Tokoh Moderat dan Apa Adanya
Bachtiar Nasir ; Pimpinan
AQL Islamic Center
|
KORAN SINDO, 29 April
2016
Prof Dr KH Ali Mustafa Yaqub
adalah tokoh Islam yang moderat, sederhana, apa adanya, tetapi tegas. Ulama
kelahiran Kemiri, Batang, Jawa Tengah, 2 Maret 1952 ini memiliki kapabilitas
mumpuni khususnya di bidang hadis.
Beliau juga multitalenta dan
memiliki hubungan yang baik dengan berbagai kalangan. Dalam masalah keumatan,
KH Ali Mustafa sangat dikagumi para tokoh dan pemuda Islam. Karena itu, kita
semuanya kehilangan Guru Besar Hadis dan Ilmu Hadis Institut Ilmu Alquran
(IIQ) Jakarta itu dengan berpulangnya ke Rahmatullah.
Karena sikap tegas beliau, secara
keilmuan sering kali beliau berbenturan pendapat dalam beberapa masalah.
Namun, beliau memilih pendapat yang diyakini kebenarannya. Misalnya ketika
menjabat sebagai wakil ketua Komisi Fatwa MUI Pusat (2005-2010), tidak jarang
berbeda pendapat dengan ulama lainnya.
Tapi begitulah sikap dan ketegasan
seorang ulama. Beliau memilih sikap dan gaya bicara yang sangat tegas. Sering
kali orang lain salah paham. Itulah sikap pertengahan yang sangat terasa dan
tampak dengan jelas dari KH Ali Mustafa sebagai seorang ulama. Dari sisi
keilmuan, tidak diragukan.
Beliau adalah alumni Fakultas
Syariah, Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud, Riyadh, Arab Saudi
(1976-1980) dan mengambil program magister di Fakultas Pascasarjana,
Universitas King Saud, Riyadh, Arab Saudi, Spesialisasi Tafsir Hadis
(1980-1985). Namun, beliau juga adalah sebagai tokoh besar Nahdlatul Ulama
(NU) di posisi terhormat, yaitu di Komisi Fatwa.
KH Mustafa adalah ulama yang tidak
melulu berdiri sebagai sosok penceramah, tetapi juga sebagai akademisi
sekaligus sebagai dai dengan kualitas nasional dan internasional. Kiprahnya
di dunia Islam dikenal sebagai seorang tokoh besar NU yang menduduki jabatan
sebagai Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Fatwa.
Beliau juga berperan aktif di dunia internasional sehingga banyak karyanya
yang ditinggalkan semasa hidupnya.
Selain itu, beliau memiliki
komunikasi yang baik dan mampu berinteraksi dengan media mainstream. Karena
itu, beliau sangat aktif menulis dan juga sangat aktif menyikapi berbagai
masalah-masalah sosial dan isu-isu kekinian yang berkembang. Selain sebagai
penulis, beliau juga aktif dalam interaksi sosial.
Bahkan, beliau memiliki semangat
yang tinggi untuk turun langsung dan berhadapan dengan masalah-masalah umat.
Itulah yang membuat para pemuda dan tokoh di Indonesia kagum kepada beliau.
Terlepas dari berbagai kesibukan di bidang keumatan, beliau juga gigih
membangun lembaga pendidikan.
Almarhum adalah seorang
multitalenta dalam bidang dakwah mulai manajemen, komunikasi massa, akademik,
media mainstream, hingga tulis-menulis. Beliau juga adalah seorang kiai dan
pengasuh di lembaga yang dipimpinnya di Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus
Sunnah, Pisangan Barat, Ciputat. Satu hal yang penting kita teladani dari beliau
adalah keberanian dan ketegasannya.
Sebut saja dalam menyikapi
maraknya kampanye lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Mantan
imam Masjid Besar Istiqlal ini secara tegas menyatakan bahwa LGBT akan
menghancurkan bangsa Indonesia jika itu tidak dicegah. Pencegahan LGBT sama
pentingnya memerangi narkoba, konflik, dan terorisme.
Dengan terang-terangan pula,
beliau mengungkap ada oknum-oknum yang berupaya merusak bangsa Indonesia
dengan menerima aliran dana United Nations Development Programme (UNDP) untuk
program LGBT di Indonesia. Dari sosok beliau juga terpatri keteladanan dalam
memegang teguh prinsip keagamaan.
Salah satu ulama yang berani
mengkritik liberalisme Islam di Indonesia adalah sosok KH Ali Mustafa. Kritik
beliau terhadap liberalisme sama kerasnya terkait dengan isu radikalisme dan
terorisme. Pandangan beliau tentang terorisme tidak menggunakan kaca mata
kuda bahwa terorisme juga dapat lahir karena kebodohan dalam memahami agama.
Artinya, pendidikan agama sangat
penting untuk membentuk karakter umat. Tentu yang diharapkan dari kalangan
tokoh dan pemuda Islam saat ini adalah sikap kritisnya kepada liberalisme dan
sekularisme jangan sampai mati. Dalam hal ini, umat Islam harus berani
melawan berbagai sihir dan syirik pemikiran yang tengah menyerang kaum
muslimin itu.
Sihir dan syirik pemikiran tak
lain adalah pemikiran sekularisme, pluralisme, dan liberalisme yang terus
mewabah di negara-negara berpenduduk muslim, termasuk Indonesia. Salah satu
sihir yang merusak umat Islam adalah tersiarnya istilah yang mengatakan tidak
apa-apa tidak salat asalkan tidak korupsi.
Ini salah satu contoh cara
berpikir yang menyesatkan. Kelompok anti-Islam seperti liberalis memang
sengaja mencampuradukkan antara ketauhidan dan isu antikorupsi. Sulit mencari
sosok seperti beliau, tetapi apa yang ditinggalkan selama ini memberikan
manfaat baginya dan memperberat timbangan amalnya di akhirat kelak. Amin Ya Robbal Alamin. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar