Sabtu, 17 November 2012

Palestina Pascapemilu AS


Palestina Pascapemilu AS
Abdillah Toha ;   Pemerhati Luar Negeri
REPUBLIKA, 16 November 2012

Walau Perdana Menteri Israel Netanyahu mengucapkan selamat atas terpilihnya Obama, tidak bisa dibantah bahwa dia sebenarnya pendukung Romney dalam pemilu presiden Amerika baru-baru ini. Pemilik koran partai Likud Israel Hayom (Israel Kini), Sheldon Edelson, yang juga seorang pengusaha miliarder dan kawan dekat Netanyahu secara terang-terangan memberikan dukungan keuangan kepada kandidat Romney. 

Di beberapa negara bagian yang suaranya dianggap menentukan, bahkan ada iklan lobi Israel yang mendukung Romney berupa debat imaginer antara Netanyahu dan Obama yang ditayangkan secara di luar konteks. Sampai batas tertentu propaganda Israel ini berhasil merayu warga Yahudi Amerika. Suara Yahudi yang secara tradisional mendukung Demokrat merosot dari 78 persen pada 2008 menjadi 70 persen kali ini.

Dukungan Yahudi Amerika kepada calon Republik meningkat dari 21 persen ke 30 persen. Netanyahu sendiri yang dibesarkan di Amerika adalah kawan dekat Romney. Kemenangan Obama kemudian disambut kecut di Israel, padahal hampir seluruh bagian dunia lain menyambutnya dengan lega.

Inilah barangkali kekalahan pertama AIPAC, organisasi lobi Yahudi terbesar di Amerika yang sangat ditakuti oleh politisi Amerika. Kasus ini kemudian menjadi isu politik di Israel menjelang pemilu di sana yang akan dilaksanakan pada 22 Januari mendatang. Partai-partai penentang Netanyahu menyalahkan perdana menteri yang makin memperburuk hubungan dengan Amerika yang memang sudah tidak hangat sejak Netanyahu beberapa kali `berkonfrontasi' dengan Obama. 

Obama dan Netanyahu beberapa kali berbeda sengit soal pembangunan permukiman Israel di Tepi Barat dan Jerusalam Timur. Ketika Obama pada Mei 2011 menyarankan penyelesaian konflik Israel Palestina berdasarkan garis perbatasan 1967, Netanyahu naik pitam dan menguliahi Obama di Gedung Putih tentang ketidaksetujuannya.

Menjelang pemilu Amerika, Netanyahu yang berambisi menyerang Iran, terus menekan Obama dengan mengatakan bahwa mereka yang tidak sepakat menarik `garis merah' (batas toleransi terhadap Iran) atas program nuklir Iran, tidak punya hak moral untuk menghalangi Israel menggunakan kekuatan bersenjatanya terhadap Iran. Bagaimana dengan reaksi Palestina?

Lega Tanpa Jaminan

Bagi para pejuang Palestina, Obama adalah pilihan terbaik dari yang buruk.
Romney yang beberapa kali membuat pernyataan yang tidak menguntungkan Palestina dan berjanji akan melakukan kunjungan ke Israel sebagai kunjungan pertamanya ke luar negeri bila terpilih, jelas bukan preferensi Palestina.

Palestina cukup lega dengan terpilihnya kembali Obama. Namun demikian, apakah ada jaminan bahwa Obama yang pada pemerintahan periode pertamanya tidak menunjukkan kiprah nyata sesuai janjinya untuk menyelesaikan masalah Palestina dengan adil, akan berubah pada periode kedua pemeritahannya? Sulit untuk diharapkan. Mengapa?

Pertama, prioritas Obama lebih pada menyelesaikan permasalahan ekonomi dalam negeri yang semakin gawat. Dalam jangka pendek ia sedang dihadapkan pada masalah `jurang fiskal\' dan untuk mengatasinya harus berhadapan dengan Majelis Rendah Kongres yang tidak bersahabat. Permasalahan berikutnya yang lebih berjangka menengah dan pan jang masih soal ekonomi yang menyangkut pengangguran, defisit ang garan, utang negara, dampak krisis Eropa, hubungan dengan Cina, masalah energi, masalah lingkungan, dan lainnya yang saling bertautan dan akan menyita perhatiannya.

Kedua, hubungan luar negeri yang tidak pernah menjadi isu penting dalam pemilu, kali ini akan dipusatkan pada kelanjutan penarikan pasukan dari Irak dan Afghanistan, masalah terorisme internasional, kerja sama ekonomi Asia Pasifik beserta penguatan armada untuk mengimbangi Cina, serta pada waktu yang sama perampingan anggaran belanja militer. Bagi Amerika, masalah yang lebih mendesak di Timur Tengah saat ini adalah pergolakan di Suriah dan masalah program nuklir Iran.

Ketiga, sampai saat ini, siapa pun yang memegang kendali pemerintahan di Amerika masih menganggap Israel sebagai sekutu Amerika terpenting di Timur Tengah. Walau Obama terkesan lebih kritis terhadap beberapa kebijakan Israel terutama yang menyangkut masalah permukiman, dari sudut pandang Amerika, eksistensi dan keamanan Israel bukan merupakan bagian yang bisa ditawar. Ini terbukti dari dukungan Amerika terhadap serangan Israel baru-baru ini ke Gaza dan serangan-serangan militer Israel sejenis sebelum ini dengan dalih Israel berhak membela diri dari serangan musuh.

Keempat, tidaklah selalu benar bila ada yang mengatakan bahwa pada periode dua, Obama akan lebih bebas dan berani mengambil keputusan karena sudah tidak akan maju lagi dalam pemilu presiden mendatang. Dari catatan sejarah kepresidenan Amerika, justru banyak kegagalan dialami oleh presiden Amerika pada periode keduanya. 

Lagi pula, walau tidak akan maju lagi, sebagai presiden yang mewakili sebuah partai, presiden petahana punya kepentingan agar penggantinya tetap dari partai yang sama. Dengan begitu, keputusan kebijakan akan selalu memperhatikan dampak politik jangka pendek terhadap konstituen.

Dari apa yang diuraikan di atas, tampaknya tidaklah tepat untuk mengharap terlalu banyak pada penyelesaian masalah Palestina di tangan Obama pada periode keduanya. Bagi Israel, Ame rika tetap merupakan pelindung utamanya. Bagi Palestina, bila ingin ada kemajuan untuk menggapai cita-cita kemerdekaannya, harus ada grand strategy baru dengan keluar dari kung- kungan ketergantungan kepada Amerika. 

Upaya pengakuan Majelis Umum PBB atas negara Palestina dengan batas- batas 1967 harus diteruskan walau dihalangi oleh Amerika dan kawan-kawan. Pendekatan pada kekuatan- kekuatan dunia baru, seperti Cina, Rusia, India, Brasil, dan Afrika Selatan harus diintensifkan.

Dukungan lebih konkret dari kekuatan politik progresif baru di Timur Tengah pasca-Arab Spring harus dikukuhkan. Dengan demikian, Amerika akan makin tersadarkan bahwa mendukung terus Israel tanpa reserve tidak akan menguntungkan kepentingan nasional jangka panjang mereka. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar