Sabtu, 24 November 2012

Menolong Palestina via Khotbah Jumat


Menolong Palestina via Khotbah Jumat
M Anwar Djaelani ;  Alumnus Pascasarjana Unair, Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Lukman Al-Hakim (STAIL) Pesantren Hidayatullah Surabaya
JAWA POS, 23 November 2012


JIKA kita cermati, isi khotbah Jumat di banyak masjid selama ini relatif kurang memadai. Setidaknya, menurut saya, sebagian besar khotbah itu kerap tak menyentuh secara langsung masalah-masalah aktual. Tema iman dan takwa sering disampaikan secara "apa adanya", tanpa dibawa ke persoalan-persoalan kekinian. Ini sangat disayangkan, sebab peluang untuk memperkukuh kualitas umat Islam (dalam arti luas) menjadi berkurang.
Aktualitas Khotbah 

Banyak khotbah Jumat yang tidak "nyambung" secara langsung dengan apa yang sedang atau baru saja terjadi di sekitar kita. Adapun yang dimaksud "sekitar kita" bisa dalam level kampung tempat masjid itu berada, level kota, level regional, level nasional, atau bahkan level dunia.

Seperti apa tema khotbah yang "nyambung" itu? Hemat saya, mulai Jumat 16 November lalu, di antara tema khotbah Jumat yang layak disampaikan adalah yang terkait dengan Palestina yang kembali dizalimi Israel. Ini tak lain karena sejak 14 November tindakan barbar Israel kepada Palestina kembali dipertontonkan.

Umat Islam (baca: jamaah masjid) patut segera mendapat penjelasan tentang apa yang terjadi di Palestina serta bagaimana perspektif Islam tentang ini. Misalnya, "siapa" Palestina dan nilai penting Masjid Al-Aqsha yang ada di wilayah itu. Jelaskan pula "siapa" Israel dan sejarah panjangnya yang suka melampaui batas.

Sampaikan bahwa "Israel Semakin Brutal" seperti judul yang ditulis 
www.gatra.com pada 21 Nov. Israel tak segan-segan menggunakan senjata terlarang. Kebengisan Israel adalah menjadikan sipil sebagai sasaran serangan. Banyak bayi, anak-anak, wanita, dan manula yang telah menjadi korban. Korban yang telah jatuh-saat tulisan ini dibuat-telah mencapai 143 orang dan 1.160 terluka (www.hidayatullah.com 22 November). Penargetan Israel terhadap anak-anak dan perempuan merupakan pelanggaran mencolok dalam hukum internasional. 

Ungkap bahwa atas kebiadabannya itu masyarakat internasional ramai-ramai mengecam dan mengutuk Israel. Demonstrasi menentang Israel berlangsung di berbagai tempat. Aktivitas itu tidak hanya di negara-negara yang mayoritas berpenduduk muslim seperti di Tunisia, Yaman, Mesir, Aljazair, dan Indonesia, tapi juga di Australia, Italia, Korea Selatan, Spanyol, dan lain-lain. 

Seorang warga Korea Selatan, misalnya, ikut berdemonstrasi di luar Kedutaan Besar Israel di Seoul. Sementara, Sylvia Hale -mantan anggota parlemen dari Partai Hijau di Australia- saat berdemonstrasi di Sydney berseru: "Israel tengah menerapkan kebijakan yang membantai banyak orang di Gaza." Bahkan, sebagian publik di Amerika Serikat pun menyuarakan simpati yang sama. Saat pemerintahnya menyatakan dukungan kepada Israel, tidak sedikit warga yang mengecam aksi Israel itu. Di New York, pada 18 November, sekitar 500 orang memprotes jatuhnya banyak korban di kalangan warga Palestina. Bahkan, ada pemuka Yahudi yang turut mengecam aksi Israel. Koran The New York Times mengabarkan bahwa Yisroel Dovid Weiss, seorang rabi yang sejak lama pro-Palestina, menyatakan simpati pula. 

Sebagai tambahan ilustrasi, boleh kita kutip puisi Taufiq Ismail yang berjudul "Palestina, Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu". Meskipun dibuat pada 1989, isi puisi itu masih relevan untuk kita jadikan media renungan dalam usaha berintrospeksi atas peran apa yang telah kita lakukan untuk membantu Palestina.

... Aku pun berseru pada khatib dan imam shalat Jumat sedunia:/ doakan kolektif dengan kuat seluruh dan setiap pejuang yang menapak jalan-Nya,/ yang ditembaki dan kini dalam penjara,/ lalu dengan kukuh kita bacalah 'laquwwatta illa bi-Llah!'/ 

Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu/ Tanahku jauh, bila diukur kilometer, beribu-ribu/ Tapi azan Masjidil Aqsha yang merdu/ Serasa terdengar di telingaku./ 

Membaca puisi Taufiq Ismail di atas akan semakin mudah kita resapi jika pada saat yang sama kita renungkan tiga sabda Nabi SAW ini: "Perumpamaan mukmin dalam hal saling mencintai dan berkasih sayang adalah ibarat satu tubuh. Apabila satu bagian merasa sakit, seluruh tubuhnya turut merasakan hal yang sama" (HR Muslim). "Seorang mukmin dengan mukmin lain ibarat bangunan, satu sama lain saling menguatkan" (HR Bukhari-Muslim). "Barangsiapa menghilangkan kesusahan seorang muslim, niscaya Allah akan menghilangkan satu kesusahannya di hari kiamat. Barang siapa menutup aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutup aibnya di hari kiamat. Allah selalu menolong seorang hamba selama dia menolong saudaranya" (HR Muslim).

Uraian ringkas di atas sekadar contoh bahwa khotbah Jumat yang baik harus mampu mengangkat tema-tema aktual agar pengetahuan jamaah terbarui terus-menerus. Harapannya, mereka yang mendengar khotbah itu akan memiliki cara pandang yang benar tentang suatu hal. Nanti setelah keluar dari masjid, diharapkan jamaah bisa "menularkan" pengetahuan itu kepada umat Islam lain yang sekiranya belum mendapatkan "materi" itu.

Beri Tema ke Khotib 

Agar keadaan ideal seperti di atas -yaitu khotbah Jumat berkualitas karena mengupas hal-hal yang aktual-dapat terwujud, langkah-langkah sederhana berikut dapat dipertimbangkan. Pertama, takmir masjid jangan membuat daftar khatib plus temanya untuk setahun yang akan datang. Takmir masjid hendaknya memberikan tema kepada khotib sekitar Rabu (dua hari sebelum Jumat). Tentu saja, sebelumnya takmir mengadakan rapat kecil setelah mengikuti perkembangan keadaan lewat, misalnya, koran, majalah, televisi, internet, dan lain-lain. Dengan cara ini, banyak keuntungan yang didapat. Takmir masjid dan khatib akan rajin membaca (dalam arti luas). 

Kedua, agar ide di atas dapat berjalan lebih bagus, lembaga-lembaga seperti MUI, NU, dan Muhammadiyah dapat mengeluarkan "panduan" tentang tema khotbah Jumat yang layak diangkat. 

Mari, kita bantu Palestina, antara lain, lewat khotbah Jumat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar