Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) yang berulang tahun hari ini merupakan organisasi kemahasiswaan yang
telah melahirkan banyak politisi.Dibandingkan dengan organisasi-organisasi
sosial kemasyarakatan yang lain, bisa dipastikan bahwa HMI-lah yang paling
banyak berkontribusi dalam menyediakan kader politisi.
Namun, ini
bukan berarti bahwa jumlah kader HMI yang kemudian menjalani karier sebagai
politisi paling banyak. Dalam lini-lini kehidupan selain politik, sangat
mudah ditemukan kader-kader HMI,terutama dalam birokrasi kampus, birokrasi
pemerintahan, pengurus ormas, aktivis LSM, wirausaha,bahkan militer. Karena
jumlah kader politisi yang sangat banyak, alumni HMI berdiaspora ke seluruh
partai politik yang ada di Indonesia.
Perbedaan
pilihan dalam melakukan afiliasi politik bagi kalangan kader HMI sudah
dianggap sebagai sesuatu yang sangat biasa. Dalam perbedaan itu, para
alumni HMI bisa berkumpul dengan penuh kehangatan laiknya satu keluarga
yang dinamis.Sama sekali tidak ada fanatisme dan sinisme karena perbedaan
pilihan afiliasi politik. Karena itu, alumni HMI ada di semua partai
politik, baik yang berdasar formal Islam, nasionalisme, maupun yang
lainnya, kecuali yang secara jelas dan tegas menjadikan agama non-Islam
sebagai dasar formal pendirian atau ideologi.
Dalam menjalani
aktivitas politik, alumni HMI terbilang sangat menonjol dan tidak sedikit
yang menjadi pemimpin puncak partai politik, terutama di era
pasca-Reformasi. Tidak hanya di level nasional, tetapi juga di level
provinsi dan kabupaten/kota.Alumni HMI yang sangat menonjol dalam politik
biasanya karena memiliki dua keunggulan sekaligus yaitu keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetitif.
Dua keunggulan
yang ada pada kader HMI itulah yang menyebabkan HMI menjadi kawah
candradimuka— untuk tidak menyebutnya industri— politisi yang tidak pernah
kekurangan stok. Keunggulan komparatif dimiliki karena HMI merupakan
organisasi kemahasiswaan tertua dan terbesar sehingga potensi untuk
memiliki kaderkader dengan kapasitas yang lebih baik juga lebih besar.Di
antara sekian banyak kader yang terjaring oleh organisasi HMI,terdapat
bibit-bibit kader yang sangat potensial.
Mereka itulah
yang memiliki kapasitas akademik di bidang-bidang tertentu yang mereka
geluti. Secara kuantitatif, ini terbukti dengan prestasi akademik di kampus
dengan menjadi mahasiswa- mahasiswa terbaik. Mereka yang memiliki
keunggulan ini biasanya sangat mudah untuk melanjutkan karier sebagai
pengajar di perguruan tinggi, baik tempat mereka belajar atau perguruan
tinggi yang lain. Sedangkan keunggulan kompetitif dimiliki oleh kader-kader
HMI karena mereka berada pada budaya organisasi yang egaliter.
Dalam budaya
egaliter tersebut, para kader HMI bisa bersaing secara bebas untuk
menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin organisasi. Tradisi ini
menjadikan kader-kader HMI mengalami tempaan keras, terutama secara mental,
karena harus mengalami tekanan dan tantangan berat dalam menjalani proses
kompetisi.
Kebiasaan dalam
suasana persaingan ketat inilah yang membuat kaderkader HMI memiliki kesiapan
untuk menjalani dunia politik yang memang bisa dikatakan tidak pernah sepi
dari kompetisi untuk memperebutkan posisi-posisi politik yang dianggap
strategis.Tentu saja tujuan idealnya adalah agar bisa menjadikan
posisi-posisi tersebut sebagai sarana untuk mewujudkan kebaikan bersama.
Sinergi Positif
Dalam konteks
struktur kenegaraan demokratis di Indonesia saat ini, banyak alumni HMI
yang berada pada tiga poros kekuasaan (trias
politica): legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Karena jumlah mereka
yang berada dalam partai politik terbilang sangat banyak, dengan modal dua
keunggulan yang mendukung, peluang mereka terpilih dalam pemilu juga
menjadi besar.
Secara empiris,
itu tampak dalam banyaknya alumni HMI yang terpilih menjadi anggota
legislatif, baik di level nasional maupun daerah. Tidak ada fraksi yang
sama sekali nihil dari alumni HMI. Demikian juga dalam struktur eksekutif
dan yudikatif. Sejak era Orde Baru, struktur kabinet juga cukup dominan
dengan kader HMI,baik karena pertimbangan politik, profesionalisme, atau
bahkan kedua-duanya.
Keberadaan
mereka yang lintas partai dan lintas poros tersebut memungkinkan mereka
membangun jaringan.Karena itulah pernah muncul istilah “HMI connection”. Para alumni HMI tetap mampu menjalin
komunikasi yang sangat intensif. Walaupun dalam konteks-konteks tertentu
mereka terlibat konflik yang sangat sengit, tetapi dalam konteks-konteks
yang lain mereka mampu bersinergi dengan sangat baik.
Komunikasi
antaralumni HMI menjadi sarana yang sangat efektif untuk mengusung
agenda-agenda politik tertentu. Tentu saja komunikasi ini menjadi sarana
yang terbilang netral. Dengan kata lain, komunikasi ini bisa dimanfaatkan
untuk melakukan sinergi untuk menghasilkan sesuatu yang positif, tetapi tak
jarang juga komunikasi ini menghasilkan sesuatu yang negatif dan berakibat
destruktif. Tidak sedikit alumni HMI yang berurusan dengan aparat penegak
hukum karena diduga dan ada juga yang telah divonis hukuman akibat
melakukan tindakan penyelewengan kekuasaan.
Namun, menilai
bahwa mayoritas alumni HMI adalah amoral juga tidak fair karena terlalu
banyak alumni HMI yang menjalani aktivitas politik dan bertahan dengan
idealisme sebagaimana tujuan HMI yakni: “Terbinanya insan akademis,
pencipta,pengabdi,yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridai Allah SWT”.Di samping itu,
lebih banyak lagi alumni HMI yang menjalani karier di luar dunia politik.
Akhirnya HMI
sebagai kawah candradimuka yang selalu melahirkan kader politisi sangatlah
penting. Politiklah yang bisa memengaruhi secara dominan perubahan negara
dan masyarakat. Jika politik diisi oleh orang-orang yang baik, negara dan
masyarakat akan baik. Namun, jika didominasi oleh mereka yang jahat, negara
dan masyarakat juga akan rusak.
Karena itu, HMI
memiliki tanggung jawab besar untuk melakukan kaderisasi yang bisa
melahirkan politisi yang baik agar diaspora politik alumni HMI menghasilkan
sinergi dalam membangun dan mengembangkan idealitas sebagai kader umat dan
bangsa guna mewujudkan baldatun
thayyibatun (negeri yang baik). Sinergi dengan orientasi itulah yang
akan membuat HMI senantiasa mendatangkan keberkahan sehingga tetap menjadi
harapan masyarakat Indonesia. Wallahu
a’lam bi alshawab. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar