KPK
Mengalami ‘Politisasi’?
Ulil Abshar Abdalla ; Politisi
Partai Demokrat
|
|
JARINGNEWS.COM,
22 Februari 2013
“Kadang, publik mempunyai insting 'politik' yang
tak kalah tajam.”
Isu tentang bocornya Surat Perintah
Penyidikan (sprindik) terhadap Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum
berkenaan dengan kasus Hambalang menempatkan KPK pada pusat sorotan kritis
akhir-akhir ini.
Sebelumnya, kita mengetahui sejumlah pernyataan yang saling berlawanan dari
pimpinan KPK soal status Anas Urbaningrum. Di satu pihak, ada pimpinan yang
menyatakan bukti-bukti sudah cukup untuk menempatkan Anas sebagai
tersangka. Dan sprindik pun sudah diteken oleh tiga pimpinan, tinggal
menunggu dua pimpinan yang lain. Di lain pihak, ada pimpinan yang juga
mengatakan, belum ada sprindik untuk Anas. Publik tentu bertanya-tanya,
mana yang benar?
Di tengah-tengah berita yang simpang siur seperti itu, tiba-tiba meledak
kabar bocornya sprindik untuk Anas. Mengenai ini pun, pimpinan KPK
memberikan pernyataan yang saling simpang siur. Ada yang mengatakan, itu
adalah dokumen tak asli. Ada yang mengatakan, asli tapi belum diteken oleh
semua pimpinan. Ada pimpinan KPK yang sudah meneken, tetapi tiba-tiba
mencabut kembali tanda-tangan karena syarat sprindik, yaitu gelar perkara
(ekspose) di tingkat pimpinan, belum dilakukan.
Pertanyaan yang muncul: bagaimana dokumen sprindik bisa bocor ke luar?
Apakah bocor secara tak sengaja (mana ada hal yang tak disengaja dalam
perkara politik yang sensitif seperti ini?), atau ada pihak-pihak tertentu
yang membocorkan dengan motif politik tertentu?
Sementara kontroversi bocornya sprindik ini masih berlangsung, muncul
'tuduhan' sinis bahwa sumber kebocoran adalah pihak istana. Juru bicara
istana, Julian Aldrin Pasha, menepis tuduhan itu. Tak benar, menurut
Julian, bahwa sumber kebocoran itu ada di istana.
Kontroversi soal bocornya sprindik dan berlarut-larutnya status Anas
Urbaningrum ini menempatkan KPK dalam pusat perdebatan. Pertanyaan yang
patut diajukan adalah: Apakah KPK sedang mengalami 'politisasi'?
Omongan mengenai politisasi KPK ini sudah beredar dan dibicarakan luas di
luar, di kongkow-kongkow warung kopi. Tuduhan politisasi
atas KPK jelas susah dibuktikan. Tetapi sebagian kalangan publik percaya
bahwa hal itu sedang terjadi. Kadang, publik mempunyai insting 'politik'
yang tak kalah tajam.
Kita meletakkan harapan yang besar pada KPK. Inilah lembaga yang masih
dianggap bersih oleh masyarakat untuk memberantas korupsi. Kesan yang
dilekatkan publik terhadap KPK sebagai lembaga yang pelan-pelan mengalami
politisasi, harus dibuktikan salah oleh KPK.
Karena itu, saya menyambut baik terbentuknya Komite Etik untuk menyelidiki
bocornya sprindik. KPK should show to us, it’s still clean.
Kepercayaan publik adalah taruhannya! ●
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar