Hubungan
Strategis ASEAN-Jepang di Masa Depan
Faustinus Andrea ; Pemerhati Masalah ASEAN,
Staf
Editor Jurnal Analisis CSIS, Jakarta
|
KORAN
SINDO, 26 Desember 2013
Konferensi
Tingkat Tinggi ASEAN-Jepang, guna memperingati 40 tahun hubungan
ASEAN-Jepang, yang berakhir dua pekan lalu menghasilkan kesepakatan kerjasama
berupa Vision Statement on ASEAN-Japan
Friendship and Cooperation atau Tokyo
Vision.
Tokyo Vision mempunyai arti strategis bagi kedua kawasan pada masa depan berupa peningkatan: (1) kerja sama keamanan dan stabilitas (partner for peace and stability), kesejahteraan (partner for prosperity) mutu kehidupan (partner for quality of life), dan kerja sama dari hati ke hati (heart to heart partner). Hubungan baik antara ASEAN-Jepang yang terbentuk sejak 1973 sebagai mitra wicara pertama ASEAN telah mengalami peningkatan pesat. Pada 1977 pertemuan puncak pertama ASEAN-Jepang; pada 2003 KTT untuk memperingati hubungan ASEAN-Jepang ke- 30. Kemudian 2006 telah dibentuk ASEAN-Jepang Integration Fund (JAIF), yang saat ini menyisakan mekanisme pendanaan sebesar USD80 juta untuk realisasi kerja sama hingga 2015. ASEAN yang populasi penduduknya mencapai 600 juta jiwa dan pertumbuhan ekonominya yang meningkat selama 10 tahun terakhir mencapai sekitar tiga kali peningkatan PDB serta terletak di jalur laut yang vital bagi Jepang menjadi faktor penting untuk tetap menjaga hubungan baik dengan ASEAN. Kunjungan PM Jepang Shinzo Abe ke sepuluh negara anggota ASEAN pada pertengahan November 2013 memperlihatkan perhatian Jepang yang sangat besar terhadap kawasan Asia Tenggara. Berbeda dengan situasi di Asia Timur yang diwarnai sengketa teritorial, PM Abe belum mau duduk bersama dengan China dan Korea Selatan untuk mendiskusikannya. Perdamaian dan kemakmuran ASEAN secara langsung terkait perdamaian dan kemakmuran seluruh kawasan Asia Timur, termasuk Jepang. Bagi Jepang ASEAN wilayah kunci bagi strategi pertumbuhan. ASEAN adalah mitra dagang terpenting keduabagi Jepang dan tujuan investasi ke dua terbesar di Asia Timur (Kiniihiro Ishikane, Dubes Jepang untuk ASEAN, 2013). Dengan jaringan produksinya yang menjadi basis dari 6800 perusahaan Jepang dan sekitar 120.000 ekspatriat Jepang yang menetap di dalamnya, ASEAN menjadi pilihan utama liberalisasi perdagangan dan investasi bagi Jepang pada masa mendatang. Sementaraitu, hubunganASEAN+3 (Jepang, China, dan Korea Selatan) dengan nilai perdagangan sebesar USD678 miliar (2012) sangat membantu sejumlah negara di kawasan ASEAN dalam menghadapi gejolak pasar keuangan dunia dalam kerangka kerja sama Chiang May Multilateral Initiative, yang merupakan inisiatif kawasan dalam kerja sama currency swap, untuk mengurangi atau menghindari kawasan jika terjadi krisis ekonomi seperti 1997. Dalam hal ini cadangan devisa harus diperkuat dan Chiang May Initiative menyediakan cadangan yang cukup memadai apabila terjadi krisis (Firmanzah, Sindonews.com, Oktober 2013). Kontribusi Jepang telah memberikan banyak kemajuan bagi peningkatan hubungan dan perkembangan di ASEAN secara ekonomis. Upaya untuk meningkatkan hubungan di bidang investasi dan perdagangan, misalnya, dilakukan dengan cara mendorong permintaan dalam negerinya dan memberikan akses pasar yang lebih besar bagi produk-produk ASEAN dan mendorong para investor Jepang untuk mengambil manfaat dari AFTA, AICO, dan AIA guna meningkatkan hubungan industri ASEAN-Jepang. Sampai sejauh mana hubungan strategis ASEAN-Jepang dapat berpengaruh bagi stabilitas dan kemakmuran kawasan? Arus Modal Masuk Pertemuan puncak ASEANJepang mempunyai makna bagi kepentingan domestik dan regional Jepang, khususnya ASEAN. Kepentingan domestik Jepang adalah melanjutkan program-program pembaruan struktural di bidang ekonomi pada tingkat regional. Jepang juga mendukung ASEAN dalam menyukseskan Komunitas ASEAN 2015 dan upaya ASEAN meningkatkan hubungan antar negara-negara ASEAN melalui pemeliharaan infrastruktur dan standardisasi sistem yang akan memperkuat integrasi ekonomi ASEAN. Dalam jangka pendek pertumbuhan di kawasan ASEAN masih akan positif. China berada dalam posisi yang stabil dan India mulai melemah. Prospek negara berkembang Asia yang terdiri atas Asia Tenggara, China, dan India tersebut, yang didukung oleh kenaikan permintaan domestik, pertumbuhan ekonominya bakal berkisar 6,9% selama periode 2014-2018. Tetapi, untuk mempertahankan pencapaian tersebut, negara berkembang Asia harus melakukan berbagai reformasi struktural agar mampu memanfaatkan arus modal masuk secara efektif dan mengantisipasi terjadinya pembalikan modal (Kensuke Tanaka, Head of The Asia Desk, OECD Development Centre). Tantangan Keamanan Seiring dengan makin meningkatnya postur ASEAN di tingkat global, kerja sama ASEAN-Jepang terus perlu ditingkatkan, diperkuat, dan diperdalam guna lebih dapat memainkan peran strategis menghadapi berbagai tantangan regional dan global. Hubungan damai dan peningkatan, baik melalui usaha-usaha kolektif negara anggota ASEAN maupun dalam hubungannya dengan Jepang selama empat dasawarsa mampu mengembangkan suatu identitas regional dalam hubungannya dengan negara-negara di Asia Timur. Dalam konteks hubungannya tersebut, ASEAN selalu mempromosikan gagasannya untuk menjadikan Asia Tenggara sebagai kawasan bebas, damai, dan netral (ZOPFAN). Dalam menghadapi masalah-masalah ekonomi, politik, dan keamanan internasional global, ASEAN juga mampu mengoordinasikan posisi secara bersama- sama seperti konflik di Timur Tengah, isu nuklir Iran dan Korea Utara, isu terorisme, serta isu-isu lainnya. Pengembangan keamanan dalam arti luas juga diimplementasikan dalam zona bebas senjata nuklir Asia Tenggara (SEANWFZ) dan perjanjian persahabatan dan kerja sama (TAC), forum regional ASEAN (ARF), konferensi tingkat tinggi Asia Timur (EAS), dan komunitas keamanan ASEAN (ASC). Di bidang keamanan penandatanganan TAC oleh Jepang pada Japan-ASEAN Commemorative Summit, Desember 2003 di Tokyo mempunyai nilai strategis bagi kawasan. Seperti China dan India yang telah lebih dahulu menandatangani TAC pada KTT Ke-9 ASEAN di Bali Oktober 2003, penandatanganan TAC oleh Jepang berarti Jepang harus mematuhi prinsip- prinsip yang tertuang dalam TAC. Keputusan Jepang menandatangani TAC mempunyai nilai historis bagi keberhasilan diplomasi Indonesia dan ASEAN dalam mencapai cita-cita kawasan Asia yang lebih stabil. Penandatanganan TAC oleh Jepang dapat dinilai sebagai pengakuan politik dan kepercayaan hubungan kedua belah pihak serta dukungan Jepang terhadap ASEAN atas peran utama di Forum Regional ASEAN (ARF). Penandatanganan ini juga dukungan Jepang terhadap Bali Concord II sebagai kebijakan untuk mencapai komunitas ASEAN berdasarkan kerja sama politik, ekonomi, dan sosial-budaya. Dengan hubungan ASEAN-Jepang yang semakin intensif, ASEAN diharapkan dapat melakukan peran regionalnya di kawasan. Lebih-lebih intensitas perseteruan antara Jepang-China akhir-akhir ini di Laut China Timur makin meningkat. Keberadaan Tokyo Vision sebagai kesepakatan baru ASEAN-Jepang dapat dijadikan peredam eskalasi konflik di kawasan. Kesepakatan ASEAN-Jepang mendukung pentingnya “kebebasan penerbangan lintas wilayah udara dan keamanan penerbangan sipil” dan harapannya bisa menjadi semacam “teguran” terhadap China, yang beberapa waktu lalu mengeluarkan kebijakan baru yang kontroversial yaitu tentang Kawasan Identifikasi Pertahanan Udara (ADIZ) di Laut China Timur yang ditentang banyak negara. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar