Dengan muka tampak lelah, Anas Urbaningrum menyampaikan
keterangan resmi kepada wartawan di kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta,
Sabtu (23/2). Mantan anggota KPU itu menyatakan mengundurkan diri sebagai
ketum Partai Demokrat, sehari setelah menyandang status tersangka dalam
kasus dugaan korupsi proyek Hambalang.
Berikut pernyataan lengkap mantan Ketum PB Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
itu:
Assalamualaikuam warrahmatullahi wabarukatuh. Terima kasih dan selamat
datang kepada rekan-rekan wartawan. Hari ini saya akan menyampaikan sikap,
pikiran dan pandangan terkait status sebagai tersangka.
Seperti diketahui bersama tanggal 22 Februari 2013 KPK sudah mengumumkan
bahwa saya dinyatakan berstatus tersangka. Atas pengumuman KPK itu, saya
menyatakan akan mengikuti proses hukum sesuai dengan ketentuan dan prosedur
yang berlaku. Karena saya masih percaya bahwa lewat proses hukum yang adil
dan obyektif dan transparan, kebenaran dan keadilan bisa saya dapatkan.
Saya garis bawahi, saya masih percaya lewat proses hukum yang adil,
obyektif, dan transparan berdasarkan kriteria-kriteria dan tata laksana
yang memenuhi standar, saya yakin kebenaran dan keadilan masih bisa
ditegakkan. Karena saya percaya negeri kita ini berdasarkan hukum dan
keadilan, bukan berdasarkan prinsip kekuasaan.
Yang kedua, saudara-saudara sekalian, lewat proses hukum yang obyektif dan
transparan itu saya akan melakukan pembelaan hukum sebaik-baiknya.
Dan lewat proses hukum itu, berdasarkan bukti-bukti dan saksi-saksi yang
kredibel, saya meyakini betul sepenuh-penuhnya bahwa saya tidak terlibat di
dalam proses pelanggaran hukum yang disebut sebagai proyek Hambalang itu.
Ini saya tegaskan karena sekali lagi, sejak awal, saya punya keyakinan yang
penuh tentang tuduhan-tuduhan yang tak berdasar itu.
Saya meyakini bahwa kebenaran dan keadilan pangkatnya lebih tinggi dari
fitnah dan rekayasa. Kebenaran dan keadilan akan muncul mengalahkan fitnah
dan rekayasa, sekuat apapun dibangun, sehebat apapun itu dibangun, serapi
apapun itu dijalankan. Itu keyakinan saya.
Saudara-saudara sekalian, saya ingin sampaikan, sejak awal saya meyakini
bahwa saya tidak akan punya status hukum di KPK. Mengapa? Karena saya yakin
KPK bekerja independen, mandiri, dan profesional. Karena saya yakin KPK
tidak bisa ditekan oleh opini dan hal-hal lain di luar opini, termasuk
tekanan dari kekuatan-kekuatan sebesar apapun itu.
Saya baru mulai berpikir saya akan punya status hukum di KPK ketika ada
semacam desakan agar KPK segera memperjelas status hukum saya. "Kalau
benar katakan benar, kalau salah katakan salah."
Ketika ada desakan seperti itu, saya baru mulai berpikir jangan-jangan,
saya menjadi yakin, saya menjadi tersangka setelah saya dipersilakan untuk
lebih fokus berkonsentrasi menghadapi masalah hukum di KPK. Ketika saya
dipersilakan untuk lebih fokus menghadapi masalah hukum di KPK berarti saya
sudah divonis punya status hukum yang dimaksud, yaitu tersangka.
Apalagi saya tahu, beberapa petinggi Partai Demokrat yakin betul, hakkul
yakin, Anas menjadi tersangka. Rangkaian ini pasti tidak bisa dipisahkan
dengan bocornya apa yang disebut sebagai sprindik (surat perintah
penyidikan). Ini satu rangkaian peristiwa yang pasti tidak bisa
dipisahkan.
Itu satu rangkaian peristiwa yang utuh. Sama sekali terkait dengan sangat erat.
Itulah faktanya, itulah rangkaian kejadiannya. Dan tidak butuh pencermatan
yang terlalu canggih untuk mengetahui rangkaian itu. Bahkan masyarakat umum
dengan mudah membaca dan mencermati itu.
Saudara-saudara sekalian, kalau mau ditarik agak jauh ke belakang
sesungguhnya ini pasti terkait dengan Kongres Partai Demokrat. Saya tidak
ingin bercerita lebih panjang. Pada waktunya saya akan bercerita lebih
panjang.
Tetapi inti dari kongres itu ibarat bayi yang lahir. Anas adalah bayi yang
lahir tidak diharapkan. Tentu rangkaiannya menjadi panjang. Dan rangkaian
itu saya rasakan, saya alami, dan menjadi rangkaian peristiwa politik dan
organisasi di Partai Demokrat. Pada titik ini, saya belum akan menyampaikan
secara rinci. Tapi ada konteks yang sangat jelas menyangkut
rangkaian-rangkaian peristiwa politik itu.
Saudara-saudara sekalian, ketika saya memutuskan terjun ke dunia politik
dan saya masuk menjadi kader Partai Demokrat, saya sadar betul bahwa
politik kadang-kadang keras dan kasar. Dalam dunia politik, tidak sulit
untuk menemukan intrik, fitnah, dan serangan-serangan. Itu saya sadari
sejak awal.
Dan karena itu, saya tahu persis konsekuensi-konsekuensinya. Maka saya
sampaikan saya tidak akan pernah mengeluh dengan keadaan ini. Saya tidak
akan pernah mengeluh tentang perkembangan situasi ini. Dan saya punya
keyakinan kuat dan semangat untuk terus menghadapinya, termasuk dengan
risiko dan konsekuensi. Itu hal yang lazim saja.
Saya anggap sebagai sebuah kelaziman, tidak ganjil, tidak aneh. Apalagi di
dalam sistem demokrasi kita yang masih muda, termasuk Partai Demokrat yang
tradisinya masih muda.
Saudara-saudara sekalian, karena saya sudah punya status hukum sebagai
tersangka, meskipun saya yakin posisi tersangka itu lebih karena faktor
nonhukum, tetapi saya punya standar etik pribadi.
Standar itu mengatakan "kalau saya punya status hukum sebagai
tersangka, maka saya akan berhenti sebagai Ketua Umum Partai
Demokrat." Ini bukan soal jabatan atau posisi, ini soal standar etik.
Standar etik pribadi saya itu, Alhamdulillah cocok dengan pakta integritas
yang diterapkan di Partai Demokrat. Saya sendiri di tempat ini, seminggu
lalu kurang lebih, sudah menandatangani pakta integritas. Dengan atau tanpa
pakta integritas pun, standar etik pribadi saya mengatakan hal seperti itu:
"Saya berhenti sebagai Ketua Umum Partai Demokrat."
Terkait dengan itu, saya ingin menyampaikan terima kasih yang tulus pada
kader-kader Partai Demokrat. Yang telah memberikan kepercayaan dan mandat
politik kepada saya untuk memimpin Partai Demokrat sebagai Ketua Umum
periode 2010-2015.
Saya mohon maaf kalau saya berhenti di awal 2013. Saya tidak merencanakan
untuk berhenti di tahun 2013. Sejauh perjalanan yang saya tempuh, saya
jalankan, saya tunaikan, sebagai ketua umum, sepenuhnya saya bersungguh-sungguh
menjalankan mandat dan amanat politik partai itu.
Tentu ada kelebihan dan kekurangannya. Tentu ada capaian prestasi dan masih
ada bolong-bolongnya, ada lubang-lubangnya. Tapi saya menegaskan semua itu
saya jalani dengan sungguh-sungguh, serius, penuh konsentrasi karena itu
bagian dari panggilan jiwa politik saya.
Alhamdulillah saya bersyukur di dalam proses menunaikan tugas kurang lebih
hampir tiga tahun, dua setengah tahun lebih, semuanya saya jalankan dengan
penuh kesungguhan dna konsentrasi.
Terimakasih pada kader-kader Demokrat yang selama ini sama-sama menjalankan
dan menunaikan tugas sesuai dengan kewenangan, otoritas, dan tugas
masing-masing. Pengurus Dewan Pimpinan Pusat, pengurus DPD, DPC,
kader-kader di seluruh Indonesia, Dewan Pembina, Majelis Tinggi, Komisi
Pengawas, saya sampaikan terimakasih yang selama ini bersama-sama
menjalankan tugas.
Meskipun saya sudah berhenti menjadi Ketua Umum, saya akan tetap menjadi
sahabat bagi kader-kader Partai Demokrat. Saya ketika melepas tentu tidak
punya kewenangan organisatoris karena saya sudah lepas. Tetapi saya
menjaminkan satu hal, yaitu ketulusan persahabatan dan persaudaraan.
Saya jamin ketulusan itu kepada kader-kader Partai Demokrat di seluruh
Indonesia, apapun nanti tugas langkah yang akan saya tempuh, termasuk saya
ada di dalam atau di luar, apakah saya menjalani proses hukum, apakah
proses hukum itu berjalan adil, obyektif, transparan atau tidak, saya
menyatakan, menegaskan, menggarisbawahi, saya menjamin ketulusan
persahabatan dan persaudaraan. Loyalitas sebagai sahabat merupakan bagian
yang indah dan menyegarkan dalam dinamika politik partai yang kadang-kadang
keras dan agak panas.
Karena itulah saya yakin betul, saya akan tetap berkomunikasi sebagai
sahabat dengan kader-kader Partai Demokrat di seluruh Indonesia. Tidak
dalam posisi sebagai Ketua Umum, tetapi sebagai teman dan sahabat.
Saya juga berharap siapapun yang nanti menjadi Ketua Umum Partai Demokrat
bisa menunaikan tugas, bahkan jauh lebih baik dari apa yang sudah saya
tunaikan bersama teman-teman pengurus. Saya yakin pasti akan datang ketua
umum yang lebih baik. Saya percaya itu, karena sejarah selalu melahirkan
pemimpin pada waktunya.
Selanjutnya, saudara-saudara sekalian, apa yang akan saya lakukan ke depan
adalah tetap dalam kerangka memberikan kontribusi dan menjaga momentum bagi
perbaikan peningkatan dan penyempurnaan kualitas demokrasi di Indonesia.
Apapun kondisi dan keadaan saya.
Kondisi dan keadaan saya itu bukan faktor. Faktornya yang penting adalah
bahwa saya akan tetap bersama-sama dalam sebuah ikhtiar untuk membuat
Indonesia ke depan makin baik dan makin bagus.
Hari-hari ini dan ke depan, akan diuji pula bagaimana etika Partai
Demokrat. Partai yang etikanya bersih, cerdas, dan santun. Akan diuji oleh
sejarah apakah Demokrat partai yang bersih atau tidak bersih. Partai yang
bersih atau korup. Akan diuji partai yang cerdas atau partai yang tidak
cerdas. Partai yang solutif menawarkan gagasan cerdas dan bernas atau
partai yang tidak seperti itu.
Juga diuji apakah Demokrat akan menjadi partai yang santun dan sadis.
Apakah yang akan terjadi kesantunan politik atau sadisme politik? Tentu
ujian itu akan berjalan sesuai dengan perkembangan waktu dan keadaan.
Tetapi yang paling penting saya garis bawahi, bahwa tidak ada kemarahan dan
kebencian. Kemarahan dan kebencian itu jauh dari rumus politik yang saya
anut. Dan mudah-mudahan juga dianut siapapun kader-kader Partai Demokrat.
Di atas segalanya, saya ingin menyatakan barangkali ada yang berpikir bahwa
ini adalah akhir dari segalanya. Barangkali ada yang meramalkan dan
menyimpulkan ini adalah akhir dari segalanya. Hari ini, saya nyatakan ini
baru permulaan. Hari ini saya nyatakan ini baru sebuah awal langkah-langkah
besar. Hari ini saya nyatakan ini baru halaman pertama. Masih banyak
halaman-halaman berikutnya yang akan kita buka dan baca bersama. Tentu
untuk kebaikan kita bersama.
Saya sekali lagi dalam kondisi apapun akan tetap berkomitmen berikhtiar
memberikan sesuatu yang berharga bagi masa depan politik kita, demokrasi
kita. Jadi, ini bukan tutup buku. Ini pembukaan buku halaman pertama. Saya
yakin halaman-halaman berikutnya akan makin bermakna bagi kepentingan kita
bersama.
Inilah saudara-saudara sekalian, beberapa hal yang ingin saya sampaikan
pada kesempatan siang hari ini. Saya akan terus menjadi sahabat-sahabat
kalian.
Karena banyak buku yang akan kita baca bersama. Buku-buku itu jangan
dipahami dalam perspektif yang ngeres, tetapi positif dan konstruktif,
kebaikan dan kemaslahatan yang lebiih besar. Itulah yang menjadi titik
orientasi kita.
Saya akan melepas jaket biru kebesaran, dan saya akan menjadi manusia yang
bebas dan merdeka. Bukan berarti selama ini tidak bebas dan merdeka. Tapi
tentu ini ada maknanya secara etik dan organisatoris. Selamat berjuang
kader-kader Demokrat di seluruh Indonesia, berjuang sesuai pilihan yang
merdeka. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar