Senin, 17 November 2014

Kejahatan Israel di Yerusalem

                                  Kejahatan Israel di Yerusalem

Smith Alhadar  ;   Penasihat pada the Indonesian Society for Middle East Studies
REPUBLIKA,  14 November 2014

                                                                                                                       


Konflik antara Palestina dan Israel kini tak lepas dari kejahatan Israel terhadap orang Palestina di Yerusalem. Israel mengklaim Yerusalem (Kota Perdamaian) sebagai hak mutlaknya. Padahal, menurut Perjanjian Lama, ketika Josua (pemimpin Yahudi) masuki Yerusalem pada milenium ketiga SM sudah ada kaum Kanaan dari suku Yebus.

Di masa pemerintahan Raja Sulaiman, tempat suci Yahudi dibangun. Yerusalem berasal dari kata ursalim yang berarti `kota salim', pemimpin suku Yebus. Dalam perjalanan sejarahnya, Yerusalem--orang Arab menyebut al-Quds-- berkali-kali berpindah tangan. Pada abad ke-7 SM Kerajaan Babilonia menaklukkan Yerusalem, ribuan penghuni nya diasingkan ke wilayah kekuasaan Babilonia (Irak) di bawah Raja Hamurabi. Sekitar seabad kemudian, Raja Cyrus dari Iran menaklukkan Babilonia dan menduduki Yerusalem. Orang-orang Yahudi di pembuangan dikembalikan ke Israel.

Gantian orang Yunani di bawah kepemimpinan Alexander Yang Agung menaklukkan Yerusalem pada abad ke-4 SM. Seabad kemudian, pasukan Romawi mengambil alih Yerusalem. Pada tahun 70, tentara Romawi menghancurkan Yerusalem rata dengan tanah, kecuali sebuah tembok (Tembok Ratapan) yang sekarang jadi tempat ibadah orang Israel. Sejak itu orang Yahudi diusir dari Palestina dan menyebar ke berbagai wilayah: Timur Tengah, Afrika, Eropa.

Yerusalem berada di bawah kekuasaan Romawi sampai abad ke-3 sebelum Kekaisaran Kristen Bizantium mengambilalih dan memerintah sampai tahun 638 saat prajurit Muslim pimpinan Khalifah Umar bin Khathab menaklukkannya. Pada abad ke-4, saat Bizantium memerintah inilah dibangun Gereja Makam Suci, lokasi yang diyakini sebagai tempat Yesus disalib dan dimakamkan.

Di atas puing-puing Kuil Sulaiman yang dihancurkan Romawi itulah Masjidil Aqsa dibangun. Karena keberadaan Masjidil Aqsa --tempat Nabi Muhammad transit saat Isra' Mi'raj-- inilah Yerusalem menjadi kota suci ketiga umat Islam setelah Makkah dan Madinah. Sejak abad ke-7 --kecuali diselingi pendudukan tentara Salib pada 1099 yang ditaklukkan pasukan Muslim pimpinan Salahuddin al-Ayubi pada 1187-- Yerusalem di bawah kekuasaan kaum Muslim hingga Perang Dunia I pada 1917 ketika Inggris menaklukkan Khilafah Turki.

Inggris menguasai Yerusalem sampai Israel memproklamasikan kemerdekaan pada 1948. Sampai tahun ini, Israel baru menguasai Yerusalem Barat. Yerusalem Timur, tempat suci tiga agama samawi itu, di bawah kendali Kerajaan Yordania hingga Israel menduduki pada Perang 1967. Sepanjang 2000 tahun terakhir, Yahudi menguasai Yerusalem selama 200 tahun, sementara Muslim 1.200 tahun. Tak heran, kaum Muslim menuntut Yerusalem Timur dikembalikan pada penguasaan Palestina yang ingin dijadikan ibu kota negara Palestina merdeka.

Menurut Gary M Burge, guru besar Perjanjian Baru di Wheaton College and Graduate School, AS, sejak mendudukinya pada 1967, Israel menambahkan tanah 115 km persegi ke wilayah kota itu. Tanah ini bukan diambil dari wilayah yang termasuk "Yerusalem", melainkan dari 28 desa Arab yang di serobot.
Dalam sehari Israel melipatgandakan luas Yerusalem tiga kali lipat dari semula. Israel menjaga agar warga Yahudi tetap mayoritas di Yerusalem. Teddy Kolek, mantan walikota Yerusalem, mengatakan, pemerintahannya punya target rahasia membatasi warga Palestina di angka 28,8 persen agar tak ada gugatan kepemilikan Israel atas Yerusalem.

Strateginya, batas-batas ditetapkan pada pembangunan rumah Arab. Pada 1990-1997, sebanyak 18.433 rumah Yahudi dibangun, untuk Palestina 1.484 rumah. Pada 2003, di Yerusalem Timur ada 43 ribu rumah Yahudi yang berdiri di atas tanah yang diserobot. Di kawasan sama, ada 28 ribu rumah Palestina.
Menurut beberapa perkiraan, 35 persen dari Yerusalem Timur telah disita bagi kegiatan pembangunan Yahudi. Padahal, 95 persen dari tanah ini dahulu milik pribadi orang Palestina.

Pada 1947 Liga Bangsa-Bangsa menetapkan Yerusalem jadi kota internasional. Dalam Perjanjian Oslo tahun 1993, Yerusalem jadi bagian dari kota yang akan dinegosiasikan kedua pihak sebagai syarat perdamaian. Namun, bagi yang ke Yerusalem saat ini akan tercengang melihat pertumbuhan kota itu.

Kota Yerusalem dikelilingi pembangunan dan permukiman sehingga batasnya tak dapat dinegosiasikan dalam perundingan damai nanti. Sejak 2000, Israel menambah 95 ribu unit rumah ke dalam lingkungan Yahudi kota tersebut.
Sejak 1967, Israel mengubah karakter etnis Yerusalem. Jika orang Palestina tinggal di luar batas kota, mereka akan kehilangan kartu "tanda penduduk" untuk bekerja. Jika membangun di atas tanah milik keluarga, mereka tak diberi izin mendirikan bangunan. Pada 1967-1999, hanya 2.950 izin bagi orang Palestina. Mereka terpaksa tetap membangun di atas tanah sendiri. Akibatnya, buldoser Israel meratakan rumah itu.

Sejak 1996, orang Palestina harus menunjukkan bahwa Yerusalem Timur adalah "pusat kehidupan" mereka. Tinggal dan bekerja di luar Yerusalem Timur akan mengancam mereka. Pada 1998, ada 788 kartu identitas Yerusalem yang dibatalkan. Akibatnya, banyak orang Palestina yang meninggalkan kota itu.

Hanya sedikit dana untuk Palestina meski faktanya orang Palestina membayar pajak sama seperti Yahudi. Anggaran Pengembangan Kota Yerusalem pada 1999, totalnya 103 juta dolar AS, tapi hanya 7 juta dolar ke Palestina. Pada pos "mempercantik kota", 4,4 juta dolar dikucurkan ke wilayah Yahudi, 0,5 juta dolar ke wilayah Palestina. Terkait peremajaan lingkungan, untuk orang Yahudi 1,5 juta dolar, untuk Palestina nol. Dana angkutan umum 16 kali lebih besar di wilayah Yahudi (49 juta dolar) dibanding 2,9 juta dolar.

Yerusalem yang dihuni orang Yahudi memiliki 36 kolam renang dan 531 fasilitas olahraga. Di wilayah Palestina tak ada kolam renang dan hanya 33 fasilitas olahraga. Perpustakaan? Dua untuk Palestina, 26 untuk Yahudi. Taman? 29 untuk Palestina, 1.079 untuk Yahudi.

Melihat diskriminasi dan rasialisme ini, masih herankah kita bila orang Palestina melawan kekuatan penindas ini?

Sejak Muslim menguasai Yerusalem, Yahudi dibolehkan berkunjung ke Masjidil Aqsa, tapi tidak dibolehkan bersembahyang di dalam kompleks masjid itu. Dalam kesepakatan dengan negara-negara Arab, Israel menyetujui ini. Kenyataannya, pada 2000, misalnya, Ariel Sharon bersama 1.000 tentara memasuki Masjidil Aqsa yang memicu intifada II.

Kini seorang rabi Yahudi memaksa masuk untuk bersembahyang di kompleks terlarang itu, termasuk anggota Kneset (Parlemen Israel). Kendati melanggar, mereka tidak dihukum. Raja Yordania pun menarik duta besarnya dari Israel dan perlawanan Palestina kian membara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar