Rabu, 23 Juli 2014

Alamat Tepat

                                                           Alamat Tepat

Samuel Mulia  ;   Penulis Mode dan Gaya Hidup, Penulis Kolom “Parodi” di Kompas
KOMPAS,  20 Juli 2014
                                                


MALU bertanya sesat di jalan. Benarkah karena malu seseorang tersesat? Saya lebih percaya, kalau seseorang itu tersesat karena salah alamat bertanya. Bukan karena perasaan malu. Itu pendapat saya.

”Gue bisa bayangin kok”

Saya terinspirasi menulis hal ini, setelah mulai memperhatikan bagaimana saya menceritakan problem pribadi, keluarga, spiritual, atau profesional kepada orang-orang yang awalnya saya pikir merupakan alamat tepat untuk didatangi dan dapat memberikan jalan keluar.

Acapkali saya malah makin sengsara karena setiap kali saya menanyakan sesuatu kepada mereka, saya kok merasa pendapat yang diutarakan itu seperti jawaban dari sebuah simulasi problema.

Tampaknya mereka memiliki prinsip, kalau ada yang bertanya, maka saya harus bisa menjawab. Bahkan, ketika mungkin, mereka sendiri tahu bahwa mereka tak bisa memberi jalan keluar.

Karena sesungguhnya mereka belum pernah mengalami apa yang saya alami. Sehingga kalimat macam ”Gue bisa bayangin kok” itu selalu muncul dalam percakapan. Bagaimana mereka bisa membayangkan persoalan saya? La wong mereka tak pernah merasakan pengalaman mau mati di meja operasi?

Bagaimana mereka bisa merasakan yang namanya kebebasan berpikir, la wong orangtua saya sudah mengajarkan hal itu sejak masih muda dahulu, sementara mereka harus berpura-pura setuju dengan pendapat orang tua, sementara hati mereka memberontak?

Sejujurnya, saya ini ingin mendapat jalan keluar, bukan karena itu di dasari dari apa yang pernah mereka alami dalam hidup mereka, bukan berdasarkan pendidikan yang mereka terima, bukan karena nilai-nilai yang mereka anggap benar.

Saya ingin mendapat jawaban seperti menanyakan kepada seseorang yang bepergian ke sebuah kota yang ia temui sendiri melalui ketersesatan, dan bukan karena sudah membaca buku petunjuk sebelumnya. Karena menurut saya ketersesatan memberikan mereka pengalaman berbeda, sementara yang dari buku petunjuk memberikan mereka pengalaman yang seperti seragam anak SMA.

Maka di hari libur ini, saya akan berbagi pengalaman mencari alamat tepat, agar Anda jangan seperti saya, dengan mudah menyalahkan orang karena Anda merasa mereka tidak mengerti Anda. Kalau Anda tak merasa perlu memercayai apa yang saya bagikan, itu hak Anda sepenuhnya.

Mencari yang terbuka

Hal pertama adalah menanamkan sebuah pemikiran bahwa mencari alamat untuk curhat itu tak perlu kepada mereka yang memiliki pengalaman yang sama atau mirip, dan yang memiliki jam terbang yang tinggi.

Yang utama adalah mendatangi seseorang yang berpikiran terbuka. Orang yang memiliki pemikiran terbuka itu jarang sekali menghakimi, mereka tak memiliki cara pandang yang ekstrem, yang emosional, yang menganggap dirinya benar, apalagi kalau sudah sampai pada hal-hal yang berbau spiritual.

Orang yang memiliki pemikiran terbuka, akan mampu memberi rasa nyaman. Rasa itu diperlukan kalau orang sedang mengalami problema. Mereka mampu melihat persoalan dengan tenang, karena mereka tidak melibatkan perjalanan pribadi mereka.

Mereka tidak melibatkan pendidikan mereka. Mereka adalah manusia yang mampu melihat persoalan Anda, seperti seseorang yang menemukan tempat baru yang indah karena tersesat bukan karena membaca buku petunjuk.

Orang yang tersesat pernah merasa takut, meski akhirnya menemukan jalan keluar yang melegakan. Itu yang menyebabkan orang yang berpikiran terbuka akan mengerti kesesatan Anda, akan mengerti bagaimana ketakutan Anda, dan mereka akan juga mengerti kelegaan setelah tersesat.

Mereka yang berpikiran terbuka tak akan melibatkan kata tidak setuju atau setuju dengan persoalan Anda. Mereka akan membantu memberikan pencerahan dan terutama memberikan konsep berpikir untuk memecahkan masalah, bukan menjawab satu per satu masalah Anda dan berakhir dengan diskusi panjang yang tak berujung.

Mereka yang hidup berdasarkan buku petunjuk, akan susah mengerti persoalan Anda. Mereka akan menerapkan SOP mereka untuk Anda. Dan kalau di dalam SOP tak ada jawaban untuk pengalaman yang Anda hadapi, karena mereka belum pernah mengalaminya, mereka kemudian tak tahu memberi jawaban.

Dan hasil dari ketidaktahuan itu biasanya berakhir dalam bentuk menghakimi, bahkan sebelum Anda selesai menuntaskan cerita. Mereka tidak mengajarkan Anda berpikir soal konsep pemecahan masalah, mereka mengajarkan SOP mereka untuk Anda.

Kedua, cari manusia yang masuk ke dalam kategori a good listener. Tetapi itu tidak cukup. Karena pendengar yang baik, belum tentu menyimak dengan baik. Saya sarankan, jangan pernah Anda bercerita kepada mereka yang senangnya bermain social media seperti tak ada hari esok.

Pengalaman saya mengajarkan, mereka akan tetap berkonsentrasi dengan gadget mereka, bahkan saat Anda lagi curhat. Mendengar dan menyimak itu, berbedanya seperti rasa air tawar dan air laut.

Singkatnya, kalau Anda tak mau tersesat, alamat yang paling tepat untuk didatangi adalah mereka yang pernah merasakan apa yang disebut tersesat dan kemudian menemukan jalan keluar dari ketersesatan itu. Jangan mendatangi yang masih tersesat! ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar