Ekonomi
di Tahun Politik
Firmanzah ; Staf Khusus
Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan
|
KORAN
SINDO, 14 April 2014
Dapat dikatakan
ekonomi kontemporer digerakkan dua hal sekaligus, yaitu fundamental ekonomi
dan pola sentimen pelaku pasar.
Secara teoretis
keduanya terkait, tetapi akibat suatu event
tertentu dalam jangka pendek arah sentimen dimungkinkan bergerak berbeda
dibandingkan tren pergerakan fundamental ekonomi. Meskipun dalam jangka
panjang koreksi atas sentimen yang berbeda pasti akan terjadi. Hal ini karena
para pelaku ekonomi merupakan aktor rasional yang terus mendasarkan keputusan
cost-benefit berdasar pada hal-hal
yang bersifat fundamental.
Sebaliknya, ketika
fundamental ekonomi suatu negara memburuk, perekayasaan sentimen di pasar
tidak akan efektif untuk misalnya meyakinkan investor berinvestasi baik di
pasar modal maupun sektor riil. Khusus di pasar modal dan pasar keuangan,
sensitivitas terhadap sentimen relatif tinggi bila dibandingkan dengan di
sektor riil.
Namun ketika kita
lihat dalam spektrum lebih panjang, pergerakan kinerja pasar modal dan
keuangan akan berjalan searah dengan pergerakan fundamental ekonomi. Misalnya
pada semester II/2013, ketika isu pengurangan stimulus moneter III (quantitative easing III) disampaikan
oleh The Fed ditambah dengan
ketidakseimbangan antara ekspor-impor nasional, sentimen capital-outflow meningkat.
Hasilnya indeks harga
saham gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat
(AS) melemah. Namun ketika Indonesia mampu memperbaiki aspek fundamental
ekonomi seperti menjinakkan pergerakan inflasi, membuat surplus neraca
perdagangan, meningkatkan cadangan devisa, dan menjaga realisasi pertumbuhan
ekonomi pada akhir 2013, kita menyaksikan tren positif IHSG dan pergerakan
nilai tukar rupiah pada kuartal I/2014.
Artinya, meski
terguncang dalam jangka pendek, dalam jangka menengah dan panjang pasar akan
membangun sentimen positif berdasarkan tren penguatan fundamental ekonomi
nasional. Pada tahun politik seperti yang kita alami saat ini, gerak sentimen
di pasar akan membentuk pola bagaimana kita memperkuat fundamental ekonomi
nasional.
Bisa saja gerakan IHSG
dan nilai tukar dipengaruhi sesaat oleh event, tetapi saya berkeyakinan pasar
akan melihat kembali halhal yang bersifat fundamental ekonomi. Misalnya
pasca-pengumuman hasil quick-count, IHSG pada penutupan Kamis (10/04/ 13)
turun sebesar 3,16% atau 115,68 poin dan berada pada level 4.765,73. Namun
keesokan harinya IHSG menguat sejak pembukaan pasar dan ditutup menguat 1,07%
menjadi 4.816,58.
IHSG diperkirakan reli
dengan tren menguat sepanjang minggu ini dan dapat menyentuh level 4.900.
Terlepas dari sejumlah klaim capres akan membaiknya IHSG dan nilai tukar
rupiah akhirakhir ini, hal yang tidak dapat dimungkiri adalah semakin kuatnya
fundamental ekonomi Indonesia yang membuat pergerakan tren positif sejak awal
tahun 2014 di pasar keuangan.
IHSG di awal tahun
berada pada posisi 4.327,6 dan terus menguat sampai posisi penutupan Jumat
(11/04/14) pada posisi 4.816,58. Sementara nilai tukar rupiah juga mengalami
tren penguatan bila dibandingkan di awal Januari 2014. Pada awal tahun rupiah
diperdagangkan antara kisaran 12.150–12.225 per dolar AS dan pada penutupan
Jumat (11/4) nilai tukar rupiah pada posisi 11.414 per dolar AS.
Bank Indonesia
mencatat cadangan devisa di akhir Maret 2014 mencapai USD102,6 miliar atau
setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri. Neraca
perdagangan juga mencatatkan surplus pada periode Februari 2014 sebesar
USD785 juta. Sementara itu, BPS mencatat inflasi periode Maret 2014 sebesar
0,08% (month to month/mtm) atau
7,32% (year on year), turun dari inflasi Februari 2014 yang sebesar 0,26%
(mtm) atau 7,75% (yoy).
Bahkan inflasi periode
Maret 2014 ini juga lebih rendah dari rata-rata inflasi dalam 6 tahun
terakhir. Membaiknya sejumlah indikator makroekonomi merupakan sinyal kuat
bagi munculnya sentimen positif pelaku usaha bagi perekonomian nasional. Tren
penguatan fundamental ekonomi dan sentimen para pelaku pasar ke perekonomian
Indonesia sejak awal 2014 diakibatkan serangkaian kebijakan yang telah
ditempuh sebagai policy responses
sepanjang semester- II 2013.
Dua paket kebijakan
untuk mengendalikan inflasi, memperbaiki posisi neraca transaksi perdagangan
dan pembayaran, penguatan daya beli masyarakat, penguatan cadangan devisa,
dan mendorong investasi serta hilirisasi semakin memperkuat fundamental
ekonomi nasional. Kondisi ini membuat pasar domestik tetap atraktif untuk
berinvestasi.
Sepanjang kuartal
I/2014 (Januari–Maret), BI memperkirakan kredit di Indonesia akan tumbuh
sebesar 20%. Meskipun pertumbuhan kredit di periode ini sedikit lebih rendah
dibandingkan periode yang sama tahun lalu, pertumbuhan ini masih sangat
tinggi di tengah upaya stabilisasi yang dilakukan.
Gabungan antara
terjaganya daya beli masyarakat, kebijakan industrialisasi dan hilirisasi,
serta terjaganya stabilitas keamanan dan politik membuat dunia usaha di
Indonesia terus bergerak. Sejumlah sektor ekonomi diperkirakan terus tumbuh
positif sepanjang kuartal I/2014 seperti industri pengolahan, transportasi
dan telekomunikasi, pariwisata, ritel, properti dan pertanian.
Sentimen positif para
pelaku usaha terhadap perekonomian nasional akan semakin tinggi setelah
lancarnya pelaksanaan Pemilu Legislatif 2014. Tertibnya masa persiapan,
kampanye, masa tenang, pencoblosan, perhitungan quickcount dan penyelesaian
konflik perhitungan semakin menunjukkan kematangan bangsa Indonesia dalam
berdemokrasi.
Semua pihak yang
terlibat di dalamnya baik pemerintah, KPU, Bawaslu, DKPP, partai politik,
para caleg, TNI, Polri, masyarakat maupun media bersamasama mampu menjaga
iklim politik yang kondusif, teduh, dan aman. Hal ini akan semakin memperkuat
fundamental ekonomi nasional.
Saya melihat tren
penguatan fundamental ekonomi masih akan terus berlanjut seiring dengan terus
dilakukannya kebijakan macroprudential dengan tetap menjaga bergeraknya dunia
usaha di dalam negeri.
Keseriusan upaya
mengelola perekonomian nasional baik yang dilakukan pemerintah, BI, OJK dan
LPS menjadi dasar munculnya sentimen positif pelaku bisnis, utamanya di pasar
keuangan nasional sehingga kita masih melihat tren pergerakan IHSG dan nilai
tukar rupiah dengan kecenderungan menguat. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar