Bank Dunia,
Siapa Punya?
Joseph E Stiglitz, Guru Besar di Columbia University,
Peraih Hadiah Nobel Ekonomi, Pengarang Buku Freefall: Free Markets and The Sinking of The Global Economy
SUMBER : KORAN TEMPO, 09 April 2012
Dicalonkannya Jim Yong Kim sebagai Presiden
Bank Dunia oleh Presiden Amerika Serikat Barack Obama disambut baik--dan memang
seharusnya demikian, terutama dengan adanya nama-nama lain yang disebut-sebut
juga sebagai calon. Dalam diri Kim, seorang guru besar kesehatan masyarakat
yang sekarang menjabat Rektor Dartmouth University dan sebelumnya memimpin
departemen HIV/AIDS pada Organisasi Kesehatan Dunia, Amerika telah mengajukan seorang
calon yang kuat.
Tapi kebangsaan calon dan negara yang mencalonkannya--baik
yang kecil dan miskin maupun yang besar dan kaya-–seharusnya tidak berperan
dalam menentukan siapa yang akan memegang jabatan itu.
Kesebelas orang direktur eksekutif Bank Dunia
yang mewakili negara-negara berkembang dan negara-negara emerging market
telah mengajukan dua calon yang tidak kurang kuatnya, yaitu Ngozi Okonjo-Iweala
dari Nigeria dan Jose Antonio Ocampo dari Kolombia. Saya telah bekerja sama
yang erat dengan kedua calon ini. Keduanya kelas satu, pernah menjabat menteri
dengan berbagai portofolio, menunjukkan kinerja yang pantas dikagumi dalam
posisi-posisi puncak di lembaga-lembaga multilateral, dan memiliki keterampilan
diplomasi serta kecakapan profesional untuk jabatan yang diperebutkan itu.
Mereka memahami seluk-beluk keuangan dan ekonomi, yang merupakan inti tugas
Bank Dunia, serta memiliki jaringan koneksi yang bakal meningkatkan efektivitas
tugas Bunk Dunia.
Okonjo-Iweala memiliki pengetahuan mengenai
Bank Dunia sebagai seorang insider, sedangkan Ocampo, seperti Kim,
memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai seorang outsider. Ocampo, guru
besar yang dikagumi di Columbia University, sangat akrab dengan Bank Dunia. Ia
sebelumnya menjabat bukan hanya menteri ekonomi dan keuangan, tapi juga
pertanian-–suatu kualifikasi yang sangat penting, mengingat sebagian besar
rakyat miskin di negara-negara berkembang bergantung pada pertanian. Ia juga
memiliki kredensial yang mengesankan mengenai lingkungan, dan menangani suatu
kepedulian sentral lainnya dari Bank Dunia.
Baik Okonjo-Iweala maupun Ocampo memahami
peran lembaga-lembaga keuangan internasional dalam menyediakan kebutuhan global
akan public goods. Sepanjang karier mereka, hati dan pikiran mereka
tercurah pada pembangunan, dan pada pencapaian misi Bank Dunia untuk
mengentaskan masyarakat miskin. Mereka telah meletakkan perintang yang tinggi
bagi setiap calon yang diajukan Amerika.
Banyak hal yang dipertaruhkan. Hampir 2
miliar orang masih hidup dalam kemiskinan di negara-negara berkembang,
sedangkan Bank Dunia tidak mampu memecahkan masalah ini sendirian, tapi ia
memainkan peran utama. Walaupun dinamakan demikian, Bank Dunia terutama
merupakan lembaga pembangunan internasional. Spesialisasi Kim di bidang
kesehatan masyarakat sangat penting, dan sejak dulu Bank Dunia sudah mendukung
prakarsa yang inovatif di bidang ini. Tapi kesehatan masyarakat cuma merupakan
bagian kecil dari “portofolio” Bank
Dunia, dan ia khasnya bekerja di bidang ini bersama mitra yang membawakan
kepakaran di bidang kedokteran.
Ada rumor yang mengatakan Amerika kemungkinan
besar akan ngotot mempertahankan proses seleksi yang tidak wajar ini,
dengan ia yang menentukan siapa yang akan menjabat Presiden Bank Dunia
semata-mata karena, dalam tahun pemilihan presiden di Amerika sekarang ini,
pesaing-pesaing Obama akan membesar-besarkan hilangnya kendali Amerika atas
Bank Dunia sebagai tanda kelemahan. Dan, bagi Amerika, dipertahankannya kendali
pemilihan Presiden Bank Dunia itu lebih penting daripada direbutnya kendali itu
oleh negara-negara berkembang.
Sesungguhnya negara–negara emerging market
yang lebih kuat di antara mereka sadar bagaimana hidup dalam sistem yang ada
sekarang, dan mereka mungkin akan memanfaatkan kenyataan ini. Mereka sebenarnya
akan memperoleh IOU, surat pengakuan utang, yang bisa mereka uangkan untuk
sesuatu yang lebih penting. Kenyataan politik pada saat ini tidak memungkinkan
terjadinya perebutan kepemimpinan Bank Dunia. Amerika pada akhirnya akan tetap
menguasai Bank Dunia, tapi dengan harga seberapa besar?
Andai kata Amerika ngotot
mengendalikan proses seleksi, maka Bank Dunia itu sendiri yang akan menderita.
Selama bertahun-tahun efektivitas kerja Bank Dunia telah diperlemah, karena ia
dianggap sebagai alat pemerintah di negara-negara Barat dan sektor keuangan
serta korporat di negara-negara tersebut. Ironisnya, bahkan kepentingan jangka
panjang Amerika bakal diuntungkan dengan komitmen-–bukan cuma dalam ucapan,
tapi dalam perbuatan-–pada merit system, kualifikasi, dan kinerja serta
tata kelola yang baik.
Satu prestasi yang katanya dicapai G-20
adalah kesepakatan mereformasi tata kelola lembaga-lembaga keuangan
internasional-–yang paling penting terutama bagaimana pemimpin lembaga-lembaga
itu dipilih. Mengingat kepakaran mengenai pembangunan terutama terdapat di
negara-negara berkembang dan emerging market–-bukankah merekalah yang
menghayati pembangunan-–maka tampaknya wajar kalau Presiden Bank Dunia datang
dari negara-negara itu. Mempertahankan suatu cabal, kelompok rahasia di
antara negara-negara maju, dengan ditetapkan bahwa yang memilih Presiden Bank
Dunia adalah Amerika dan yang memilih ketua Dana Moneter Internasional (IMF)
adalah Eropa, tampaknya sangat anakronistik dan membingungkan pada saat ini
ketika Bank Dunia dan IMF sudah berpaling ke negara-negara emerging market
sebagai sumber dana.
Sementara itu, Amerika, masyarakat
internasional, dan Bank Dunia sendiri berkali-kali menekankan pentingnya tata
kelola yang baik, suatu prosedur seleksi yang de facto meletakkan
penunjukan Presiden Bank Dunia di tangan Presiden Amerika merupakan penghinaan
terhadap pentingnya tata kelola yang baik itu. Okonjo-Iweala mengemukakan hal
ini dengan kuat dalam sebuah wawancara dengan The Financial Times: yang
dipertaruhkan ini adalah persoalan kemunafikan. Integritas negara-negara
industri maju yang memiliki mayoritas suara di Bank Dunia sekarang sedang
diuji. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar