Prospek
Politik Hanura
Ridho Imawan Hanafi ; Peneliti Masalah
Politik
dari Soegeng
Sarjadi Syndicate, Jakarta
|
|
SUARA
MERDEKA, 25 Februari 2013
KEBERGABUNGAN Hary
Tanoesoedibdjo ke dalam Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) menimbulkan
setumpuk optimisme bagi partai itu. Hary Tanoe, demikian ia biasa disebut,
disambut baik oleh tuan rumah. Wiranto mengatakan Hary ibarat darah segar
yang akan membakar adrenalin perjuangan Hanura.
Hary didaulat
menjadi ketua dewan pertimbangan partai itu. Bagaimana prospek politik
Hanura ke depan, terutama persiapan menjelang Pemilu 2014, mengingat sejauh
ini sejumlah lembaga survei kerap menyebutnya akan menempati papan
bawah.
Sebelumnya,
Hary mengemukakan sejumlah alasan mengapa bergabung ke Hanura. Antara lain
kesamaan visi dan misi, serta Hanura bukan kelompok partai koalisi
pendukung pemerintah, dan dinilai bersih. Selain itu, keterjagaan soliditas
dan kekompakan, yang bisa menerima seluruh bekas orang partai sebelumnya
untuk bergabung dan melebur bersama.
Terhadap
Wiranto, Hary menilai sebagai sosok yang bisa diajak diskusi dan memiliki
pengendalian diri sangat baik. ’’Chemistry-nya
cocok,’’ kata Hary.
Hanura layak
mensyukuri kehadiran bos MNC Group tersebut mengingat memiliki logistik
yang tidak kecil guna membantu mengibarkan bendera partai. Hanura dan
umumnya semua partai, tentu butuh biaya besar politik untuk kontestasi
2014. Ketika ditemui bahwa biaya politik di Hanura selama ini sebagai salah
satu kekurangan maka Hary bisa diharapkan menutup celah ini. Yang terdekat,
ia bisa memberi dukungan finansial para caleg.
Selain itu,
kekuatan media yang digenggamnya, bisa menjadi instrumen yang infiltratif
kepada publik. Potensi plus Hary seperti itu pernah dia tunjukkan saat
berada di Partai Nasdem hingga bisa menjadi satu-satunya partai baru yang
lolos sebagai peserta Pemilu 2014. Publik mendapat gambaran bagaimana dia
dan gerbongnya yang kebanyakan anak muda bekerja.
Hary juga
memanfaatkan jaringan medianya sehingga hampir tiap hari Partai Nasdem bisa
bersosialisasi, membangun persepsi positif. Hasilnya, Nasdem dalam berbagai
rilis survei menggeser posisi beberapa partai menengah.
Hary akan
membawa sejumlah mantan kader Partai Nasdem untuk bergabung dalam Hanura.
Beberapa loyalis yang sebelumnya selalu berada di belakangnya saat di
Nasdem diajak bermigrasi massal. Langkah ini tidak saja menunjukkan
keseriusannya tapi lebih jauh akan menambah kekuatan politik Hanura. Inilah
yang kemudian membuat Hanura pada Pemilu 2014 menargetkan perolehan suara
dua digit. Sebuah target yang jauh melampaui perolehan suara Hanura dalam
Pemilu 2009.
Target boleh
dipancang setinggi mungkin, optimisme bisa direntangkan sepanjang pandangan.
Namun perlu memperhatikan apakah faktor kebergabungan figur yang memiliki
modal politik tertentu bisa seketika itu melejitkan Hanura? Apakah waktu
kurang lebih setahun ke depan bisa dengan mudah menyihir publik
berbondong-bondong memilih Hanura? Apalagi sinisme publik yang kian
membuncah terhadap partai-partai saat ini yang sebagian besar mereka nilai
tak memiliki kinerja baik dan banyak kader partai tersandung berbagai kasus
hukum, terutama korupsi.
Orang Baru
Bagaimanapun
publik masih merekam memori bahwa Hary Tanoe pernah bergabung dengan
Nasdem. Tatkala ia membentuk ormas Persatuan Indonesia (Perindo), publik
menilai sisi idealisme Hary kuat. Tetapi, ketika ia pada akhirnya juga
memilih bergabung ke partai lain (Hanura) maka tidak sedikit yang menganggap
ia bisa dengan mudah pindah perahu.
Selain itu,
Hary sejauh ini masih belum berada dalam deret figur nasional yang memiliki
akar dukungan di masyarakat. Dalam politik kepartaian kita, figur masih
memegang peranan penting sebagai salah satu preferensi elektoral pemilih. Hanura memang memiliki
Wiranto yang sudah dikenal sebagai figur lama dalam pentas politik
nasional, namun daya tarik Wiranto masih belum terlalu kuat mengangkat
citra Hanura ataupun citranya sebagai capres unggulan. Hal ini bisa dilihat
dari posisi elektabilitasnya dalam berbagai hasil survei, yang belum pernah
berada di puncak. Tantangan
lain adalah keberadaan Hary di Hanura tetaplah dilihat sebagai orang baru.
Karena itu, ia memerlukan proses adaptasi dan komunikasi politik yang baik
di partai barunya.
Seandainya ia
mengabai-kan hal itu, kemungkinan yang terjadi adalah risiko kemunculan
gesekan antara kader lama dan baru yang dia bawa. Dengan kata lain,
kader-kader baru itu juga harus dapat menempatkan diri sesuai proporsi
sehingga tak sampai menggeser kader lama.
Selain itu,
upaya meningkatkan popularitas partai dengan ’’serangan udara’’ melalui
jaringan media yang dimiliki Hary perlu diimbangi oleh penguatan kerja riil
di lapangan. Pasalnya, dalam kontestasi di ruang publik, intensitas
publikasi lewat media juga menghadapi keterbatasan, terkait dengan regulasi
kampanye dan alokasi ruang yang sama bagi partai lain.
Kerja riil
seperti itu juga memerlukan strategi dan fokus isu sehingga Hanura
menemukan diferensiasi atau kekhasan program. Jika mampu melewati tantangan
itu bukan hal yang mustahil bagi Hanura untuk mendekati target. ●
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar