Senin, 02 Desember 2013

Insentif Harga Menuju Swasembada Kedelai

Insentif Harga Menuju Swasembada Kedelai
Viktor Siagian  ;   Alumnus Fakultas Pertanian, Jurusan Sosek IPB 1987, Magister Sains Ilmu Ekonomi Pertanian dari Sekolah Pascasarjana IPB 2005
SINAR HARAPAN,  30 November 2013
  


Harga kedelai kembali meningkat pada tiga atau empat bulan terakhir ini, harga kedelai meningkat dari Rp 5.500 per kg menjadi Rp 8.000-10.000 per kg.

Hal ini karena harga kedelai impor naik. Pertama, rupiah terdepresiasi terhadap dolar AS saat ini, Rp 12.000 per dolar AS. Kedua, karena produksi di negara produsen AS tahun tahun ini menurun 16 juta bushel menjadi 3,26 miliar bushel.

Indonesia sampai saat ini masih mengimpor kedelai 1,3 juta ton, 1,2 juta ton (92 persen) total impor berasal dari AS dan sisanya dari Argentina. Harga kedelai impor pada Juli 2013 yakni US 13,3525 per bushel (1 bushel = 35,24 liter, atau harga kedelai impor di tingkat pedagang saat ini pada kisaran Rp 9.000 per kg.

Kenaikan harga kedelai ini tentu menyulitkan perajin tahu-tempe dan masyarakat karena akan menaikkan harga jual, padahal daya beli masyarakat masih lemah.

Bagi petani, hal ini menjadi suatu rangsangan untuk berproduksi. Produksi kedelai Indonesia tahun 2012 berjumlah 783.000 ton turun 8 persen dibandingkan tahun 2011 yakni 851.000 ton. Ini disebabkan penurunan luas tanam akibat kemarau panjang.

Total kebutuhan kedelai nasional 2,2 juta ton. Pada 2012 Indonesia mengimpor kedelai sekitar 1,4 2 juta ton. Pada 2013 luas tanam kedelai hasil ARAM BPS produksi kedelai nasional turun 4 persen akibat kemarau di sebagian wilayah Indonesia. Produsen utama kedelai di Indonesia adalah Provinsi Jawa Timur (36 persen), Jawa Tengah (18 persen), NTB (10 persen), dan Aceh (6,5 persen).

Target swasembada kedelai 2014 seperti yang dicanangkan jauh dari harapan, dan target itu memang tidak tercapai. Penyebab utamanya, harga kedelai selama ini memang sangat rendah, jauh dari harga ekspetasi petani.

Membudidayakan kedelai kurang disukai petani karena kurang menguntungkan. Bagi petani, lebih baik menanam padi gogo dengan harga jual Rp 3.700-4000 per kg, jagung dengan harga jual Rp 2.500 per kg, kacang hijau dengan harga jual Rp 10.000-11.000 per kg, atau kacang tanah dengan harga Rp 10.000-11.000 per kg.

Hal ini yang dilakukan petani di Banten. Sentra kedelai di Provinsi Banten terdapat di Kabupaten Pandeglang (produsen terbesar) dan Kabupaten Lebak (kedua terbesar). Produksi kedelai di Provinsi Banten pada 2013 meningkat 4 persen, berbeda dengan provinsi lain yang sebagian mengalami penurunan.

Kenyataannya memang demikian, curah hujan tinggi pada musim kemarau (MK) membuat petani banyak yang menanam kedelai pada MK-II ini. Biasanya petani menanam tanaman lain seperti padi gogo atau kacang hijau dan kacang tanah.

Angin Segar

Apa yang diinginkan petani ternyata sudah disambut baik pemerintah. Dengan menetapkan Peraturan Harga Beli Petani (PHBP), Permendag No.25/M-DAG/PER/6/2013 adalah Rp 7.000 per kg (Medan Bisnis, 24 September 2013).

Hal ini merupakan angin segar bagi petani dan diharapkan pada musim tanam (MT) mendatang, khususnya pada MK, luas tanam kedelai diharapkan meningkat signifikan. Usaha melalui ekstensifikasi dan intensisifikasi kedelai yang sudah dilakukan pemerintah akan dapat terwujud dengan adanya HPP di atas.

Selama ini Kementerian Pertanian memang telah memperkenalkan Varietas Unggul Baru (VUB), seperti Anjasmoro, Grobogan, Baluran, dan Argomulyo. Varietas tersebut sebagian besar mendapat respons positif dari petani, potensi hasilnya 2,0-3,0 ton per ha.

Hasil percontohan dengan luasan 2,5 ha yang dilakukan tim penulis (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten) di Kecamatan Cimanggu Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten, mampu menghasilkan produksi (panen ubinan) untuk Varitas Anjasmoro 3,04 ton pipilan kering per ha untuk jarak tanam 40 x 20 cm2, dan 2,8 ton per ha untuk jarak tanam 40 x 20 cm2.

Varietas lainnya Argomulyo menghasilkan 2,0 ton per ha untuk jarak tanam 40 x 20 cm2 dan 1,9 ton per ha, untuk jarak tanam 40 x 15 cm2. Juga dengan luas percontohan 2,5 ha di Kecamatan Cigeulis Kabupaten Pandeglang dengan Varitas Anjamoro mampu menghasilkan 2,08 ton per ha, untuk jarak tanam 40 x 20 cm2, dan 1,92 ton untuk jarak tanam 40 x 15 cm2.

Hal tersebut masih dilakukan dengan Tanpa Olah Tanah (TOT). Jika dengan pengolahan tanah maka hasilnya akan lebih tinggi, produktivitas 2,0-2,5 ton per ha bukan hal muluk-muluk, bahkan dapat mencapai 2,25-2,75 ton per ha.
Teknologi yang diterapkan juga masih sederhana dan relatif terjangkau petani. Hanya perlu penambahan kapur pertanian (dolomit, Rhizobium, dan pupuk organik). Hasil rata-rata di tingkat petani saat ini adalah 1,3 ton per ha per MT.

Jika dengan produksi 2,0 ton per ha dan harga Rp 7.000 per kg, petani akan mendapat penerimaan Rp 14 juta per ha, biaya kedelai sekitar Rp 4-5 juta per ha, masih ada keuntungan Rp 9-10 juta per ha per tiga bulan.

Jadi, cukup menarik bagi petani. Jika dibandingkan dengan padi gogo, dengan produksi 4 ton per ha dan harga Rp 3.700 per kg gabah kering panen akan mendapat penerimaan Rp 14,8 juta relatif sama dengan kedelai.

Pengembangan kedelai juga dilakukan di lahan-lahan Perhutani yang masih usia tanaman muda. Hal ini sudah dilakukan di Kabupaten Pandeglang (sekitar 50.000 ha). Petani dapat menggarap kedelai di lahan Perhutani tanpa dipungut biaya, bahkan dibantu pupuk oleh Perhutani karena bermanfaat kepada tanaman jati atau mahoni yang dikelola Perhutani.

Kelemahan tanaman kedelai adalah memiliki hama penyakit relatif banyak, terutama sesudah masa primordia (pembungaan), seperti ulat grayak, penggerek polong, penggerek batang, ulat daun, dan kepik. Kedelai sebaiknya ditanam pada MK karena pada MH serangan hama penyakit akan lebih tinggi dan tanaman kedelai sangat rentan terhadap genangan atau banjir.

Konsumen utama kedelai adalah perajin tahu tempe yang menyerap sekitar 50-60 persen supply kedelai. Saat ini perajin tahu tempe sebagai konsumen utama kedelai berjumlah 115.000 di seluruh Indonesia (Suara Pembaruan, 16-02-2011). Tingkat konsumsi rata-rata kedelai di Indonesia adalah 8-9 kg per tahun.

Untuk tercapainya ekstensifikasi dan intensifikasi ini, penyediaan benih bermutu sangat penting bagi kedelai, karena ini yang menjadi salah satu kendala. Benih kedelai tidak tersedia di pasar/kios tani seperti benih padi dan jagung.

Pasarnya bersifat monopoli dengan penjual/penyedia tunggal Badan Litbang Pertanian Cq Balai Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang atau Balai-balai benih (Balai Benih Induk/BBI milik Dinas Pertanian Provinsi), dan Balai Benih Unggul (BBU) milik Dinas Pertanian Kabupaten setempat.

Kualitas Benih

Dari pengalaman penulis, hal yang paling utama untuk keberhasilan budi daya kedelai adalah benih bermutu dan sehat. Untuk itu, memang harus ditumbuhkembangkan petani penangkar kedelai agar ketersediaan benih lebih terjamin.

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian, dapat memberdayakan BBU di setiap kabupaten untuk memasarkan benih bersertifkat kedelai. Bisa juga melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai perpanjangan tangan Kementan di setiap provinsi. Hal ini memang akan dilakukan pada 2014.

Ekstensifikasi lahan kedelai dapat pada lahan sawah irigasi, atau pembukaan lahan baru. Kedelai dapat tumbuh mulai dari lahan tanah yang kurang subur sampai subur. Jadi, rentang lahannya tidak hanya di lahan irigasi, tapi juga dapat ditanam di lahan gambut, lahan pasang surut, lahan kering, dan sebagainya.

Lahan-lahan yang belum termanfaatkan yang berjumlah jutaan ha dapat dimanfaatkan untuk budi daya kedelai. Tapi paling baik jika pemerintah cq Kementerian Pekerjaan Umum membangun jaringan irigasi baru seluas-luasnya, dapat bermanfaat juga untuk meningkatkan produksi padi, kedelai, jagung, dan tanaman lain.

Jika Indonesia ingin berswasembada kedelai berarti perlu tambahan luas tanam 1 juta ha, dengan produktivitas eksisting 1,3 ton per ha, atau jika produktivitas ditingkatkan menjadi 2,0 ton per ha, perlu tambahan luas tanam 0,65 juta ha. Luas tanam kedelai di Indonesia saat ini 0,70 juta ha. Pola tanam padi- palawija (jagung atau kedelai) sangat dianjurkan karena bermanfaat untuk memutus siklus hama.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar