Selasa, 24 April 2012

Selamat Jalan Prof Wid!


Selamat Jalan Prof Wid!
Denny Indrayana, Wakil Menteri Hukum dan HAM, Guru Besar Hukum Tata Negara UGM
SUMBER : SINDO, 24 April 2012



Sabtu, 21 April 2012, pukul 11.31 WIB mulai masuk pesan di BBM grup wakil menteri kabar bahwa Pak Wid kritis dalam pendakian di Gunung Tambora.
Semua wakil menteri mengirimkan doa agar kondisinya segera membaik. Ketika akhirnya datang kabar duka Pak Wid telah wafat, tak terkira kesedihan di hati kami semua. Kesedihan yang saya yakin juga dirasakan banyak kalangan di Tanah Air. Mengalirnya ucapan dukacita dari berbagai kalangan menandakan bagaimana kita semua kehilangan dan akhirnya merindukan sosok bersahaja seperti Pak Wid. Saya baru mengenal Pak Wid dan sangat terkesan dengan kebersahajaannya.

Pertama kali bertemu beliau adalah ketika saya bersama-sama menanti di ruang tunggu Kantor Presiden, Istana Negara. Tengah hari itu, Minggu 16 Oktober 2011, saya bertiga dengan Pak Wid dan Prof Nazaruddin Umar memang dipanggil Presiden SBY. Mengenakan batik lengan panjang bermotif warna merah, Pak Wid tampil apa adanya dengan potongan rambut gondrongnya. Sambil menunggu, kami sempat berbincang dengan Menko Perekonomian Hatta Rajasa dan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.

Wah, ini tiga calon wakil menteri profesor semua,” kata Pak Hatta tersenyum sambil mengatakan keyakinan beliau akan kemampuan dan keilmuan Pak Wid, yang segera diamini oleh Pak Purnomo. Ketiganya kelihatan sudah saling mengenal cukup lama, suatu hal yang tidak aneh karena ketiganya adalah alumni ITB. Ketika akhirnya menghadap Presiden, di dalam kantor sudah pula hadir Wakil Presiden Boediono. Presiden SBY menyampaikan keputusan beliau untuk mengangkat kami bertiga sebagai wakil menteri. Presiden menegaskan posisi wakil menteri penting dan merupakan satu keutuhan dengan menteri.

Menteri dan wakil menteri adalah dwi-tunggal,” kata Presiden. Lalu Presiden memberikan arahan umum kepada kami bertiga. Kepada Prof Nazaruddin, Presiden mengapresiasi cara pandang Pak Nazar yang terbuka dalam prinsip beragama dan keberagaman. Presiden menitipkan pesan agar toleransi kehidupan beragama terus dijaga dan diperjuangkan. Kepada Wamen ESDM, Presiden menekankan pentingnya menjaga ketahanan energi (energy security). Beliau menegaskan perlunya kesuksesan pengadaan energi listrik, minyak dan gas, panas bumi, serta energi terbarukan yang lain.

Presiden juga menegaskan perlunya kerja sama dengan pemerintah daerah dan dunia internasional dalam energi tersebut. Khusus kerja sama internasional, Presiden memberi arahan perlunya renegosiasi kontrak karya agar lebih sejalan dengan amanat konstitusi yaitu pemanfaatan energi untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Setelah menyampaikan arahannya, kami bertiga satu persatu diminta pandangannya. Prof Nazar, Prof Wid, dan saya sama-sama menyampaikan terima kasih atas kepercayaan dan kehormatan yang diberikan.

Kami bertiga menyatakan kesediaan untuk menjalankan tugas selaku wakil menteri. Sebelum pertemuan berakhir, sambil menyalami Presiden, Pak Wid memberikan beberapa buku karangan beliau kepada Presiden dan berkata, “Pak, ini beberapa buku karangan saya terkait energi. Mohon perkenan Bapak Presiden untuk menerimanya.” Presiden SBY yang memang gemar membaca tentu saja menerima pemberian tersebut dengan sukacita, sambil mengucapkan terima kasih.

Pada 19 Oktober, setelah pelantikan menteri dan wakil menteri yang baru, Presiden SBY menegaskan pesan terkait kerja sama internasional tersebut kepada jajaran ESDM, “Isu khusus lainnya yang sering menjadi perhatian publik adalah kontrak kerja sama antara Indonesia dan dunia usaha asing, perusahaan-perusahaan asing. Kontrak itu umumnya dibuat puluhan tahun yang lalu. Secara internasional, memang etikanya, semua bangsa mesti menghormati kontrak.Tetapi, saya berpendapat, jika kontrak itu sangat tidak adil dan keterlaluan, kita mesti bicara baik-baik, tidak harus serta-merta membatalkan, bicara baik-baik untuk kemungkinan dibikin lebih adil dan lebih tepat.

Saya mendapatkan laporan, sejumlah perusahaan asing bersedia untuk berbicara baik-baik. Karena itu, para menteri terkait segera tindak lanjuti, lakukan pembicaraan baik-baik itu, terutama apalagi yang menyangkut perpanjangan kontrak.Harus adil dan memberikan benefit yang jauh lebih tinggi untuk bangsa dan rakyat Indonesia
.” Selama enam bulan, sejak dilantik 19 Oktober 2011 hingga wafat 21 April 2012, pesan Presiden itulah yang benar-benar dijalankan Pak Wid. Dalam rentang waktu yang singkat tersebut, ruang publik kita dipenuhi oleh kiprah aktif Pak Wid.

Terlebih dalam kebijakan energi, berbagai pernyataan publik Pak Wid, dengan argumen yang solid dan bernas, selalu menghiasi media massa Tanah Air. Dengan tampilan nyentriknya yang apa adanya, Pak Wid menjadi garda depan menjelaskan alasan pemerintah menaikkan harga BBM. Meskipun mendapatkan serangan dari banyak penjuru, Pak Wid tidak terlihat gentar menyuarakan kebijakan yang tidak populis tersebut. Latar belakangnya selaku akademisi terlihat kental, argumennya kokoh tanpa kepentingan transaksional sedikit pun.

Selain pekerja keras, penuh dedikasi, cerdas, Pak Wid juga tokoh yang jujur. Saya yakin setelah kepergiannya makin banyak cerita inspiratif atas ketokohan beliau. Salah satunya keluhuran budi pekerti dan kejujurannya. Kemarin, ketika melayat di rumah duka, saya mendapat salah satu cerita keteguhan integritas Pak Wid. Seorang rekan menceritakan beliau menyarankan Pak Wid untuk mempunyai baju dinas yang lebih pantas dipakai. Rekan tersebut kemudian menjahitkan empat stel pakaian yang sangat layak. Namun, Pak Wid dengan halus menolaknya.

Ketika dipaksa agar tetap menerimanya karena pemberian itu tidak ada maksud apa-apa, dan mereka pun sudah lama berteman, Pak Wid akhirnya dengan terpaksa menerima dua pakaian yang sudah telanjur dijahitkan tersebut. Sang rekan itu berkata, “Itulah Pak Wid. Orangnya sangat sederhana, dan menjunjung tinggi kejujuran. Bahkan untuk masalah baju dari saya, sahabatnya sekalipun, dia masih juga menawar untuk tidak menerima. Setelah dipaksa-paksa, dari empat yang sudah dijahitkan, akhirnya hanya dua yang mau diterima. Orangnya sangat lurus, jujur, dan tegas.”

Saya terakhir bertemu Pak Wid ketika sama-sama mengawal proses persetujuan RUU Perubahan APBN 2012. Hari itu, 30 Maret siang hingga 31 Maret dini hari, kami sama-sama mengikuti sidang paripurna DPR. Pak Wid yang terlihat lelah, karena telah maraton mengawal proses tersebut, tetap bersemangat mengikuti seluruh tahapan dari awal hingga akhir. Sekali-kali sempat terlihat Pak Wid duduk sambil tertidur, ketika kami menunggu proses panjang lobi antarfraksi di DPR. Baru menjelang dini hari, perdebatan panjang DPR tentang aturan Pasal 7 ayat (6) dan Pasal 7 ayat (6A) UU APBN 2012 berakhir.

Keesokannya, siang dan malam harinya, Pak Wid sudah kembali giat di berbagai media menjelaskan posisi pemerintah atas hasil sidang paripurna DPR tersebut. Sangat jelas Pak Wid adalah sosok yang hingga akhir hayatnya tak pernah berhenti berjuang untuk Indonesia yang lebih baik. Selamat jalan Prof Wid. Kami akan lanjutkan perjuanganmu. Doa and do the best. Keep on fighting for the better Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar