Berita
mengejutkan terjadi dengan diusulkannya Menteri Keuangan Agus Martowardojo
sebagai calon gubernur Bank Indonesia (BI). Pada umumnya terdapat anggapan
bahwa posisi menkeu lebih kuat dan tinggi dibandingkan gubernur BI. Dilihat
dari tugasnya saja, tanggung jawab menkeu mencakup anggaran, pajak, bea
cukai, dan perbendaharaan negara. Menkeu adalah menteri paling kuat di
kabinet.
Sedangkan,
tanggung jawab BI adalah terbatas pada kebijakan moneter, pengawasan
perbankan, dan sistem pembayaran. Dengan dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), pengawasan perbankan akan berpindah ke OJK pada 2014. Menjadi ironis
karena kekuatan Agus adalah pada perbankan yang jika ia menjadi gubernur
BI, segera pengawasan perbankan pindah ke OJK.
Tampaknya, diusulkannya Agus menjadi gubernur BI
merupakan upaya dari Presiden untuk mengubah kabinet dengan cara yang
elegan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kelihatannya berusaha melakukan
konsolidasi kabinet untuk mengoptimalkan kinerja pemerintah pada sisa masa
jabatannya sekaligus menghadapi Pemilu 2014.
Bagi Agus, tidaklah mudah untuk meyakinkan DPR menyetujui
usulan Presiden ini karena ia pernah ditolak sebagai calon gubernur BI
empat tahun yang lalu. Jika DPR menyetujui Agus sebagai gubernur BI, ia
harus meyakinkan jajaran staf BI akan kepemimpinannya di BI. Selanjutnya,
juga mendapatkan kepercayaan dari pelaku ekonomi, khususnya pada sektor
keuangan akan kredibilitasnya, yang semestinya tidak diragukan setelah
menduduki jabatan menkeu.
Jika Agus kembali ditolak oleh DPR, akan terjadi
ketidakpastian karena masa jabatan gubernur BI sekarang ini berakhir pada
Mei 2013. Sementara itu, posisi deputi senior kosong, dan Deputi Bidang
Moneter Hartadi Sarwono akan berakhir pada Juni 2013. Jika ini terjadi,
akan ada ketidakpastian yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi.
Pertanyaan selanjutnya adalah siapa yang akan menjadi menkeu?
Kemungkinannya adalah Darmin Nasution yang mempunyai pengalaman panjang
sebagai dirjen Pajak, dan dirjen Lembaga Keuangan atau Gita Wirajawan yang
selama ini mendapatkan kepercayaan tinggi dari Presiden. Sebelumnya, Gita
juga pernah dikabarkan akan menjadi menkeu.
Menarik untuk dicermati pada saat memasuki tahun politik
yang begitu dinamis, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan perubahan
penting dalam dua posisi penting ekonomi, gubernur BI dan menkeu. Jika
perubahan ini kredibel, akan meningkatkan kinerja dari kebijakan ekonomi.
Namun, jika terjadi resistensi politik dari DPR, akan berakibat pada gangguan
stabilitas ekonomi dan menurunkan kinerja.
Bagi BI, tantangan yang dihadapi adalah menstabilkan
nilai rupiah yang mengalami tekanan karena neraca berjalan negatif. BI juga
harus mempersiapkan transisi pengawasan perbankan ke OJK.
Sedangkan, tantangan Kemenkeu adalah mengatasi kesenjangan
penerimaan pajak dari target, mengatasi defisit primer anggaran karena
besarnya subsidi energi, dan bersama-sama dengan kementerian teknis membuat
realisasi belanja modal dalam APBN menjadi efektif. Hal ini tentu saja
tidak mudah pada saat banyak menteri ekonomi lebih berkonsentrasi pada
politik karena mereka adalah ketua atau pejabat parpol.
Berkaitan dengan itu, penetapan gubernur BI
dan menkeu harus dilakukan dengan hati-hati dan pertimbangan matang supaya
tidak menciptakan ketidakpastian ekonomi yang mengganggu stabilitas dan
kinerja perekonomian. Pada saat kita memasuki tahun politik yang sangat
dinamis, semestinya paling tidak stabilitas ekonomi terjaga baik. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar