Membangun
Jakarta Baru
Sabam Sirait ; Calon Anggota DPD DKI
Jakarta
|
KORAN
SINDO, 01 April 2014
Dalam
sebuah diskusi yang diadakan Radio SINDO Trijaya FM minggu lalu Wakil
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (alias Ahok), yang menjadi
panelis bersama saya, menyatakan bahwa untuk membangun sebuah Jakarta Baru
tidak bisa dilakukan oleh pemerintah dan aparat Provinsi DKI Jakarta saja.
Membangun
Jakarta Baru juga membutuhkan dukungan dan sinergi dari pemerintah daerah di
sekitarnya. Memang, untuk mewujudkan Jakarta Baru butuh penataan yang serius.
Apalagi hingga kepemimpinan Jokowi- Ahok dua problem dasar DKI Jakarta yakni
kemacetan lalu lintas dan masalah banjir belum dapat diatasi secara tuntas.
Berbagai hambatan, baik secara teknis maupun struktural, kerap menghalangi
keinginan gubernur dan wakil gubernur untuk membenahi Jakarta.
Namun,
sesungguhnya bukansaja dukungandari pemerintah daerah sekitar Jakarta seperti
Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi yang dibutuhkan untuk membangun Jakarta,
melainkan juga dukungan dari berbagai lembaga yang memiliki keterkaitan
dengan urusan Ibu Kota seperti MPR/DPR, Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan
pemerintah pusat (presiden beserta menteri-menterinya). Dukungan seluruh
stakeholder Jakarta itulah yang dibutuhkan guna membangun Jakarta Baru.
Sinergi
antara pemerintah daerah DKI Jakarta dan pemerintah pusat sebuah keniscayaan
dalam membangun Jakarta. Presiden dan gubernur DKI Jakarta
harusmemilikivisidanpandangan yang sama soal Jakarta Baru. Mantan Gubernur
DKI Jakarta Ali Sadikin yang terkenal dengan ketegasan dan ide-ide kreatifnya
tentang Jakarta itu saja selalu mengatakan kepada saya bahwa dirinya hanyalah
menjalankan apa yang menjadi kebijakan dan impian Presiden Soekarno tentang
Jakarta.
Para
wakil rakyat, terutama anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang merupakan
perwakilan daerah, seharusnya berperan dalam membangun Jakarta— tentu saja
sesuai tugas dan kewenangannya. Apalagi kewenangan lebih besar yang diberikan
untuk DPD periode mendatang salah satunya bersama- sama DPR menyusun APBN dan
undang-undang desentralisasi dan pemerintahan daerah, bagi saya,
merupakansebuah kesempatan yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi
anggota DPD.
Salah
satu hal yang dapat dilakukan DPD adalah bagaimana memperjuangkan anggaran
untuk daerah-daerah di sekitar DKI Jakarta. Sampai saat ini perbandingan
anggaran Jakarta dan daerah sekitar masih sangat timpang. Pada tahun anggaran
2014 APBD DKI Jakarta disahkan sebesar Rp72 triliun. Sementara APBD Provinsi
Jawa Barat tidak sampai sepertiganya, hanya sebesar Rp 21,6triliun, dan APBD
Provinsi Banten lebih kecil lagi sebesar Rp7,3 triliun. Apalagi untuk tingkat
kabupaten/kota pasti lebih kecil lagi anggarannya. Ketimpangan anggaran yang
begitu besar itu dapat menimbulkan kesulitan tersendiri bagi Jakarta Baru.
Bagi
saya, yang disebut dengan Jakarta Baru bukanlah sebuah gambaran tentang kota
metropolitan yang penuh dengan gedung-gedung bertingkat dan kesibukan yang
luar biasa seperti kota New York, Tokyo, ataupun kota-kota besar di dunia
lain. Jakarta Baru yang saya bayangkan adalah sebuah kota yang tertata rapi,
aman, nyaman dan manusiawi, serta masyarakatnya tertib dan disiplin.
Sebagai
sebuah ibu kota negara Republik Indonesia, Jakarta harus mencerminkan tingkat
peradaban masyarakat yang lebih tinggi yang dapat diperlihatkan oleh tata
perilaku masyarakatnya yang tertib dan disiplin. Karena itu, yang tidak kalah
penting dari itu semua adalah juga peran dari masyarakat itu sendiri.
Komunitas-komunitas masyarakat yang ada di DKI Jakarta harus dilibatkan untuk
membangun Jakarta Baru. Kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan tertib
harus terus ditingkatkan.
Hal yang
sederhana adalah membuang sampah pada tempatnya. Saya saksikan dengan mata
kepala sendiri saat berkendara di jalan masih banyak penumpang di dalam mobil
membuang sampah seenaknya di jalan raya melalui jendela mobilnya. Saya juga
mengingatkan agar pemerintah daerah DKI Jakarta tidak lagi menggunakan
cara-cara kekerasan dalam menangani berbagai masalah sosial di Jakarta.
Boleh-boleh saja bersikap tegas dalam menghadapi para pemukim liar ataupun
pedagang kaki lima, tapi sedapat mungkin jangan memakai cara-carakekerasan.
Memang setiap
kebijakan politik pastilah tidak bisa menguntungkan atau mengenakkan semua
pihak. Untuk itu, perlu dipikirkan dan direncanakan secara cermat sehingga
tidak merugikan banyak orang, apalagi yang berkaitan dengan rakyat kecil.
Mewujudkan Jakarta Baru butuh kerja keras semua pihak. Perubahan di wajah
Jakarta diyakini akan mampu mengubah wajah Indonesia secara keseluruhan.
Untuk
itu, kemampuan pemimpin DKI Jakarta untuk membangun kesadaran semua pihak
sehingga mau secara sukarela bersama-sama membangun Ibu Kota kita yang
tercinta ini amat dibutuhkan. Saya yakin Jokowi-Ahok adalah orang yang tepat
untuk mewujudkan Jakarta Baru. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar