Senin, 18 Februari 2013

Hari Valentine


Hari Valentine
Cyrillus Harinowo Hadiwerdoyo Pengamat Ekonomi
SINDO, 18 Februari 2013


Tanggal 14 Februari lalu, yang merupakan Hari Valentine, saya menyaksikan pemandangan menarik. Di Toko Bunga Floe,yang terletak di Plaza Senayan Jakarta, orang antre dengan membawa beberapa tangkai bunga,menunggu petugas toko membuat karangan untuk bunga mereka.

Ada beberapa petugas yang dikerahkan sekaligus, layaknya loket di bank, masing-masing membantu para pelanggan mengubah beberapa tangkai bunga menjadi karangan bunga yang dikemas apik. Umumnya bunga tersebut dikemas menjadi buket tangan (hand bouquet) yang siap untuk disampaikan kepada orang yang mereka sayangi. Ketika menyaksikan kejadian tersebut, saya kebetulan bertemu dengan seorang rekan kerja yang sekarang pindah ke perusahaan lain.

Dia bercerita, sebelumnya dia sudah datang ke Toko Bunga Floe itu dan melihat antrean panjang.Oleh karena itu, kemudian dia memutuskan untuk pergi dulu dari tempat tersebut, makan siang sambil menunggu antrean selesai. Sewaktu kembali, teman saya mendapati antrean yang tetap atau bahkan lebih panjang dari sebelumnya. Padahal, stok bunga yang tersedia sudah semakin menipis. Oleh karena itu, dia buru-buru memilih bunga dan akhirnya masuk dalam antrean tersebut. 

Dari profil mereka yang antre, ternyata variasinya sangat lebar. Bukan hanya mereka yang berusia muda yang antre, banyak juga bapak-bapak yang ikut di dalamnya (termasuk teman saya tersebut). Bahkan beberapa dari wajah mereka, saya mendapatkan beberapa orang bule juga ikut antre menunggu bunga yang mereka pilih untuk dikerjakan para petugas. Saya yakin, pemandangan semacam ini juga terjadi di took bunga lainnya pada hariitu. 

Saya menduga, bahkan beberapa hari sebelumnya toko bunga tersebut menerima pesanan rangkaian bunga untuk dikirimkan ke rumah pelanggan. Dari pemandangan tersebut, saya berkesimpulan ternyata penyampaian bunga sebagai tanda kasih sudah cukup dalam masuk dalam lifestyle orang Indonesia. Hari Valentine yang sering dipandang sebagai budaya Barat, ternyata juga sudah pula masuk menjadi bagian dari “tradisi” baru bagi banyak orang Indonesia.

Pada akhirnya, hal ini memiliki kemiripan dengan masuknya budaya barat seperti minum kopi di gerai Starbucks dan Coffee Bean yang berasal dari negara Barat,maupun yang sekarang diadopsi oleh pengusaha Indonesia dalam bentuk gerai Excelso, JCo, maupun juga Kopi Luwak dan Kafe Bengawan Solo. Kita bahkan sudah melihat hal itu sebagai pemandangan yang sangat biasa jika dalam resepsi pernikahan banyak melihat puluhan rangkaian bunga papan ucapan selamat kepada mempelai. 

Di gedung-gedung yang menjadi favorit untuk pesta pernikahan, maupun di hotelhotel, rangkaian bunga papan tersebut akhirnya banyak menghiasi dinding dari sejak pintu masuk sampai dengan tempat parkir. Dan kalau kita perhatikan, jumlahnya semakin lama semakin banyak. Jika awalnya ucapan selamat dengan menggunakan bunga papan tersebut banyak menggunakan nama perusahaan,semakin lama semakin banyak pula ucapan selamat yang disampaikan oleh pribadi. 

Dengan melihat perkembangan tersebut, kesimpulan besar yang dapat kita saksikan adalah potensi industri bunga yang luar biasa. Berapa banyak tangkai bunga yang harus dipotong untuk memenuhi kebutuhan tersebut maupun yang harus diimpor dari luar negeri. Itulah sebabnya,dengan semakin berkembangnya kelas menengah Indonesia, bisnis pertanian bunga bisa dipastikan akan terus berkembang di tahun-tahun mendatang. 

Dalam suatu perbincangan dengan pemilik suatu perusahaan pertanian yang mengembangkan bunga di daerah Gadog, Jawa Barat, ternyata perusahaan tersebut banyak mengembangkan tanaman bunga krisan yang banyak dipesan dari luar negeri terutama Jepang. Kemampuan mereka untuk memenuhi pesanan tersebut secara rutin cukup mencengangkan saya. 

Untuk kebutuhan tersebut, mereka membangun rumah kaca (yang dibuat dari plastik) sebagaimana rumah kaca yang banyak berkembang di negara lain. Saya menyaksikan sendiri puluhan rumah kaca tersebut di dalamnya bermacam-macam jenis bunga yang ditanam, sebagian untuk mengisi pasar ekspor dan sebagian lagi untuk mengisi pasar di dalam negeri, seperti jaringan hotel maupun dikirim ke pasar bunga Rawa Belong. 

Ternyata pertanian bunga dengan menggunakan rumah kaca cukup banyak dikembangkan di daerah tersebut. Saya bahkan mendengar, bisnis pertanian bunga itu pun banyak dikembangkan di dataran tinggi lainnya di Pulau Jawa. Dengan melihat potensi yang sedemikian,pemerintah maupun perguruan tinggi juga perlu melihat prospek industri pertanian bunga tersebut termasuk dalam kurikulum yang mereka kembangkan di perguruan tinggi. 

Dengan demikian maka akan banyak kesempatan untuk memasuki bisnis pertanian bunga tersebut yang dapat dilakukan di dalam negeri dan tidak usah tergantung pada impor. Mengacu pada industri pertanian bunga di Belanda, kita dengan mudah dapat menyaksikan hal ini jika kita hendak mendarat di lapangan udara Schiphol, Amsterdam. 

Dari ketinggian, kita akan menyaksikan di tengah kegelapan (karena pesawat biasanya mendarat di Amsterdam sangat pagi) terdapat kotak-kotak raksasa berwarna kuning di sekitar bandara yang hendak kita darati. Kotak-kotak kuning tersebut adalah kawasan rumah kaca yang untuk menjaga temperatur menggunakan lampu yang berwarna kuning. Jadilah rumah kaca tersebut suatu pemandangan yang menakjubkan yang dapat kita saksikan sebelum pesawat mendarat. 

Dalam suatu artikel di Economist, pernah muncul suatu cerita, bisnis bunga dari Belanda tersebut sekarang ini melebar sampai Afrika. Negara seperti Kenya menjadi tempat pengembangan bunga mawar yang jika panen langsung dikirim dengan pesawat ke negeri Belanda. Dari tempat pelelangan bunga di Belanda tersebut, bunga dari Kenya akan dikirim ke seluruh dunia. Jadilah industri pertanian bunga di Belanda tersebut menjadi industri dengan omzet puluhan miliar dolar. 

Dari perbincangan saya dengan pengusaha bunga di Gadog tersebut, ternyata permintaan dari Belanda pun juga sudah mulai merambah Indonesia. Semoga para petani kita dapat meningkatkan kesejahteraan mereka, dengan memasuki industri pertanian yang bernilai tambah tinggi seperti industri pertanian bunga tersebut. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar