Pendidikan
Perempuan dan Masa Depan Bangsa
Sri Mulyani Indrawati; Menteri Keuangan RI
Retno LP Marsudi; Menteri Luar Negeri RI
|
TEMPO.CO,
02 November
2017
Pada 1978, kami berdua memulai
pendidikan di Sekolah Menengah Atas 3 dan 4 di Semarang. Sekolah kami
kemudian melebur menjadi SMA Negeri 3 Semarang, yang terletak di Jalan
Pemuda, jalan utama di jantung Kota Semarang, dengan bangunan anggun bergaya
kolonial. Bangunan berwibawa tersebut memang mencerminkan reputasi sekolah
tersebut saat itu, yang terkenal dengan kedisplinannya yang sangat tinggi.
Di sekolah kami, semua murid
laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan sama untuk belajar dan
berprestasi. Ini sebuah kesempatan yang pada masa R.A. Kartini muskil
diperoleh. Fasilitas sekolah dilengkapi laboratorium kimia, fisika, dan
biologi serta laboratorium bahasa yang luar biasa bagus. Kami beruntung
menikmati kualitas sekolah dan proses belajar yang termasuk terbaik di
Indonesia. Tidak hanya belajar di kelas, kami juga sangat menikmati kegiatan
ekstrakurikuler olahraga, seperti menjadi anggota tim basket dan voli atau
karate, paduan suara, dan pasukan pengibar bendera, bahkan Sri Mulyani pernah
menjadi Ketua Organisasi Siswa Intra-Sekolah (OSIS).
Hampir 40 tahun kemudian tentu
kami tidak menyangka akan bertemu dan bekerja sama dalam tim kabinet Presiden
Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Jika satu sekolah bisa
menghasilkan Menteri Keuangan perempuan pertama dan Menteri Luar Negeri
perempuan pertama di republik ini, sekolah itu dan segenap proses
pendidikannya patut diberi acungan jempol. Selain kami berdua, banyak teman
alumnus SMA tersebut yang berprestasi.
Selain dukungan dari orang tua,
harus diakui bahwa peran para pendidik, termasuk kepala sekolah, sangat
penting dalam membentuk karakter dan kepercayaan diri untuk terus maju dalam
kehidupan anak didik selanjutnya. Mereka memberi atensi dan motivasi kepada
setiap anak didik dan menganggap setiap individu merupakan benih yang punya
potensi untuk tumbuh jika disirami ilmu, kegiatan organisasi, dan pembentukan
nilai-nilai luhur Indonesia. Mereka senantiasa mengingatkan kami bahwa murid
laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk meraih bintang.
Karena jumlah saudara kandung
kami yang cukup banyak, orang tua kami hanya mampu menyekolahkan kami di
sekolah negeri. Tapi mereka mendorong kami agar dapat diterima di sekolah
negeri terbaik dan memacu kami untuk mencapai prestasi terbaik. Selain
kegiatan akademis, kami aktif dalam berbagai kegiatan organisasi sekolah yang
cukup mengasah kemampuan soft skill kami dalam berinteraksi dan bekerja sama
dalam satu tim untuk mencapai tujuan kolektif. Setelah tiga tahun di SMA,
kami berdua pun lulus dengan peringkat terbaik dan meneruskan mimpi kami ke
jenjang pendidikan tinggi pilihan masing-masing.
Saat ini, pemerintah cukup
memberikan perhatian yang besar kepada pembangunan manusia. Pengalokasian
anggaran pendidikan secara konsisten mencapai 20 persen dari dana total Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara atau sekitar Rp 440 triliun. Partisipasi
perempuan dalam pendidikan cukup baik dengan rasio 1 banding 1 antara jumlah
laki-laki dan perempuan. Penduduk Indonesia saat ini mencapai sekitar 260
juta jiwa dengan proporsi perempuan mencapai setengahnya. Potensi ekonomi
mereka luar biasa dan peran strategis mereka dalam keluarga sangat penting.
Kini 45 persen tenaga kerja
Indonesia bekerja di sektor usaha kecil dan menengah (UKM). Pertumbuhan UKM
yang dijalankan perempuan cukup besar, yaitu lebih dari 50 persen. Jadi,
meskipun partisipasi perempuan sebagai tenaga kerja di sektor formal hanya
mencapai 32 persen, kontribusi mereka dalam menciptakan lapangan kerja
melalui UKM cukup signifikan.
Belum lama ini, Laporan
Pembangunan Dunia (World Development Report) menyimpulkan, negara-negara yang
membuat investasi signifikan pada pembangunan manusianya akan mempunyai
korelasi yang kuat pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan
pendapatan. Laporan tersebut menyimpulkan, sekolah tanpa proses belajar yang
efektif dan benar akan menghilangkan kesempatan pengembangan diri bagi anak
didiknya.
Presiden Jokowi menyadari
sepenuhnya bahwa pengalokasian dana pendidikan yang tinggi perlu dibarengi
dengan proses belajar yang efektif. Fokus perbaikan harus diarahkan pada
kualitas sekolah. Kami berharap kualitas sekolah sekarang sama atau bahkan
lebih baik daripada kualitas SMA 3 sewaktu kami bersekolah dulu.
Pemerintah berupaya agar
keterbatasan ekonomi keluarga tidak menjadi kendala bagi anak-anak. Melalui
Program Indonesia Pintar, pemerintah memberikan bantuan dana pendidikan tunai
dari APBN bagi penduduk termiskin berusia 6–21 tahun. Saat ini sudah 20,3
juta anak usia sekolah yang mendapat bantuan tersebut.
Nanti, merekalah yang menjadi
penggerak ekonomi menuju pertumbuhan yang makin inklusif dan jumlah kelas
menengah yang makin besar serta merata. Peran perempuan merupakan bagian yang
sangat integral dalam proses menuju rakyat yang adil dan makmur.
Semoga akan lahir lebih banyak
lagi Kartini baru dengan pemikiran cemerlang dan berkomitmen memajukan
bangsa. Semoga Indonesia akan terus melahirkan Srikandi mumpuni yang turut
membawa bangsa ini ke masa keemasannya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar