Selasa, 04 November 2014

Nasib PPP di Tangan Jokowi

Nasib PPP di Tangan Jokowi

Ardi Winangun  ;  Pengamat Politik; Tinggal di Matraman, Jakarta Timur
DETIKNEWS, 22 Oktober 2014
                                                
                                                                                                                       


Puncak konflik di tubuh PPP sepertinya semakin memanas. Meski islah terus dilakukan namun perpecahan terus terjadi. Konflik yang selalu mendera partai itu sebab perbedaan kepentingan dan orientasi politik anggotanya.

Pasca diselenggarakannya Muktamar PPP kubu Romahurmuziy, konflik di tubuh partai berlambang Kabah itu sepertinya belum akan selesai. Pastinya kubu Suryadharma Ali akan melakukan perlawanan. Masing-masing kubu akan terus bergerilya agar kubunya disebut sebagai kubu yang paling sah.

Pasca kekalahan Prabowo Subianto dalam pemilu presiden dan tak terakomodasinya PPP oleh Koalisi Merah Putih dalam pimpinan DPR dan MPR, membuat partai itu seperti ayam kehilangan induknya. Bingung mencari induk yang bisa memberi jatah kursi kekuasaan dan kesejahteraan kepada PPP.

Dalam posisi yang demikian maka berlabuh kepada kekuasaan Jokowi yang dirasa sebagai jalan yang paling tepat daripada berada di Koalisi Merah Putih namun tidak mendapat apa-apa. Bila berlabuh ke Jokowi pastinya partai itu akan mendapat kursi menteri, dari sinilah eksistensi partai itu secara kelembagaan dan finansial akan terjamin.

Tak heran bila selepas Muktamar PPP di Surabaya, ketua umum terpilih, Romahurmuziy langsung menghadap ke Jokowi. Hal demikian, sebenarnya, secara politik sangat memalukan sebab betapa hebatnya Jokowi sehingga PPP yang memiliki sejarah besar sampai melaporkan masalah kepada Jokowi. Emang Jokowi dewan pembina, sesepuh, atau ketua majelis syariah yang setara dengan KH Maimoen Zubair?

Langkah Romahurmuziy itu mengingatkan kita pada masa Orde Baru, di mana setiap ada masalah di tubuh partai misalnya konflik internal, biasanya mereka mengadukan masalah itu kepada pemerintah dan yang menghadap pemerintah yang mendapat restu atau dukungan. Langkah yang memalukan itu bagi Romahurmuziy bisa jadi tak apa-apa sebab dengan cara itulah PPP kubunya akan diakui oleh pemerintah. Dengan bergabung dengan Jokowi maka PPP kubunya yang akan diakui, didukung, dan disokong oleh pemerintah. Dukungan dari pemerintah itu pastinya juga berupa dukungan dana.

Jalan merapat ke Jokowi untuk menyelamatkan PPP, rupanya juga diakui oleh kubu lainnya, kubu Suryadharma Ali. Buktinya, Surya datang dalam pelantikan Jokowi sebagai presiden pada 20 Oktober 2014. Pikiran Surya sepertinya sama dengan pikiran Romahurmuziy bahwa dengan merapat ke Jokowi maka PPP akan mendapat bagian dari kekuasaan dan dari sinilah maka hidup partai bisa tertolong.

Tak terakomodasinya PPP dalam kekuasaan yang dibangun Koalisi Merah Putih di DPR dan MPR ditambah dengan adanya perpecahan, hal demikian sangat menguntungkan Jokowi. Dengan faktor yang demikian membuat Jokowi tak perlu mengharap PPP merapat kepada dirinya, justru PPP-lah yang merapat kepada Jokowi agar mendapat legitimasi.

Pastinya Jokowi senang bila PPP merapat kepadanya sebab dengan merapatnya PPP maka kekuatan Koalisi Indonesia Hebat yang terdiri dari PDIP, Nasdem, Hanura, dan PKB, akan bertambah kekuatannya. Dengan merapatnya PPP ke Jokowi maka kekuatan Koalisi Merah Putih yang sangat solid dan mempunyai jumlah kursi yang signifikan akan menjadi melemah.

Jokowi pastinya akan memberi kursi kepada PPP bila mereka mau merapat namun Jokowi pastinya akan memilih kubu PPP yang loyal kepadanya. Loyal di sini adalah siap mendukung kebijakan-kebijakan Jokowi. Mendukung kebijakan Jokowi di DPR bersama partai yang terhimpun dalam Koalisi Indonesia Hebat di parlemen.

Syarat loyal pada Jokowi bila mendapat kursi tentu bagi kubu-kubu yang ada di PPP bukan suatu hal yang sulit. Politik saat ini lebih cenderung mengedepankan pragmatis daripada idealis. Baik kubu Romahurmuziy maupun Suryadharma Ali, demi kekuasaan dan terus memegang kendali partai, pastinya akan memilih jalan yang pragmatis dengan merapat ke Jokowi. Tinggal sekarang Jokowi memilih PPP yang mana?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar