Rabu, 23 Juli 2014

Belenggu Infrastruktur Pantura

                                Belenggu Infrastruktur Pantura

Toto Subandriyo ;   Peminat Masalah Sosial-Ekonomi,
Alumnus IPB dan Magister Manajemen Unsoed
JAWA POS,  21 Juli 2014
                                                


SUDAH dapat dipastikan para pemudik Lebaran yang akan melintas di jalur pantura Jawa tahun ini tersiksa oleh kemacetan yang menggila. Pasalnya, menjelang H-10 Lebaran, Jembatan Comal yang berada di jalur mudik utama pantura Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, ambles sehingga tidak dapat dilalui kendaraan. Diperkirakan, H-3 Lebaran jembatan tersebut baru bisa dibuka dan dilintasi kendaraan kecil.

Tanda-tanda kemacetan yang menggila itu secara kasatmata terlihat ketika arus mudik dari arah Jakarta dialihkan melalui jalur selatan Tegal–Purwokerto sejak 18 Juli 2014. Hingga 20 Juli 2014, saat artikel ini ditulis, kemacetan yang menggila di jalur Tegal–Purwokerto itu menjadi trending topic di media jejaring sosial. Arus lalu lintas arah Tegal–Purwokerto lumpuh puluhan kilometer.

Meski semua berubah di negeri ini, tampaknya pola pikir pemerintah pusat dalam mengatasi permasalahan infrastruktur jalan/jembatan nyaris tidak pernah berubah. Meski kemacetan di jalur pantura selalu berulang, tidak terlihat perubahan signifikan dari cara pemerintah mengatasi permasalahan tersebut. Nyaris tidak terlihat langkah dan kebijakan solutif jangka panjang untuk menyelesaikan permasalahan secara fundamental.

Seperti sudah menjadi tradisi tahunan, setiap memasuki bulan puasa dan menjelang Lebaran seperti sekarang kemacetan jalur pantura Jawa yang merupakan jalur mudik utama di negeri ini menggila. Kemacetan parah itu berdampak serius terhadap aktivitas masyarakat. Mulai waktu tempuh yang semakin lama, hilangnya kesempatan yang sudah direncanakan, hingga terganggunya aktivitas sosial-ekonomi.

Awal bulan puasa tahun lalu kemacetan parah juga terjadi di ruas jalan Pati–Rembang. Sebuah harian yang terbit di Semarang pada 6 Juli 2013 memuat berita berjudul Terjebak Macet, Bayi Meninggal. Mobil ambulans yang membawa bayi tujuh bulan bersama sang ibu itu terjebak macet dua hari. Bayi nahas tersebut berangkat dari Jakarta dan rencananya dibawa pulang ke kampung halamannya di Madura.

Pengalihan Beban

Menurut Peter M. Senge (1999), pola dan cara pemerintah mengatasi permasalahan seperti itu dikenal sebagai pola pengalihan beban (shifting the burden). Penyelesaian masalah dilakukan hanya pada gejala (symptom) sesaat. Untuk sementara gejala permasalahan berkurang atau hilang, namun beberapa waktu kemudian muncul kembali.

Jalur jalan yang juga dikenal dengan nama Jalan Daendels itu terbentang dari Anyer, Provinsi Banten, hingga Panarukan, Situbondo, Provinsi Jawa Timur. Jalan sepanjang 1.000 kilometer itu merupakan urat nadi perekonomian nasional terpenting. Jalur transportasi yang tidak pernah tidur, siang malam berbagai jenis moda transportasi darat menyemut di sepanjang ruas jalan.

Permasalahannya, secara umum pemerintah negeri ini seperti terbelenggu oleh kondisi buruknya infrastruktur. World Economic Forum (WEF) menyebut infrastruktur menjadi masalah terbesar ketiga di Indonesia setelah persoalan korupsi dan inefisiensi birokrasi. Pembangunan sarana infrastruktur jalan/jembatan sangat diperlukan untuk mewujudkan konektivitas antarwilayah yang dalam jangka panjang bermanfaat menekan biaya logistik. Saat ini biaya logistik di Indonesia termasuk sangat mahal, mencapai 14,08 persen.

Dalam ilmu pengembangan wilayah, dikenal teori dorongan kuat (big push theory). Teori itu menyatakan bahwa untuk mempercepat pembangunan ekonomi di suatu wilayah, bangunlah dulu infrastruktur. Semua yang lain akan berkembang menetes (trickle down effect). Menurut teori tersebut, cara kerja ’’sedikit demi sedikit’’ tidak akan mendorong ekonomi pada lintasan pembangunan, tetapi jumlah investasi infrastruktur yang besar menjadi syarat mutlak.

Paling tidak, tiga alasan pokok mengapa pembangunan infrastruktur harus diutamakan. Pertama, pembangunan infrastruktur akan menciptakan banyak lapangan kerja. Angka pengangguran bakal berkurang dan tingkat pendapatan masyarakat akan meningkat. Kedua, pembangunan infrastruktur dasar, infrastruktur teknologi, serta infrastruktur sain secara langsung akan mempengaruhi iklim investasi. Ketiga, pembangunan infrastruktur sangat menentukan integrasi sosial-ekonomi suatu wilayah/daerah dengan wilayah/daerah lainnya serta membuka isolasi fisik dan nonfisik.

Audit Jalan

Untuk mengurai berbagai permasalahan tersebut, pemerintah semestinya tidak menumpuk beban arus mudik dan arus balik Lebaran hanya di jalur pantura. Menurut perhitungan teknis, kapasitas Jalan Daendels saat ini sudah overload. Diperbaiki seperti apa pun tidak lama pasti akan rusak lagi. Oleh karena itu, selain penegakan hukum bagi para pelanggar aturan, pemerintah pusat harus memberdayakan jalan-jalan alternatif yang menghubungkan antarkabupaten/kota sepanjang jalur pantura.

Koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota/provinsi perlu digalang lebih intensif untuk perbaikan jalan alternatif yang notabene bukan tanggung jawab pemerintah pusat. Alasan klasik kurangnya anggaran yang dimiliki pemerintah kabupaten/kota/provinsi menjadikan kondisi jalan alternatif itu secara umum sangat memprihatinkan. Oleh karena itu, selain perbaikan fisik, perlu dilakukan audit jalan, pemasangan rambu-rambu lalu lintas, serta pemasangan lampu penerangan jalan. Audit jalan yang memadai dapat meminimalkan terjadinya kecelakaan.

Untuk mengurangi beban kepadatan Jalan Daendels dan lebih memperlancar roda perekonomian nasional, pemerintah dituntut untuk melakukan akselerasi pembangunan tol trans Jawa dan jalur ganda kereta api. Tol yang direncanakan sepanjang 897,7 kilometer, terbentang dari Anyer hingga Banyuwangi, akan sangat membantu mengurai kemacetan di Jalan Daendels.

Lebih jauh, pemerintahan baru nanti harus membuat terobosan dalam pembangunan infrastruktur. Janji-janji yang telah ditebarkan semasa kampanye kemarin untuk membangun berbagai sarana infrastruktur, termasuk gagasan membangun tol laut, harus segera diwujudkan. Angkutan penumpang/barang dengan menggunakan kapal sangat membantu mengurangi kepadatan pengguna jalan di jalur pantura. Upaya-upaya tersebut dapat mengurai permasalahan kemacetan yang selalu menyandera di jalur pantura.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar