Senin, 24 November 2014

Metro TV Satu Setengah Windu

                                Metro TV Satu Setengah Windu

Toeti Prahas Adhitama  ;   Anggota Dewan Redaksi Media Group
MEDIA INDONESIA,  21 November 2014

                                                                                                                       


PADA abad ke-14, setiap orang Eropa yang terdidik sekalipun meyakini bahwa Bumi ini datar dan Matahari bergerak dari timur ke barat memutarinya. Apa artinya? Artinya bahwa ilmu pengetahuan bisa berubah konsep. Dan apa yang pasti dan diyakini dalam suatu masa, belum tentu masih akan dianggap pasti dan diyakini dalam masa yang lain. Itu sebabnya, kita sebagai anggota masyarakat diharapkan terus-menerus mengikuti perkembangan di lingkungan kita. Mungkin, fakta seperti itulah yang membuat kita terus-menerus mencari pembaruan agar jangan sampai ketinggalan zaman. Alasan itu pula yang mengilhami kami, jurnalis, untuk selalu mencari unsur-unsur baru apa pun yang akan kami sajikan kepada publik.

Metro TV pun lahir satu setengah windu lalu atas tuntutan menciptakan yang baru dengan mengkaji dari sana-sini apa yang sekiranya masih bisa ditambahkan untuk memperkaya khazanah pengetahuan umum kita bersama. Ilmu pengetahuan dapat kita kejar melalui pendidikan.

Pendidikan dapat kita peroleh lewat organisasi-organisasi modern yang kita lembagakan antara lain dalam bentuk perguruan, dari yang tingkat paling rendah sampai yang paling tinggi.

Ini penting kita sadari sebab keterlibatan ilmu pe ngetahuan dalam berbagai proses sosial selama hampir dua abad ini telah menjadi penyebab utama perubahan sosial. Karena kita sadar akan hal itu, pemberitaan bahwa mayoritas penduduk kita masih kurang berpendidikan membuat kita, khususnya kaum yang berpendidikan, nelangsa.

Tentu analisis itu jangan membuat kita lalu menerima dan tega saja melihat perkembangan yang memprihatinkan ini. Bayangkan, dalam penghidupan yang sudah menyerupai jaringan superhighway dalam hal ilmu pengetahuan, masih banyak orangorang kita yang teronggok di tepi jalan, tertinggal dari laju ilmu pengetahuan. Kenyataan yang lebih memprihatinkan, hanya sekelompok yang tergolong kecil yang tampaknya peduli. Masalah pendidikan seharusnya menjadi kepedulian semua orang.

Sebenarnya sejak dulu kita menyadari perubahan zaman menuntut perubahan sikap dan perilaku khususnya di bidang penerangan dan pendidikan. Perubahan itu perlu menyeluruh, dari sang pemimpin sampai rakyat jelata.

Jelas harus ada rekayasa sosial. Sikap dan perilaku kita pengaruh-memengaruhi.Namun faktanya, sikap kita tidak selalu mencerminkan perilaku kita.

Kenyataan seperti itulah yang membuat para ahli psikologi sosial meneliti dan meneliti. Apa yang dapat kita lakukan untuk mempercepat proses pembelajaran? Proses akselerasi akumulasi pengetahuan seperti apa yang harus kita lakukan? Bukankah sebaiknya kita percepat kontak batin dan kontak pemikiran antarkita agar kita mencapai pendapat dan tekad bulat sebagai rujukan? 

Mungkin semacam itulah yang harus kita rumuskan bersama sebagai pedoman.
Semakin cepat tercapai kesadaran tentang itu, semakin cepat pula masyarakat dibawa maju. Bukan sebaliknya, kita malahan masih saja terseok-seok, tersendat halangan-halangan yang jika dipikirkan benar-benar sebenarnya sudah tidak relevan untuk zamannya.

Waktu makin mendesak kita untuk segera menyusun bersama formula seperti apa yang bisa mengajak orang banyak secara serempak maju bersama.
Persoalan itulah yang pada saat-saat ini menjadi pekerjaan rumah para petinggi Metro TV: pembaruan apa lagi yang dapat kami sajikan kepada publik untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan budaya kita? Tentu kami tidak harus sendiri. Kami membutuhkan dukungan dan saran yang pasti akan makin memperkaya budaya dan pengetahuan kita. Apakah itu masalah politik, ekonomi, kebudayaan, dan pendidikan pada umumnya. Jurnalisme publik ialah milik bersama. Metro TV milik kita bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar