Modernisasi Pelabuhan
Handi Sapta Mukti ;
Praktisi Bisnis & Manajemen; Pengajar di
STIE Perbanas
|
KORAN
SINDO, 26 Agustus 2015
Isu logistik kembali
menjadi sorotan, kali ini masalah dwelling
time di pelabuhan yang mencuat dan menjadi bola panasnya. Bagi yang
mengerti masalah logistik, tentu paham bahwa dwelling time hanyalah satu titik permasalahan dari mata rantai
proses logistik secara keseluruhan.
Oleh sebab itu, kita
tentu mengapresiasi dan mendukung langkah Presiden Jokowi yang sudah
mengambil aksi untuk mulai membenahi masalah tersebut, dan jika ini benar-
benar dilakukan masalah dwelling time
bukan saja menjadi bola panas tetapi akan menjadi bola salju yang siap
menggulung segala aspek yang menghambatnya.
Pelabuhan adalah salah
satu titik dalam proses distribusi, di mana di dalamnya terdapat banyak lagi
proses yang harus dilalui oleh suatu komoditas baik masuk (import) maupun ke
luar (export) agar dapat keluar dari pelabuhan. Selama proses berlangsung
komoditas mengendap alias tersimpan dipelabuhan hingga semua dokumen yang
terkait dengan import/ export tersebut selesai, semakin lama proses
pengurusan berlangsung semakin lama komoditas itu mengendap.
Lamanya waktu tunggu
inilah yang baru-baru ini diributkan dan mengundang kemarahan Presiden
Jokowi. Beliau memang pantas marah karena sampai dengan saat ini Indonesia
termasuk yang paling buruk nilai indeks logistiknya di antara negara-negara
ASEAN.
Modernisasi
Untuk mencapai tujuan
yang diharapkan, modernisasi yang dilakukan harus menyeluruh. Yang menyangkut
pengembangan infrastruktur fisik berupa kualitas peralatan pelabuhan,
kapasitas pelabuhan, proses bisnis dan standard operating procedure (SOP)
yang disederhanakan dan menjangkau semua lini operasional perusahaan yang
tujuan akhirnya adalah mempercepat proses.
Di samping itu
tersedianya perangkat sistem informasi dan sistem otomasi, serta sumber daya
manusia yang mendukung memegang peranan penting. Sehingga semua proses yang
berjalan di pelabuhan dapat dipantau secara langsung melalui perangkat sistem
informasi, bukan hanya dipantau tetapi keseluruhan proses tersebut juga dapat
dijalankan dan dikendalikan melalui sistem secara langsung (online).
Modernisasi perangkat
keras (fisik) infrastruktur dan peralatan pelabuhan mungkin lebih mudah,
karena bersifat tangible, yang lebih sulit dan perlu perhatian lebih serius
adalah modernisasi proses bisnis (birokrasi) dan pengelolaan pelabuhan
melalui otomasi proses dengan perangkat teknologi informasi. Hampir semua
proses yang berjalan di pelabuhan dapat diotomasikan ke dalam sistem untuk
meningkatkan produktivitas dan efisiensi pengelolaan pelabuhan.
Portal Integrasi Birokrasi
Proses di pelabuhan
adalah proses yang tidak berdiri sendiri, banyak proses yang harus dilakukan
di instansi lainnya yang kesemuanya saling memengaruhi dan terkait satu sama
lain. Kelambatan proses di salah satu instansi dapat berdampak kepada
keterlambatan dalam proses-proses berikutnya. Sebut saja departemen perdagangan,
perindustrian, bea dan cukai, kantor pajak, perusahaan ekspedisi, dan lain
sebagainya.
Buruknya koordinasi,
proses yang saling tumpang tindih, birokrasi yang panjang dan berbelit-belit
semua berdampak kepada lambatnya proses di pelabuhan yang mendongkrak pada
tingginya angka dwelling time di
Indonesia. Karena itu, inisiatif untuk melakukan integrasi birokrasi melalui
kebijakan single window process mutlak diperlukan untuk memangkas proses,
biaya dan waktu yang terbuang sia-sia tersebut.
Secarafisik,
haltersebutbisa diwujudkan melalui konsep Sistem Pelayanan Satu Atap (Samsat)
yang cukup sukses dilaksanakan antara instansi kepolisian dan Dinas
Pendapatan Daerah dan masih terus berlangsung hingga kini. Konsep itu juga
yang sekarang mulai diterapkan di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
untuk mempermudah dan mempercepat proses penanaman modal di Indonesia.
Namun demikian,
integrasi birokrasi yang dimaksud di sini bukan hanya sekedar menyatukan
fisik organisasi di dalam satu atap bangunan kemudian mereka bekerja di dalam
kotak masing-masing. Lebih jauh lagi integrasi birokrasi harus mampu menyatukan
proses di dalam satu instansi maupun antarinstansi ke dalam satu alur proses
yang berada dalam satu sistem yang generik dan terhubung secara real time.
Untuk mewujudkan hal
tersebut, bisa dibuat sistem pemersatu logistik pelabuhan (port logistics unifying system) yang
akan menjadi sistem informasi manajemen pelabuhan berbasis web yang
komprehensif dan terintegrasi yang dapat memberikan akses secara real time
danonline secara penuh atas proses-proses maupun informasi-informasi
operasional terkait dengan kapal kargo (vessel ), baik oleh pemakai internal
maupun eksternal pelabuhan dengan teknologi web dan internet.
Dengan demikian,
portal ini bisa menjadi tempat berkumpulnya semua pihak yang terkait dengan
pelabuhan, baik swasta maupun instansi pemerintah. Perusahaan swasta dan
instansi pemerintah terkait dapat akses masuk dan menjalankan proses bisnis
terkait, sehingga tidak perlu lagi banyak dokumen yang berjalan dari satu
meja ke meja lainnya dan bertumpuk di setiap mejanya, menunggu antrian yang
entah kapan selesainya. Semoga saja pemerintah dapat segera mewujudkan hal
ini, sehingga ongkos logistik di Indonesia menjadi lebih efisien dan mampu
bersaing dengan negara-negara di kawasan Asia. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar