Selasa, 01 Maret 2016

Indonesia dan Asian Games 2018

Indonesia dan Asian Games 2018

Siswono Yudo Husodo ;   Ketua Yayasan Pendidikan Universitas Pancasila
                                                     KOMPAS, 29 Februari 2016

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Asian Games XVIII tahun 2018 di Jakarta dan Palembang sedang dipersiapkan pemerintah. Pembenahan dan pembangunan arena untuk pertandingan 37 cabang olahraga serta upacara pembukaan dan penutupan sedang dikerjakan.

Pemerintah menganggarkan Rp 500 miliar untuk merenovasi Kompleks Gelora Bung Karno, meliputi arena akuatik, tenis indoor, gedung Istora, lapangan panahan, dan Stadion Madya untuk pertandingan atletik. Total disiapkan Rp 10 triliun untuk menggelar Asian Games.

Presiden Jokowi pada 2018 nanti akan menjadi Presiden RI kedua yang membuka Asian Games setelah Bung Karno tahun 1962. Sejak 1951 sampai 2018, Asian Games diselenggarakan 18 kali dengan tuan rumah satu kali oleh Filipina (1954), Qatar (2006) dan Iran (1974); dua kali oleh India (1951,1982), Jepang (1958, 1994), Tiongkok (1990, 2010), dan Indonesia (1962, 2018); tiga kali oleh Korea Selatan (1986, 2002, 2014); dan  Thailand empat kali (1966, 1970, 1978, 1998). Adalah tepat untuk melihat kurun waktu antara penyelenggaraan dua Asian Games di Tanah Air sebagai sebuah ruang waktu reflektif.

Pesta olahraga sebesar Asian Games, seperti juga Olimpiade atau Piala Dunia Sepak Bola, selalu menjadikan negara tuan rumah sorotan internasional; kesempatan menunjukkan pada dunia, aneka keberhasilan dan kemajuan yang telah dicapainya dalam semua aspek peradaban.

Waktu Asian Games IV diselenggarakan di Jakarta 1962, Indonesia baru beranjak dari  negara jajahan ke negara merdeka yang modern. Berbagai fitur kota yang baru selesai dibangun mulai menyaingi bangunan peninggalan masa penjajahan dalam lanskap kota. Bangga menjadi bangsa merdeka yang menginspirasi banyak bangsa untuk membebaskan diri dari penjajahan, lapangan Ikada di depan Istana diganti nama menjadi Medan Merdeka dan di tengahnya dibangun Monumen Nasional yang di puncaknya ada api nan tak kunjung padam terbuat dari emas yang menunjukkan semangat bangsa ini. Ke arah selatan dibangun  bulevar 12 jalur membentang sampai Kebayoran, dilengkapi Jembatan Semanggi.

Di sekitar poros ini dibangun gedung Bank Indonesia berarsitektur tropis modern yang khas dan Hotel Indonesia, hotel bertingkat tinggi pertama di Indonesia, dengan tugu Selamat Datang di kolam bundar di seberangnya. Kompleks Olahraga Senayan dibangun berkelas olimpik lengkap dengan wisma atlet. Stadionnya, yang berukuran raksasa, dibangun kontraktor lokal dengan bantuan teknisi Rusia dengan atap temu gelang yang pada waktu itu terbesar di dunia. Juga sudah dibangun Masjid Istiqlal, masjid terbesar di dunia, sebelum Masjidil Haram dan Masjid Nabawi diperluas. Masjid ini arsiteknya F Silaban yang beragama Kristen; letaknya berdekatan dengan Gereja Katedral, menjadi simbol majunya budaya toleransi atas keberagaman di Indonesia.

Presiden Soekarno, seperti dikutip Harian Merdeka, 1 Maret 1962, menyatakan bahwa Asian Games adalah bagian dari nation building, guna meningkatkan kebanggaan  dan kepercayaan diri rakyat Indonesia sebagai bangsa yang merdeka, bahagia, dan terhormat. Dengan wajah baru ibu kota Jakarta tahun 1962, lompatan pencapaian teknologi konstruksi untuk membangun aneka bangunan baru, serta prestasi olahraga  yang diraih Indonesia di pesta tersebut dengan 11 emas, 12 perak,  28 perunggu, runner-up setelah Jepang yang juara umum, dengan Sarengat sebagai juara lomba lari 100 meter putra, tujuan Bung Karno menyelenggarakan Asian Games IV tercapai.

Ajang promosi

Asian Games XVIII 2018 diharapkan menjadi promosi yang baik bagi Indonesia yang sudah banyak mengalami perubahan sosial-ekonomi dari posisi 1962.  Menurut IMF, tahun 2018 PDB Indonesia akan mencapai 1,48 triliun dollar AS, urutan ke-16 dunia, bersanding dengan negara-negara maju G-20. Juga digolongkan dalam kelompok Emerging And Growth-Leading Economies (EAGLE) 10, yang terdiri dari BRIC (Brasil, Rusia, India, dan Tiongkok) plus Korea, Indonesia, Meksiko, Turki, Mesir, dan Taiwan. Dengan penduduk sekitar 266 juta orang, per kapitanya sekitar 4.197dollar AS,  meningkat sangat tinggi dari angka saat Asian Games 1962 yang 100 dollar AS.

Berkat gencarnya pembangunan infrastruktur di banyak wilayah oleh pemerintahan Presiden Jokowi, wajah Indonesia yang lebih maju akan hadir di 2018. Jakarta dan Palembang sebagai tempat perhelatan digelar akan memiliki fasilitas transportasi publik standar negara maju. Melengkapi ratusan gedung pencakar langit pusat bisnis, hotel, apartemen, dan pusat perbelanjaan serta jaringan jalan tol dalam kota, Jakarta akan memiliki jaringan subway MRT di pusat kota, serta 83,6 kilometer LRT yang menghubungkan wilayah suburban serta jaringan busway yang saling terintegrasi. Dengan biaya Rp 7,2 triliun, Palembang membangun 22,5 kilometer LRT yang akan membelah Kota Palembang dilengkapi 13 stasiun. Pada 2018, secara nasional banyak infrastruktur baru yang mulai beroperasi, seperti Bandara Kertajati Subang, jaringan Tol Trans-Jawa, Tol Bandar Lampung-Palembang, angkutan KA di Sulawesi, Kalimantan, dan Papua, dan sebagainya. 

Dari 1962 hingga 2018, wajah Asia juga berubah. Tahun 1962, negara Singapura belum ada; India, Malaysia, Tiongkok, dan Korea Selatan masih tergolong negara miskin, sama dengan Indonesia. Negara-negara Timur Tengah belum menikmati oil boom  yang mengantar mereka ke kelompok negara berpendapatan tinggi. Kemiskinan adalah wajah umum di seluruh Asia. Praktis hanya Jepang yang sejahtera dan modern. Namun, pada 2018, Asia telah mapan menjadi pusat ekonomi dunia. Dua dari lima negara dengan perekonomian terbesar dunia ada di Asia, yaitu Tiongkok dan Jepang. Sementara Eropa (Jerman), Amerika Utara (AS), dan Amerika Selatan (Brasil) masing-masing satu, serta tak ada dari Afrika.

Di tengah posisi Asia yang semakin strategis dalam percaturan ekonomi-politik dunia, posisi Indonesia di kalangan negara-negara kunci di Asia cenderung tertinggal. Dalam IMF outlook terbitan April 2015 disebutkan, PDB per kapita Indonesia di 2018 nanti 4.197 dollar AS, terpaut jauh dari Malaysia (13.630 dollar AS), Thailand (6.626 dollar AS), Singapura (61.835 dollar AS), dan Korea Selatan (33.753 dollar AS). Padahal, tahun 1962, praktis PDB per kapita negara-negara tersebut tidak terpaut banyak.

Pada masa lalu, negara seperti AS, Jerman, dan Jepang disusul Korea Selatan, Brasil, Tiongkok, dan India, untuk mencapai kemajuan ekonomi harus menguasai ilmu pengetahuan dan menghasilkan teknologi karya bangsa sendiri, menjadi produsen produk-produk teknologi mutakhir yang unggul. Indonesia melaju mencapai PDB per kapita sebagai negara berpendapatan menengah lebih karena kita memiliki penduduk yang banyak dan menjadikan Indonesia basis produksi industri dari perusahaan asing. Di tahun 2018 tersebut,  peran asing dalam perekonomian nasional juga meningkat.

Keluar dari ketertinggalan

Istilah made in Indonesia dan kampanye cinta produk dalam negeri memiliki pengertian semua yang dibuat di Indonesia, tak terkait nasionalitas proses produksi dan kepemilikannya. Mobil Toyota adalah made in Indonesia, begitu juga TV Samsung, meski Toyota merek asal Jepang dan Samsung merek asal Korea. Membeli barang-barang tadi bersama aktivitas menikmati ayam goreng Kentucky Fried Chicken, hamburger McDonald, dan kopi di Starbucks, tak disadari melibatkan penggunaan devisa. Nasionalitas ekonomi yang kabur juga menjalar ke proyek-proyek bersifat monumental. Jembatan penghubung Jawa dan Madura, Suramadu, sepanjang 5.438 meter, terpanjang di Indonesia saat ini, yang secara teknis sesungguhnya sudah dapat dikerjakan kontraktor nasional,  sudah dibangun Tiongkok dari Agustus 2003 hingga Juni 2009.

Kita juga mendengar pemrakarsa Jembatan Selat Sunda sepanjang 31 kilometer berniat menggandeng perusahaan Tiongkok sebagai pelaksana. Menurut hemat saya, semua hal yang bersifat monumental sebaiknya didesain dan dikerjakan perusahaan nasional. Monumen adalah simbol peradaban, penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan manajemen; simbol tatanan masyarakat yang maju, tertib, dan beradab. Nenek moyang kita 1.200 tahun lalu membuat Candi Borobudur yang di bidang bangunan  merupakan state of the art dari zamannya. Apakah kebanggaan kita pada Monas akan sama seandainya monumen itu dulu dibangun asing? Kereta api kita sepatutnya dimodernisasi, tetapi marilah kita lakukan dengan semangat make by ourself, dengan technical  assistance dari ahli-ahli internasional di bidang ini, seperti  Pindad menghasilkan Panser Anoa. PAL menghasilkan kapal perang dan PT Dirgantara Indonesia menghasilkan N-219, karena semangat dan tekad itulah yang telah mengantar kemajuan India, Brasil, dan Tiongkok sampai mampu membuat kereta supercepatnya sendiri walau waktu itu  juga belum pernah membuatnya. Di 2008, Tiongkok belajar membuat KA supercepat dari Beijing-Tianjin menggunakan teknologi Bombardier dari Kanada berkecepatan 320 kilometer per jam dan sekarang kereta tercepat dunia ada di Tiongkok (Shanghai-Airport, teknologi maglev dari Jerman, 350 kilometer per jam), Tiongkok juga memiliki jalur kereta supercepat yang terbanyak di dunia.

Peningkatan pendapatan per kapita tak bisa dicapai tanpa inovasi di banyak sektor.  Bank Dunia melaporkan, saat ini tujuh dari 10 produk ekspor utama Indonesia bahan mentah. Indonesia berpopulasi nyaris separuh ASEAN, tetapi hanya menyumbang 15 persen ekspor manufaktur kawasan ini. Thailand hanya 15 persen populasi ASEAN, tetapi menghasilkan 34 persen ekspor manufaktur ASEAN.

Peningkatan kesejahteraan juga banyak bergantung besarnya kegiatan ekonomi yang dilakukan warga sendiri, seperti di negara maju. Pada Asian Games IV tahun 1962, Presiden Soekarno baru saja menasionalisasi perkebunan-perkebunan milik asing. Saat Asian Games XVIII tahun 2018, banyak perkebunan milik pengusaha nasional dibeli asing. Kepemilikan asing di perkebunan sawit sekitar 2 juta hektar. Nasionalisasi aset asing tak bisa dibenarkan karena  melanggar hukum internasional, tetapi semangatnya untuk memperbesar porsi nasional dalam kegiatan ekonomi melalui cara-cara sesuai ketentuan hukum internasional perlu dijalankan. Kenyataan juga menunjukkan, Alfamart sudah dikuasai Carrefour dan Aqua 75 persen dimiliki Danone, keduanya dari Perancis; Teh Sariwangi dimiliki Unilever dari Inggris; susu SGM 82 persen dikuasai Numico, Belanda. Rokok Sampoerna 97 persen dijual ke Philip Morris, AS; Supermarket Hero sudah milik Dairy Farm International, Malaysia; Bank BCA, Bank Niaga, Bank Danamon,  Bank BII sudah milik asing. Semen Tiga Roda, 61,70 persen milik Heidelberg Jerman; Semen Gresik milik Cemex Mexico; Semen Cibinong milik Holchim Swiss. Kondisi ini banyak yang menyatakan Indonesia sudah lebih maju karena lebih terbuka.  Porsi kepemilikan asing sepatutnyalah dibatasi.

Menjadi tuan rumah Asian Games perlu  kita jadikan momentum keluar dari ketertinggalan karena kita negara berwilayah darat terluas keempat di Asia, sesudah Tiongkok, India, dan Arab Saudi, dengan lautan terluas di Asia, berpenduduk terbanyak ketiga di Asia setelah Tiongkok dan India. Kita harus mencapai apa yang layak untuk sebuah bangsa besar, juga di bidang olahraga, karena  pencapaian prestasi olahraga suatu negara bangsa menunjukkan tingkat perhatian pada upaya peningkatan kualitas SDM.

Kerja keras untuk keberhasilan Asian Games XVIII tahun 2018 sangat diperlukan mengingat ketertinggalan kita di bidang olahraga yang dalam beberapa Asian Games terakhir selalu di bawah prestasi Thailand. Padahal, pada 1962, Thailand belum masuk hitungan dan kita di atas Tiongkok dan Korea Selatan yang  dalam dua Olimpiade terakhir selalu masuk 10 besar pengumpul medali; sementara sepak bola, olahraga terpopuler di Nusantara, perlu segera dipimpin orang yang terpercaya yang tak terkait banyak peristiwa memalukan, seperti sepak bola gajah, pengaturan skor, mafia judi bola, dan prestasi rendah. Selamat bekerja dan berusaha untuk pemerintah, olahragawan nasional yang terpilih tampil di Asian Games 2018 dan masyarakat luas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar