Minggu, 01 Desember 2013

Menjelang Puncak Otonomi Awards XII Nanti Malam

Menjelang Puncak Otonomi Awards XII Nanti Malam
Rohman Budijanto  ;   Direktur eksekutif JPIP
JAWA POS,  30 November 2013
  


SELALU ada kegairahan baru meneliti 38 kabupaten dan kota di Jawa Timur. Dinamika kompetisi daerah terekam dalam penilaian setiap Otonomi Awards (OA) sejak 12 tahun yang lalu. Sangat terasa dinamika itu pada malam-malam pleno peneliti untuk pemeringkatan daerah di hari-hari menjelang puncak OA malam ini. Seru dan ketat. 

Siapa yang naik panggung? Itu semua dalam amplop pemenang yang akan dibuka oleh pembawa acara OA di JX International Surabaya nanti malam. Yang perlu digarisbawahi: ada sedikit kemunduran atau stagnasi meskipun yang dominan tetap aneka inovasi yang bermekaran. 

Kegairahan tinggi dirasakan dalam inovasi layanan kesehatan. Kami sampai pusing menentukan ranking-nya. Skor antardaerah kian berimpit di level tinggi. Daerah kian peduli dengan kesehatan rakyatnya. Baik kota maupun kabupaten, semua merasa malu kalau tidak membuat rakyatnya kian sehat. 

Di bidang ekonomi juga begitu. Kota dan kabupaten juga kian bergairah menggaet investor. Baik yang sudah menjadi wilayah industri maupun wilayah agraris, beberapa daerah sangat bersemangat menghamparkan karpet merah untuk investor. Memang kegairahannya tidak semerata inovasi kesehatan karena di titik-titik tertentu ada yang lebih mencuat. 

Bagaimana pemerataan? Bermekaran inovasi untuk memeratakan kesempatan ekonomi warga yang berada jauh dari pusat kota atau kabupaten. Beberapa wilayah terlihat menonjol, tetapi wilayah lain tetap tidak bisa diremehkan. Maraknya inovasi bidang pemerataan ini bisa berkontribusi pada membaiknya indeks Gini alias makin berkurangnya kesenjangan. 

Untuk pemberdayaan ekonomi, kian jamak wilayah yang melibatkan perempuan. Meskipun, tentu saja, tidak melupakan peran kaum lelaki. Ada yang menggabungkan kekuatan keduanya. 

Di bidang lingkungan dan sanitasi, setelah beberapa tahun berikhtiar dan berinovasi, banyak wilayah yang mapan. Secara standar, banyak daerah sudah tidak punya isu serius untuk problem-problem kesehatan dasar. Namun, dari pendalaman tim peneliti JPIP, tetap ada yang melanjutkan inovasi secara elegan. Beberapa daerah bersaing ketat untuk menyehatkan lingkungan ini karena langsung dirasakan rakyat. 

Bidang pendidikan tetap menjadi primadona inovasi. Penggelontoran anggaran yang besar mendorong dibuatnya terobosan untuk kian meningkatkan pemeratan dan mutu pendidikan. Selain memprioritaskan pembangunan fasilitas-fasilitas yang kian memadai, banyak yang secara sadar membangun peningkatan soft skill di antara pelaku pendidikan.

Inovasi di bidang politik lokal tetap memunculkan beberapa item yang menonjol. Meski banyak daerah yang landai di bidang ini, kalau diteliti lebih dalam, sebenarnya beberapa tetap menunjukkan ikhtiar makin meningkatkan kualitas interaksi dengan publik. Tidak hanya lancar, tetapi solutif. 

Secara keseluruhan, gairah berinovasi makin menyala. Kalau ada kesan stagnan di beberapa bidang, sebabnya daerah merasa sudah lolos dari persoalan dasar. Mereka tinggal menjalankannya secara rutin. Ada juga daerah yang terkesan tidak berdaya mengingat luasnya masalah, tetapi itu sangat sedikit. 

Durasi dan rotasi kepemimpinan memang memengaruhi fluktuasi ini. Namun, wilayah yang sudah melembagakan inovasi dengan peraturan mengikat, terutama peraturan daerah (perda), akan tetap bisa menunjukkan semangatnya. Keterjagaan ini kian kuat apabila inovasi daerah ini diprovinsikan atau dinasionalkan. 

Setelah membaca selayang pandang, sembari sesekali menukik untuk meneliti detail data, bisa dicatat, ternyata daerah tetap dan makin getol berinovasi. Dari survei publik, yakni menanyai rakyatnya, dampak inovasi-inovasi ini sangat terasakan langsung. Kehidupan terasa lebih baik dengan menerobos kejumudan. Para pemimpin daerah juga terasa terpacu ketika melihat daerah lain berbuat untuk memperkuat daerahnya atau melayani rakyat lebih baik. Keyakinan kami bahwa "tidak ada kemajuan tanpa kompetisi" masih relevan setelah melampaui satu dekade JPIP menjadi penyemangat dan mitra kritis pelaksanaan otoda. 

Kampanye negatif dari Jakarta kepada daerah kadang memang membuat daerah bertanya-tanya. Apalagi yang disuarakan oleh pusat, termasuk oleh Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Kemendagri, kerap berupa berlembar-lembar catatan dosa. Entah kasus korupsi kepala daerahlah. Atau kerusuhan pilkadalah. Atau borosnya anggaranlah. Meski diiringi "lagu parau" yang terus berdenging itu, syukurlah, inovasi daerah terus terpacu. 

Setelah 13 tahun otoda, banyak indikator yang menunjukkan kemajuan signifikan dan tidak terbantah, termasuk indeks pembangunan manusia atau IPM (Wawan Sobari, Evaluasi Serampangan Otoda, Jawa Pos, 27 November 2013). Otoda yang tetap tegap melangkah meski ada nafsu meresentralisasi dengan berbagai bullying opini. 

Daerah di mana pun di Indonesia, setidak-tidaknya di wilayah yang dipantau JPIP (Jatim, Sulsel, Kaltim, Kalbar, Kalsel, NTT, NTB, Papua, Bali, serta wilayah lain), terus berinovasi dengan cerdik menyiasati keterbatasan. Panggung Otonomi Awards XII 2013 Jatim malam ini bisa jadi contoh tampilnya para champion. Dan, Indonesia menuju champion sangat bisa diupayakan dari daerah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar