diktator Xavier Batista
digulingkan rakyat yang dipimpin Fidel Castro. Presiden Ferdinand Marcos
digulingkan rakyat Filipina melalui demonstrasi Kekuasaan Rakyat Cory Aquino.
Presiden Mesir Hosni Mubarak digulingkan oleh demonstrasi rakyat
besar-besaran yang berdarah-darah di Lapangan Tahrir.
Kekuatan pengimbang
Peristiwa
semacam itu juga dapat disimpulkan dengan menarik analogi antisipatif dari
segi ragam fisis ke segi ragam sospolbud. Balon yang ditekan terus akhirnya
meletus. Demikian pula masyarakat yang ditindas terus oleh penguasa akhirnya
tidak tahan lagi, lalu pecahlah perlawanannya.
Koalisi
Merah Putih bisa berperan secara positif sebagai kekuatan pengimbang kalau
benar-benar berjiwa nasionalistik-patriotik. Di parlemen, koalisi ini
hendaknya menyumbangkan saran dan memberi peringatan, dan tidak cuma
mengganggu serta merecoki pemerintah pilihan rakyat. Barangkali itulah yang
dinamakan oposisi loyal. Almarhum Cak Nur (Nurcholis Madjid) sangat
mendambakan pemerintah yang seimbang-mantap dengan peran positif kekuatan
pengimbang.
Titik
berat perhatian pemerintah Jokowi-JK sudah dipastikan akan di bawah dengan
memberikan subsidi pupuk bagi petani gurem, solar bagi nelayan miskin, dan
membangun infrastruktur irigasi, seperti bendungan dan sebagainya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar