Minggu, 14 September 2014

Mengoptimalkan Biogas Pengganti BBM

Mengoptimalkan Biogas Pengganti BBM

Mochammad Sayyidatthorin  ;   Mahasiswa Peraih Beasiswa Bidikmisi
IAIN Walisongo Semarang
HALUAN, 13 September 2014

                                                                                                                       
                                                      

Saat ini, polemik Bahan Bakar Mi­nyak (BBM) kembali melanda Indonesia. Ironisnya, polemik itu seolah-olah menjadi momentum tahunan dan tradisi di Indo­nesia. Sehingga, tiap kali muncul isu krisis BBM rakyat menjadi panik dan cemas, bagaikan mimpi buruk (night­mare). Lantas diikuti masya­rakat yang berlomba-lomba menaikkan harga bahan kebu­tuhan sehari-hari karena khawatir produknya akan bangkrut.

Maka, itu semakin membebani rakyat terutama bagi kalangan menengah ke bawah. Salah satu penyebab utamanya adalah antara ka­pasitas produksi BBM (sup­ply) dan tingkat konsumsi ma­sya­rakat (demand) berban­ding ter­balik, sehingga terjadi keti­dakseimbangan (unbalance con­dition). Akibatnya, krisis BBM me­landa negeri ini. Di tambah lagi harga minyak dunia semakin mahal, yaitu mencapai 120 dollar/barrel. Maka, biaya hidup pun menjadi mahal.

Fenomena mengerikan itu terjadi karena bangsa Indonesia hanya bisa menyediakan minyak dan belum mampu mengolahnya sendiri. Akhirnya, Indonesia masih mengandalkan produk BBM impor luar negeri, meskipun awalnya minyak itu berasal dari Indonesia. Masa­lahnya adalah karena harga minyak di Indonesia cukup murah, lalu menjualnya ke luar untuk diproses menjadi produk siap guna, dan Indonesia harus membayar mahal untuk mem­pe­rolehnya kembali. Bila itu terjadi hanya sekali atau dua kali, maka tidak menjadi masalah.

Namun, karena itu terjadi terus-menerus di negeri ini, maka Negara ini sebenarnya sungguh dirugikan dan itu yang menjadi masalah besar bagi bangsa ini. Implikasiya, yang paling sengsara adalah rakyat menengah ke bawah. Sebab, mereka harus meme­nuhi kebutuhan sehari-hari dengan kemampuan finansial pas-pasan, atau bahkan kurang. Maka, ini menjadi Pekerjaan Rumah (PR) besar yang bersifat harus segera ditun­taskan oleh semua pihak, terutama peme­rintah baru nanti. Apabila ini dibiar­kan dan pemerintah tidak segera bertindak mencari solusi,  maka tak heran jikalau nanti­nya rakyat miskin, PHK, dan pe­ngang­guran akan ma­rak dan meningkat sehingga menyebab­kan banyaknya keru­suhan dan krimina­litas di mana-mana.

Untuk itu, penulis mere­komendasikan biogas dijadikan sebagai alter­natif pengganti BBM. Mengapa biogas? Karena BBM termasuk energi unre­newable(tidak dapat diperbarui), maka kita harus mencari solusinya dengan mencari energi renewable (dapat diper­barui). Salah satunya adalah biogas. 

Teknologi biogas adalah tek­nologi yang meman­faatkan proses fer­mentasi (pem­busu­kan) dari sampah organik secara an­aerobik (tanpa udara) oleh bakteri methan sehingga men­hasil­kan gas methan. Gas methan adalah gas yang mengandung satu atom C dan 4 atom H yang me­mi­liki sifat mudah ter­­bakar. Gas me­than yang dihasilkan dapat dibakar sehing­ga menjadi energi panas.

Sebenarnya warga China, Mesir, Ro­mawi kuno telah menggunakan biogas untuk menghasilkan energi panas. Selanjutnya, pada tahun 1776 Alessandro Volta menjadi orang pertama kali yang telah menemukan biogas bisa meng­hasilkan gas methan melalui proses fermentasi, sehingga bisa digunakan untuk bahan pem­bakar. Pada tahun 1806, Willam Henry menjadi orang pertama yang mengidentifikasi energi itu mengandung gas methan. Lalu, pada tahun 1868, Becham yang merupakan murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882) menjadi orang pertama yang memperlihatkan asal mikrobiologis dari pem­bentukan methan.

Pada hakikatnya, alasan utama penulis mere­komen­dasikan biogas sebagai energi alternatif pengganti BBM yaitu karena ketersediaan bahan energi biogas tergolong lebih banyak dan melimpah dari pada BBM, sehingga bisa digunakan dalam jangka panjang. Aspek ini menjadi masalah paling urgen dalam menentukan suatu energi yang akan dijadikan sebagai alternatif pengganti BBM. Syarat mut­laknya adalah stok melimpah, mudah dipe­roleh, dan “aman” (Lusiano: 1896).

Logikanya adalah apabila persediaan bahan energi yang akan dijadikan sebagai penggan­ti BBM terbatas, bahkan sulit diperoleh atau dijangkau, maka itu sama saja menegakkan tali yang basah alias sia-sia. Sebab, tujuan utama mencari energi pengganti BBM adalah seki­ranya bersifat futuristik. Artinya bisa bertahan lama. Untuk bisa bertahan lama, maka harus dipastikan bahwa persediaan melimpah. Paling tidak bisa digunakan hingga setengah abad, atau bahkan seabad lebih. Jika demikian, itu namanya baru energi yang layak menjadi pengganti BBM.

Selain itu, dengan meng­optimalkan bio­gas sebagai bahan bakar memiliki ba­nyak manfaat diban­dingkan jika menggu­nakan BBM. Pertama, mengurangi pemanasan global. Karena biogas tidak mengan­dung S dan CO2 seba­gaimana BBM, maka biogas bersama dengan tumbuh-tumbuhan hijau akan mengu­rangi efek pemanasan global dari pada penggunaan BBM yang banyak menghasilkan S dan CO2 ketika setelah mele­wati proses pembakaran. Se­hingga, bisa mengurangi udara kotor akibat pembakaran fosil.

Kedua, mengurangi me­nyebabkan pen­ce­maran ling­kungan. Sebab, bahan biogas berasal dari feses manusia dan hewan, serta sisa-sisa sam­pah organik yang diolah melalui proses fermentasi. Dengan begitu, maka ke­bersihan lingkungan akan terjaga dan pencemaran ling­kungan akibat sam­pah-sampah itu akan terkurangi. Kandang hewan ternak pun akan menjadi bersih, aman dari polusi udara, dan sehat. Karena suatu p­e­nyakit hanya akan datang ke tempat-tempat yang kotor dan jorok.

Ketiga, memiliki daya bakar lebih baik dan berkualitas dari pada BBM atau kayu bakar, karena apinya berwarna biru serta tidak berjelaga. Maka, dengan begitu, proses memasak akan menjadi lebih cepat, hemat, dan sehat.

Keempat, aman. Maksud­nya adalah biogas tidak akan meledak, sehingga tidak mem­bahayakan keselematan peng­guna. Itu karena tekanan biogas rendah, yaitu 1,001 atm. Ditambah biogas bisa diguna­kan di berbaagai tempat, baik di dataran rendah, tinggi, maupun pegunungan. Sehingga setiap orang bisa menda­patkannya asalkan tersedia bahan dan alat pemrosesnya.

Maka dari itu,  pemerintah maupun rakyat harus bersi­nergi dalam rangka melakukan penghematan BBM. Sebab, BBM merupakan jenis energi dari fosil yang bersifat tidak dapat diperbarui (unenewable). Lagipula, kita juga belum mendapatkan bahan altarnatif pengganti BBM secara pasti. Ditambah, BBM merupakan kucni utama penentu kese­jahteraan rakyat. Sebab, seluruh aspek kehidupan ber­gantung pada BBM. Apabila BBM naik dan kita belum menda­pat­kan penggantinya, maka hidup rakyat terutama kalangan menengah ke bawah akan menjadi berat karena mahalnya biaya hidup. Salah satu cara penghematan itu adalah dengan cara meng­optimalkan biogas supaya bisa menjadi bahan alternatif pengganti BBM. Sebab, dalam jangka pendek persediaan BBM akan habis. Maka, mau tidak mau kita harus segera mencari penggantinya. Dan biogas sangat tepat untuk dijadikan penggantinya.

Semoga, biogas bisa menjadi energi alternatif pengganti BBM di Indonesia sehingga meng­hilangkan kecemasan, kepa­nikan, dan kekhawatiran rakyat dan kesejahteraan rakyat terwujud. Wallahu a’lam bi al showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar