Optimis
Mengerjakan UN
Siti Muyassarotul Hafidzoh, Peneliti Pendidikan pada Program Pascasarjana
Universitas
Negeri Yogyakarta
SUMBER : REPUBLIKA, 14 April 2012
Pada
16-19 April 2012, ujian nasional (UN) dilaksana kan untuk tingkat SMA/ MA dan
SMK. Adapun UN susulan akan dilak sanakan pada 23-26 April (SMA) dan 23-25
April untuk SMK. Sedangkan, jenjang SMP/MTs dan SMPLB, UN dilaksanakan pada
23-26 April 2012 dan UN susulan akan berlangsung pada 30-4 Mei 2012. Adapun UN
untuk jenjang SD/MI/SDLB akan digelar pada 7-9 Mei 2012 dan UN susulan akan
dilaksanakan pada 14-16 Mei 2012.
Dalam
mengerjakan soal UN, seorang siswa tentu akan mengalami kondisi psikologi dan
suasana yang bermacam-macam. Bisa cemas, tegang, optimis, riang, gembira, dan
susah. Perasaan ini jelas sekali terlihat dari wajah siswa menjelang UN karena
proses UN sekarang berbeda dengan sebelumnya, yakni terkait kriteria lulusan,
ketiadaan ujian ulangan, ketiadaan tim pengawas independen, dan jumlah paket
soal.
Semua
perasaan yang umum terjadi adalah perasaan tegang, cemas, dan susah. Perasaan
ini bukan saja menghinggap dalam diri siswa, melainkan terjadi dalam sekolah,
guru, dan orang tua siswa. Ketentuan pemerintah yang selalu berubah menjadikan
pihak sekolah dan guru kebingungan mencari strategi jitu bagi siswanya dalam
meraih hasil maksimal dalam UN. Orang tua kebingungan dan khawatir bila anaknya
tak lulus UN. Pendek kata, perasaan bercampur aduk, mulai siswa, sekolah, guru,
dan orang tua murid.
Di
tengah kondisi demikian inilah, mengerjakan UN bukan saja dengan strategi
serius dalam mengkaji setiap mata pelajaran dengan detail, melainkan harus
membekali siswa dan seluruh elemen pendidikan dengan sikap optimis. Optimisme
siswa akan menjadikan siswa siap “bertempur“ menghadapi soal-soal sesulit apa
pun. Semangat siswa ini menjadi modal utama bagi mereka sehingga tidak grogi
dan gagap ketika menghadapi soal UN. Bukan saja para siswa, guru, lingkungan
sekolah, orang tua, dan masyarakat juga mesti memiliki kesamaan optimisme
sehingga membentuk lingkungan yang mendukung bagi siswa untuk siap sedia
menghadapi segala persoalan.
Dalam
membentuk kepercayaan diri ini, patut disimak firman Allah dalam menggugah
optimisme kita. “Janganlah kamu bersikap lemah (pesimis), dan janganlah (pula)
kamu bersedih hati, padahal kamu adalah orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang -orang yang beriman.“ (QS Ali Imran: 139).
Rasa
optimis haruslah mengalahkan pesimis yang bisa jadi menyelinap dalam hati.
Untuk itulah jika ingin hidup sukses, kita harus bisa membangun rasa optimis
dalam diri. Optimisme inilah yang menjadikan Rasulullah SAW beserta sahabat
mampu memenangi peperangan yang tercatat dalam sejarah dunia mulai dari perang
Badar hingga peperangan pada masa kekhalifan Islam sampai berabad-abad lamanya.
Optimisme
ialah salah satu kunci dalam setiap kesuksesan dan kemenangan. Dalam berbagai
medan peperangan, pasukan Muslim senantiasa kalah dalam hal kekuatan, seperti
jumlah tentara, fasilitas persenjataan, ataupun medis.
Tetapi,
sejarah mencatat hampir di setiap peperangan selalu saja pasukan Muslim meraih
kemenangan. Jumlah pasukan yang sedikit sepertinya bukan menjadi penghalang
bagi para mujahid dalam menaklukkan tentara tentara lawan. Sebut saja Perang
Badar, Uhud, penaklukan Konstantinopel, Yerusalem, dan semua bukti sejarah akan
kejayaan mujahid Islam dengan kemampuan yang jauh lebih kecil mampu mengalahkan
kekuatan perang yang luar biasa besar.
Kunci ajaran inilah yang harus kita ambil semangatnya untuk meraih sukses menghadapi UN sekarang ini.
Kunci ajaran inilah yang harus kita ambil semangatnya untuk meraih sukses menghadapi UN sekarang ini.
Dalam
konteks ini, Allah juga berfirman, “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh
(mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang
berbuat baik.“ (QS al-Ankabut: 69).
Ayat
ini membuat semangat kita makin menyala untuk bersungguh-sungguh. Karena Allah
pasti akan memberikan jalan lapang kalau kita teguh dengan prinsip. Menaklukkan
tantangan pastilah harus dengan menaklukkan diri sendiri. Jangan sampai terlena
dengan optimisme menaklukkan sesuatu, sementara kita lalai menaklukkan diri
sendiri. Kalau kita bisa makrifat (mengetahui sejatinya) diri kita, pasti kita
akan menemukan jalan kesuksesan.
Dalam
konteks ini, seorang filsuf Athena, Aristoteles, mengatakan, “Saya menganggap
orang yang bisa mengatasi keinginannya lebih berani daripada orang yang bisa
menaklukkan musuhnya; karena kemenangan yang paling sulit diraih adalah
kemenangan atas diri sendiri.“
Semangat,
optimisme, dan keyakinan tersebut di atas menjadi fondasi sangat penting bagi
siswa dan elemen pendidikan untuk mengerjakan UN. Setiap persoalan pasti ada
solusi. Orang-orang yang optimis, dan yakin akan menemukan solusi persoalan
yang dihadapi.
Walaupun
UN kali ini berbeda dengan UN sebelumnya, itu bukanlah hal yang rumit bagi
mereka yang optimis. Solusi pasti akan ditemukan di tengah berjalannya waktu
seseorang dalam berusaha. Hasil apa pun yang didapatkan, bagi kaum optimis, tak
akan membuat hidup menjadi jatuh dan sia-sia. Semua akan diterima sebagai pelecut
semangat menggapai kesuksesan yang lebih di kemudian waktu. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar